NovelToon NovelToon
Apa Kabar Cinta Lamaku?

Apa Kabar Cinta Lamaku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ashelyn

kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu 5

“Dimana ketua kelas?”

“Dimana Prince?”

Wali kelas bernama pak Dean mencari keberadaan sang ketua kelas yang tidak berada di tempat duduknya. Semua orang juga mulai melihat kearah tempat duduknya yang kosong. Mereka saling pandang satu sama lain, merasa bingung dengan keberadaan Prince. Karena jam belajar sudah di mulai, tapi Prince belum juga kembali ke tempat duduknya.

“Dimana dia?” Batin Teresa merasa bingung dengan keberadaan Prince.

“Kurasa dia sakit pak! Pasti dia di UKS!” Ucap Leo teman sebangku Prince.

Teresa menoleh kearah sumber suara, dia bisa melihat bahwa Leo berbohong. Terlihat jelas dari tatapan mata dan nada bicaranya, Tere tau dia sengaja berbohong untuk melindungi Prince dari kepergiannya yang tidak jelas itu.

“Baiklah, sebaiknya kita mulai saja pembahasan hari ini” ucap pak Dean menulis sesuatu di papan tulis.

Jam pelajaran yang di pimpin oleh wali kelas itu berlangsung selama dua jam lamanya. Dan sampai detik ini pun Prince belum juga kembali ke kelasnya. Teresa menjadi sedikit kawatir denganya, dia penasaran kemana perginya Prince di saat jam pelajaran seperti ini.

Sampai jam berakhirnya pelajaran berbunyi. Pelajaran sesi pertama telah usai, dengan wajah pucatnya Teresa bangkit dari tempat duduknya. Sesi kedua adalah pelajaran olahraga, karena kondisinya tidak memungkinkan, Tere hanya bisa izin dan tetap di kelasnya.

“Apa tidak apa jika kau tinggal di kelas seorang diri?” Tanya Zeva dengan raut wajah kawatirnya, tangannya sudah siap memegang baju ganti olahraga.

“Jangan kawatir, aku akan tidur di kelas dengan nyenyak!” Ujar Teresa dengan senyuman lebarnya.

“Baiklah, aku pergi sekarang Teresa” ucap Zeva pergi dengan teman kelas yang lain.

Setelah kepergian semua teman kelasnya, Teresa menghela nafasnya panjang. Dia merapatkan jaketnya saat udara dingin terasa menusuk kulitnya. Tangannya mengecek suhu tubuhnya sendiri, dan ternyata dia benar-benar belum sepenuhnya pulih.

Teresa pergi untuk menutup pintu kelasnya, dengan langkah perlahan dia memaksakan kondisinya yang lemah untuk pergi menutup pintu. Belum sempat pintu digeser sempurna, sebuah tangan menahannya. Teresa sampai tersentak terkejut dengan keberadaan tangan misterius itu.

“BRAK!”

Pintu di geser dengan sangat keras, pintu kembali terbuka lebar. Dengan mata yang membulat, Teresa menatap Prince yang sudah berada di depan pintu. Dia sedang menatapnya dengan tatapan tajam yang menusuk! Tidak ada senyuman sedikitpun dari wajahnya. Teresa sampai berkedip beberapa kali untuk menyadarkan dirinya sendiri.

“Menyingkirlah! Kau menghalangi jalanku” ucapnya dengan nada tanpa keramahan sedikitpun.

Teresa dengan cepat langsung bergeser untuk memberikan jalan lebar kepada Prince. Entah kenapa, Teresa merasa bahwa Prince sedang dalam kondisi mood yang buruk. Sangat terlihat dari raut wajahnya yang lebih menyeramkan dari biasanya.

“Tutup pintunya!” Teriaknya.

“Apa kau tidak ikut pelajaran olahraga?” Tanya Teresa dengan ragu.

“Tidak!” Katanya dengan sangat singkat.

“Jadi maksudnya aku akan berada di dalam kelas berdua denganya?” Batin Teresa.

“Setelah penolakan cintaku yang memalukan, aku harus satu ruangan dengannya?” Batinnya lagi, dia sampai menggeleng pelan tak mau.

Teresa pada akhirnya tetap menutupi pintu kelasnya, dia berjalan dengan perlahan menuju ke tempat duduknya. Dia menidurkan kepalanya di meja dan menutupinya dengan buku pelajaran. Semua ini dia lakukan hanya untuk menghindari tatapan Prince.

Sampai ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat, Teresa memejamkan matanya ketakutan. Apalagi saat kursi di sampingnya sedikit mengeluarkan suara, yang itu tandanya, ada seseorang yang sudah duduk di sampingnya. Teresa tidak bisa melakukan apapun selain tetap bertahan pada posisinya yang tidak nyaman.

‘Tuk ‘Tuk

Bunyi ketukan meja terdengar, Teresa semakin ketakutan. Apalagi saat dia mencium aroma khas parfume yang sangat dia kenali, bau parfume yang sama persis dengan jaket hitam Prince yang pernah dia pinjamkan padanya beberapa hari yang lalu.

“Teresa” panggilnya, nada nya lebih terdengar seperti seseorang yang ingin mengajak berkelahi.

Teresa dengan terpaksa mengangkat wajahnya, dia perlahan menoleh untuk menatap seseorang yang telah memanggil namanya dengan sangat tidak ramah itu. Tapi kemudian, benda asing justru tertempel di dahinya.

‘Pluk!

“Dia menempelkan apa di dahiku?” Batin Teresa setelah Prince menempelkan sesuatu di dahinya.

Teresa menyentuh sesuatu yang menempel di dahinya, dia mengusapnya menebak benda apa yang di tempelkan Prince padanya. Apalagi lelaki itu langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun setelah menempelkan benda asing kepadanya. Teresa sampai membuka kamera di ponselnya untuk berkaca, matanya membulat saat melihat apa yang tertempel di dahinya.

“Bye Bye Fever!!!” Teriak Teresa, dia menatap Prince yang keluar dari kelas begitu saja setelah menempelkan benda penurun panas di dahinya.

Bye Bye Fever adalah plester khusus yang dirancang untuk membantu menurunkan demam pada anak-anak dan bayi. Selain menurunkan suhu tubuh, benda ini juga bisa memberikan rasa nyaman saat sedang mengalami demam.

“Apa maksudnya ini? Kenapa dia memperlakukanku seperti ini?” Batin Teresa.

Teresa berkaca pada cermin besar yang terpasang di kelasnya, dia menyentuh Bye Bye Fever itu dengan tangannya. Senyum tipis terukir diwajahnya, dia menyadari bahwa Prince sedikit memberikan perhatian padanya. Walaupun tatapannya masih dingin, tapi perlakuannya sangat berbeda dari sikapnya.

“Apa pengakuan cintaku berhasil menggetarkan hatinya?” Ucap Teresa lirih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 18.00.

Teresa masuk kedalam rumah dengan senyum lebar diwajahnya, dia tidak berniat untuk melepaskan Bye Bye Fever yang Prince berikan untuknya. Dia tidak peduli pada orang-orang yang memperhatikannya dengan aneh. Karena yang dia pedulikan sekarang hanyalah Prince. Lelaki itu seperti menunjukan kesempatan untuknya. Teresa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

“Teresa” panggil Tao dengan tatapan tajamnya.

“Ayah, selamat sore” ucap Teresa dengan sangat sopan.

“Duduklah!” Perintahnya, membuat Teresa langsung duduk di sofa.

Tangan Teresa mencengkeram kuat rok sekolahnya. Tatapannya takut, bibirnya terasa berat untuk mengeluarkan sebuah suara. Entah kenapa firasatnya mulai tidak enak sekarang. Karena dia tau, jika ayahnya sudah sampai bersikap seperti ini, maka ada suatu kesalahan yang telah di perbuat.

“Ayah dan ibu akan pergi ke luar negeri untuk beberapa bulan kedepan, kuharap kau bisa jaga rumah ini” ucap Tao dengan sorot mata yang tajam.

“Bagaimana dengan Rara?” Tentu saja dia ikut dengan kami, dia akan pindah sekolah lagi di London” lanjutnya, seolah sudah tau apa yang akan ditanyakan Teresa.

“Baik ayah! Teresa akan menjaga rumah ini!” Ucap Teresa dengan senyum tipis di wajahnya.

Teresa tidak akan menanyakan alasan kenapa dia tidak diajak ke London. Karena dia tidak punya hal untuk sekedar menanyakan alasannya, karena dia hanyalah anak adopsi yang terlihat seperti bayangan di rumah ini. Ada, tapi terkadang tidak di sadari keberadaanya.

“Kami akan berangkat tengab malam nanti, dan aku akan terus memantau apa yang kau lakukan dari kejauhan. Aku tidak akan membiarkanmu lalai dalam tugas dan tujuanmu di adopsi keluarga ini!” Ucap Tao, dan Teresa hanya bisa menunduk ketakutan.

“Iya ayah, Teresa mengerti” ucap Teresa memaksakan senyuman palsunya.

“Kuharap kau selalu mengingatnya Teresa, bahwa kau harus berguna di masa depan. Kau harus membalas budi kebaikan keluarga ini karena telah memungutmu dari tempat kumuh itu!” Tegasnya.

Teresa tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa menundukan kepalanya sembari menahan air mata yang terus memaksa ingin keluar. Kesedihan itu terus dia rasakan saat orang yang telah dia anggap sebagai orang tua, justru selalu mengingatkannya tentang balas budi.

...----------------...

1
US
/Good//Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!