Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Axel dengan cepat melepaskan ciumannya, ia lalu tersenyum mengejek menatap Shapire. "Apa yang kau harapkan? Kau lupa apabila kau pembunuh calon istriku?" tanya Axel lalu menarik rambut Shapire.
"Aku melakukan hal tadi karena tadi Dad memperhatikan kita di depan pintu. Jangan berharap apapun pada pernikahan ini Shapire. Kenyataan tidak akan berubah kau tetap seorang pembunuh!" ucap Axel sangat menohok membuat Shapire terdiam sejenak.
Shapire merasa seperti dipukul oleh kata-kata Axel yang menusuk dan kejam. Ia tidak menyangka bahwa Axel masih menyimpan dendam yang begitu dalam dan tidak akan pernah memaafkannya. Shapire mencoba untuk berbicara, tapi kata-katanya terpotong oleh rasa sakit dan kecewa yang memenuhi hatinya. Ia hanya bisa menatap Axel dengan mata yang berkaca-kaca, berharap bahwa Axel masih memiliki sedikit perasaan untuknya.
Namun, tatapan Axel hanya membeku, tidak menunjukkan sedikitpun kelembutan atau kasih sayang. "Kau tidak akan pernah bisa melupakan hal itu, meskipun aku tidak bersalah?" tanya Shapire dengan suara yang lirih, mencoba untuk menyentuh hati Axel yang keras.
"Tidak bersalah? Andai malam itu kalian tidak ada Safia masih hidup!" bentak Axel dengan sorot mata menyalang.
Shapire tertawa kecil, ia terlalu bodoh hampir saja ia terjerat oleh tipu muslihat pria kejam didepannya ini. Tawa kecil Shapire berubah menjadi senyum getir, ia menyadari bahwa Axel hanya mempermainkannya. "Kau memang hebat dalam memainkan peran, Axel. Tapi aku tidak akan pernah tertipu lagi," kata Shapire dengan suara yang dingin, sambil menatap Axel dengan mata yang tajam.
Ia merasa dirinya telah dipermainkan dan dilecehkan, dan sekarang ia ingin membalas permainan Axel. "Aku tidak akan pernah melupakan ini, Axel," tambah Shapire dengan nada yang mengancam.
Shapire berjalan menjauh dari Axel dengan langkah yang cepat, berusaha menghilangkan rasa sakit dan kecewa yang memenuhi hatinya. Ia merasa seperti telah dipermainkan oleh Axel, dibuat merasa memiliki harapan hanya untuk dihempaskan kembali ke bumi.
Shapire tidak menoleh ke belakang, ia tahu bahwa Axel tidak akan mengejarnya. Ia hanya ingin menjauh dari Axel dan melupakan semua yang telah terjadi. "Bodohnya dirimu, Shapire" kata Shapire dalam hati, sambil terus berjalan menjauh.
Shapire terus berjalan dengan langkah yang cepat, berusaha menghilangkan rasa sakit dan kecewa yang memenuhi hatinya. Ia mengulangi kata-kata itu dalam hati, "Bodohnya dirimu, Shapire. Mengapa kamu masih berharap pada orang yang tidak peduli denganmu?"
Shapire merasa dirinya memang bodoh, karena masih berharap bahwa Axel akan berubah dan peduli padanya. Ia tahu bahwa Axel tidak akan pernah berubah, dan bahwa ia harus melupakan semuanya dan melanjutkan hidupnya. Dengan setiap langkah yang diambil, Shapire merasa dirinya semakin kuat dan lebih siap untuk melangkah maju.
Setelah sarapan pagi Shapire berpamitan kepada keluarga Axel dengan senyum yang tipis, berusaha menyembunyikan rasa sakit dan kecewa yang masih membekas di hatinya.
"Shapire pergi bekerja ya, Mom. Sepertinya aku akan lembur hari ini," kata Shapire dengan suara yang sopan.
Mom Keyzia tersenyum dan mengangguk, "Hati-hati di jalan, Shapire. Jangan lupa makan siang."
"Kau tidak berpamitan dengan Axel?" tanya Dad Kaivan penasaran.
"Tidak Dad, Axel tertidur ketika aku masuk tadi."
Shapire berbohong, kenyataannya ketika ia bersiap untuk bekerja Axel sibuk dengan gadgetnya mengecek pekerjaannya dari rumah.
"Ya, sudah hati-hati."
Shapire mengangguk dan melambaikan tangan, kemudian keluar dari rumah Axel menuju ke tempat kerjanya. Ia merasa lega bisa meninggalkan rumah Axel dan fokus pada pekerjaannya hari ini. Ia lebih memilih berdiam diri di rumah sakit daripada berada di rumah bersama Axel.
Perjalanan menuju rumah sakit rasanya sangat lama, entah apa yang ada dalam pikiran Shapire saat ini. Ucapan Axel tadi pagi terus terngiang, membuat ia sangat kecewa. Andai waktu dapat diulang kembali, ingin rasanya Shapire mengulang kejadian malam itu. Ia tidak akan pergi ke pesta andai tahu terjadi malapetaka yang membuatnya terjerat dengan pria itu.
Sesampainya di rumah sakit Shapire bertemu Ratu dan Dokter Boy. Sudah lama mereka dekat namun tidak ada kemajuan sama sekali tentang hubungan mereka.
Shapire tersenyum dan menyapa Ratu dan Dokter Boy dengan hangat. "Hai, apa kabar?" kata Shapire dengan suara yang ceria.
Ratu dan Dokter Boy membalas sapaannya dengan senyum, dan mereka bertiga berbincang sejenak tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
"Kau serius akan lembur hari ini?" tanya Ratu.
"Iya, untuk menebus kemarin aku tidak datang" jawab Shapire.
"Apa terjadi sesuatu kemarin sehingga kau tidak bekerja?" tanya Dokter Boy selidik.
"Dia sekarang ini seorang istri, tentu saja ia merawat suaminya" sahut Ratu menimpali.
"Ya, kemarin aku merawatnya.
Shapire tidak menceritakan mengapa suaminya perlu perawatan, Martin menjelaskan apabila mereka tidak dapat pergi ke rumah sakit karena malas berurusan dengan polisi.
Shapire memperhatikan tatapan mata Ratu yang lembut dan penuh harapan ketika melihat Dokter Boy. Ia tahu bahwa Ratu memiliki perasaan pada Dokter Boy, tapi Dokter Boy tampaknya belum siap untuk membalas perasaannya, entah apa yang dipikirkan pria itu Shapire tidak tahu. Shapire berharap bahwa suatu hari nanti Dokter Boy akan menyadari perasaan Ratu dan membalasnya.
"Aku ganti pakaian dulu," pamit Shapire lalu pergi meninggalkan Boy dan Ratu.
"Baik, kita tunggu kamu di ruang perawat," kata Ratu sambil tersenyum. Boy hanya mengangguk dan memandang Shapire yang berjalan menjauh.
"Baik, kita tunggu kamu di ruang perawat," kata Ratu sambil tersenyum. Boy hanya mengangguk dan memandang Shapire yang berjalan menjauh.
Setelah Shapire pergi, Boy memandang Ratu dengan tatapan yang dalam. "Ratu, aku ingin bicara denganmu tentang sesuatu," kata Boy dengan suara yang serius.
Ratu menatapnya dengan rasa ingin tahu, "Apa itu, Boy?" tanya Ratu dengan suara yang lembut.
Boy mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, tapi sebelum dia bisa berbicara, salah satu perawat memanggil Ratu untuk datang ke ruang pasien. "Dokter Ratu, pasien di kamar 3 membutuhkanmu," kata perawat itu.
Ratu mengangguk dan bergegas pergi, meninggalkan Boy yang hanya bisa menahan napas dan menunggu kesempatan berikutnya. Boy terdiam sejenak, pantaskah apabila ia menginginkan putri pemilik rumah sakit. Itu yang membuat Boy sulit untuk melangkah lebih jauh tentang perasaannya kepada Ratu.
Sementara itu Junior saat ini sedang berada di kantor Felix bersama dengan Romeo, Regan dan Marvel. Ada sesuatu yang Junior dapatkan tadi pagi tanpa sepengetahuan Axel. Ketika Axel melihat Dad Kaivan berada di depan pintu kamar, namun ia tidak melihat apabila Junior ada bersama sang ayah. Axel mencaci Shapire setelah Dad Kaivan pergi namun ia tidak mengetahui apabila Junior mendengar pembicaraan mereka.
"Apa maksudmu pembunuh Junior?" tanya Felix tidak percaya.
.........
Jangan lupa untuk like komen gaess🤣🤣 makin deg² an yes
ettt tp othorr menganggu aja.. dasarr🙄
sapa sihh tuhh yg ketok🤔
dengarkan kata mom shapir dan kau akan tau kalau dia kesepian dan butuh teman .
kemana kata²mu yg menyakitkan dulu/Curse//Curse/
aku gak terima ya axel, kau belum minta maaf dah nyosor dan posesif aja/Right Bah!//Right Bah!/
ah enak Axel klu nyusu dari sumbernya😂😂