Spin off : Scandal Kakak Ipar
Tentang takdir yang memisahkan dua hati. Yang harus merubah hati untuk pasangan mereka yang baru. Tapi di balik itu semua Sasha bersyukur karena sifat Leo yang ternyata obsesif dan impulsif kepada dirinya, Sasha nekat menyerahkan tubuhnya pada pria lain karena Leo ingin memperkosanya karena Sasha tidak ingin menjadi perebut suami orang, sedangkan Sophia istri hasil perjodohan harus menelan pil pahit tepat setelah melakukan malam pertama. Leo menyatakan hanya mencintai Sasha yang sekarang sudah berstatus mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chariz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Malam mulai merangkak naik. Suasana ibu kota masih riuh oleh aktivitas orang-orang. Ada yang baru pulang bekerja, ada juga yang baru berangkat bekerja. Semua orang punya kepentingan masing-masing. Salah satu unit apartemen masih di terangi oleh lampu, sedangkan unit yang lain satu persatu memadamkan penerangan nya.
Dan disini Leo berada, masih mempelajari berkas-berkas proyek perusahaan keluarga nya. Sebelumnya ia sudah membicarakan kepada Levi, sang kakak bahwa dirinya akan ikut bergabung dengan perusahaan.
Terlihat istrinya, Sophia tengah memandangi wajahnya sedari tadi sembari tersenyum sendiri.
"Sophia, jangan memandang ku seperti itu" sedari tadi Leo tidak bisa memusatkan pikiran nya.
"Mas takut kalau aku pulang dengan papa, kan. Kenapa mas bisa tahu papa ada di sini?"
Haish, iya juga kenapa dirinya tadi tiba-tiba pulang lagi ke apartemen.
Leo memijat keningnya "Tadi aku reflek saja"
"Ya sudah besok aku pulang" Sophia berpura-pura cemberut. Sungguh tidak pantas untuk wanita berusia 27 tahun berekspresi seperti anak remaja. Sophia terkekeh dalam hati, menertawakan dirinya sendiri.
"Iya besok aku antar, kita jenguk papa"
"Bukan itu mas!"
"Aku tidak berencana menjadi duda muda, Sophia" Leo mengetahui arah pembicaraan istrinya itu.
"Tapi kan tadi mas bilang.... "
Tak.
Leo menutup laptopnya "Kita tidur, besok aku mulai kerja lagi"
Sophia terdiam, namun tiba-tiba wajah nya terlihat merona.
"Mas mau itu dulu gak, aku punya warna merah nya. Waktu malam pertama, aku kan pakai yang warna hitam nya" ucap Sophia terlihat malu-malu.
Ehem.
Leo berdehem, mendadak otaknya langsung travelling. Wanita dewasa yang satu ini memang meresahkan.
"Ceritanya lagi goda berondong, ya" Leo tersenyum smirk.
"Ya udah deh gak jadi" Sophia naik ke atas ranjang, lalu menggulung dirinya dengan selimut.
Leo berjalan ke arah kulkas kecil yang di tempat kan di dalam kamarnya. Mengambil sekaleng bir kemudian menenggak nya.
"Marah ya?" tidak ada jawaban dari Sophia sama sekali. Leo menghabiskan sisa bir nya kemudian ikut menyusul ke atas ranjang.
Di dalam selimut, Sophia belum tidur. Tubuhnya bergetar menyembunyikan tangisan agar tidak bersuara sedikitpun. Lebih banyak malu nya sih, ditolak suami sendiri.
"Aku takut menyakiti kamu lagi, Sophia. Dia masih ada di hati ku"
Aku tahu mas. Aku hanya wanita asing yang tiba-tiba hadir di hidupmu.
*
Pagi harinya tidak ada percakapan sama sekali diantara pasangan suami istri tersebut. Dingin, tak tersentuh. Leo menyudahi sarapan nya, hatinya mendadak gelisah saat istri nya itu mengabaikan dirinya. Biasanya Sophia selalu berceloteh, bibir mungil itu tidak pernah kehabisan frasa kata. Namun sekarang ia diam, membuat perasaan Leo tak menentu.
"Hari ini kamu ke kantor?" Leo mencoba mengurai keheningan.
"Tidak, masih cuti. Mau jenguk papa" jawab Sophia dengan nada datar.
"Nanti siang aku jemput. Kita makan siang sama papa"
"Iya"
Leo bangkit berdiri, mengulurkan tangannya.
"Aku berangkat dulu" Leo mencium kening Sophia kemudian berjalan ke arah pintu keluar.
Sepanjang perjalanan, pikiran Leo tak tenang. Ia terus saja memikirkan sikap Sophia yang berubah dalam waktu semalam saja.
"Haish.Punya istri ternyata pusing juga!"
Leo membelokkan kemudinya ke salah satu toko florist, yang biasa di kunjungi Edric saat akan memberikan hadiah untuk kekasih nya.
Ting. Suara lonceng kecil berbunyi saat Leo masuk kedalam nya.
"Selamat datang, tuan" seorang gadis menyambut nya dengan bahasa isyarat.
"Saya mau mencari bunga, untuk meminta maaf" Leo ikut berbicara dengan bahasa isyarat, gara-gara sering kesini ia pun sedikit lebih tahu.
Gadis tersebut bernama Naima, ia melangkah menunjukkan deretan bunga cantik yang berjajar rapi.
"Ini" Naima menunjukkan bunga tulip berwarna putih.
"Tolong buatkan karangan bunga nya, dan kirim ke suatu alamat" ucap Leo masih dengan bahasa isyarat.
"Silakan tulis alamat nya di disini" Naima menyodorkan sebuah buku, lantas Leo menuliskan alamat unit apartemen nya.
"Satu jam lagi saya akan lampirkan bukti pengiriman, silakan tulis nomor yang bisa di hubungi"
"Ini" Leo selesai menuliskan nomor ponsel nya.
"Totalnya 300 ribu"
Setelah membayar, Leo masuk ke dalam mobilnya. Ia kembali melanjutkan perjalanan nya menuju kantor.