NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 — Dekat Tapi Tidak Resmi

Tangisan dua perempuan itu mulai reda, tetapi percakapan di antara mereka belum usai. Nisya masih harus menyampaikan hal yang sebenarnya ingin ia katakan—agar Alana dan Naresh bisa baikan.

"Jadi, apa tujuan lo bilang semua itu tadi?" tanya Alana setelah hening beberapa saat.

Nisya tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kalimat yang sejak tadi hanya berputar-putar dalam benaknya.

"Kamu dan Naresh udah ada sebelum aku. Jadi, wajar kalau Naresh lebih peduli sama kamu." Ucapannya terhenti sejenak, menahan sesak yang mengganjal di dadanya. Ia tahu betul—Naresh lebih memedulikan Alana.

"Bukan karena Naresh nggak peduli sama aku, tapi karena buat Naresh, kamu segalanya. Dia peduli sama aku, tapi kamu tetap prioritasnya," lanjutnya dengan suara yang lebih pelan.

Sebenarnya, itulah inti dari semua yang ingin Nisya sampaikan. Namun, ia tidak tahu harus memulai dari mana—hingga akhirnya malah membuka percakapan dengan mengenang masa kecil mereka.

Alana terdiam. Ia tahu, di mata Naresh, dirinya memang segalanya. Mungkin itulah yang selama ini membuatnya merasa berhak menuntut Naresh untuk selalu menuruti apa pun yang ia inginkan. Ia sadar itu tidak sepenuhnya benar, tetapi ia juga tidak mampu mengendalikan dorongan itu sepenuhnya. Apalagi, yang ia inginkan bukan untuk dirinya sendiri—melainkan agar Nisya mendapatkan haknya.

"Naresh udah berusaha buat balikin beasiswa aku, tapi emang nggak bisa," ucap Nisya, mengungkapkan sesuatu yang belum sempat disampaikan Naresh kepada Alana.

"Jangan terlalu lama marah sama Naresh, Alana," lanjutnya, berharap Alana bisa segera memaafkan Naresh.

"Gue nggak marah," sangkal Alana datar. Ia memang tidak marah—ia kecewa.

Bagi Naresh, membongkar rahasia gelap sekolah bukan hal sulit. Tapi ia tidak melakukannya, karena tidak ingin Alana menanggung risikonya. Padahal, mereka punya janji sejak kecil: Naresh akan selalu menuruti Alana, selama Alana bersedia melakukan hal yang sama.

Dan soal risiko itu—Alana sudah menyatakan siap. Tapi Naresh tetap memutuskan sendiri. Padahal, yang mereka perjuangkan adalah hak Nisya, sahabat mereka sendiri.

“Gue beneran nggak marah sama Naresh. Emang gue keliatan marah?” tanya Alana pada Nisya, lalu menoleh ke arah geng Rogues, seolah meminta pendapat mereka juga.

Aska dan Dewa langsung memalingkan wajah, berpura-pura tidak mendengar. Mahen hanya mengangkat bahu. Sementara itu, Jendral—lelaki itu tersenyum.

"Nggak kok, lo nggak keliatan marah," jawab Jendral tanpa menghapus senyumnya.

Kalau Alana bilang dia tidak marah, Jendral akan percaya. Menurut teman-temannya, Jendral sudah terlalu jatuh hati—jadi ya wajar saja.

"Lo mau makan sekarang? Atau..." Jendral mengambil es americano dari mejanya dan meletakkannya di meja Alana. "Mau minum es americanonya dulu?"

Melihat itu, yang lain langsung menyibukkan diri masing-masing. Mereka cukup lega—karena Alana sudah tidak lagi tenggelam dalam diam.

Kriiiinggg...!

Suara bel sekolah menggema, terdengar tepat sebelum Alana sempat menyentuh bekal dari Naresh ataupun es americano dari Jendral. Pada jam istirahat kali ini, baik Alana, Nisya, maupun anggota The Rogues tidak ada yang benar-benar makan atau minum. Hanya Aska yang sempat meneguk sedikit air karena merasa haus.

“Mau makan di atap?” tawar Jendral pada Alana. Mereka bisa saja bolos jika Alana bersedia. Namun, Jendral lupa bahwa yang lain pun belum menyentuh makanan mereka.

“Astaga, yang dipeduliin cuma Alana, kayaknya. Padahal di sini kita juga belum makan,” sindir Aska, memprotes Jendral. Bukan karena tidak suka dengan interaksi antara Jendral dan Alana—ia justru sedang meledek ketuanya sendiri.

“Ya, lo kalau lapar tinggal makan, lah,” Bukan Jendral yang bicara, melainkan Dewa. Setelah berkata demikian, ia langsung menarik Aska keluar kelas karena mereka harus segera kembali ke kelas masing-masing. Makanan serta minuman yang tadi mereka bawa pun kembali mereka bawa pergi. Mahen menyusul di belakang mereka, hanya sempat melirik sekilas ke arah Nisya.

Jendral masih menatap Alana, menunggu jawaban dari perempuan itu. Ia tidak terlalu memedulikan anggota gengnya yang sudah pergi.

"Jadi?" tanya Jendral lagi karena Alana belum juga memberikan jawaban.

Alana tidak langsung memutuskan. Jika ia menerima tawaran Jendral untuk makan di atap, ini akan menjadi kali kedua mereka membolos. Sungguh catatan yang cukup buruk bagi murid teladan dan unggulan seperti dirinya. Namun, pandangannya terhadap Jendral sama sekali tidak buruk.

"Oke, ayo," ucap Alana sembari beranjak dari bangkunya, berniat mengambil kotak bekal serta es americano di mejanya. Namun, Jendral lebih sigap—ia lebih dulu membawakan keduanya.

"Biar gue aja yang bawa," ucap Jendral.

Alana mengangguk. Ia sudah tidak bisa menolak apa pun yang berkaitan dengan Jendral sekarang. Tapi sebelum mereka pergi, pandangannya beralih pada Nisya.

"Lo mau ikut?" tawar Alana kepada Nisya, karena ia tahu Nisya juga belum menyentuh makanannya.

"Aku?" Nisya menunjuk dirinya sendiri, memastikan bahwa ajakan itu memang ditujukan padanya.

"Iya. Ayo, keburu guru datang." Tanpa menunggu persetujuan Nisya ataupun Jendral, Alana langsung menarik tangan Nisya begitu saja.

***

Di atap, Nisya disuguhi pemandangan yang membuatnya mencurigai hubungan antara Alana dan Jendral. Keduanya terlihat semakin dekat—terlalu dekat, seperti sepasang kekasih. Gerak tubuh Jendral, cara ia memperlakukan Alana, dan bagaimana Alana menerimanya, semuanya terasa jelas di mata Nisya.

"Kalian berdua pacaran?" tanya Nisya spontan. Bukan karena ingin ikut campur urusan orang, tetapi karena ia ingin tahu seberapa besar kemungkinan Naresh akan terluka melihat kedekatan mereka.

Alana, yang baru hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, terhenti. Ia tidak menyangka Nisya akan menanyakan hal itu secara langsung.

"Bukannya lo sendiri yang bilang Alana nggak diizinin pacaran?" Jendral menanggapi pertanyaan Nisya dengan membalikkan maksudnya.

"Gue belum minta izin Papahnya buat macarin anaknya," lanjut Jendral tenang.

Alana yang mendengar pernyataan itu langsung berpura-pura fokus pada makanannya. Ia tidak tahu apakah Jendral serius atau hanya bercanda. Tapi satu hal yang pasti, Jendral sebenarnya tidak perlu minta izin siapa pun. Mereka bisa saja berpacaran begitu saja. Namun, nyatanya, Jendral belum juga meresmikan hubungan mereka.

"Ya... siapa tahu aja kalian backstreet," ujar Nisya menanggapi pernyataan Jendral.

Jendral justru terkekeh mendengarnya. Bukan karena meremehkan ucapan Nisya, tetapi karena ia tidak menyangka Nisya tahu istilah itu—backstreet.

"Tahu dari mana lo istilah backstreet?" tanya Jendral, masih dengan tawa kecil di ujung suaranya.

Dan saat itu, tetap belum ada kejelasan soal hubungan Alana dan Jendral. Di mata Nisya, mereka terlihat semakin dekat, tetapi Jendral sendiri menyatakan bahwa mereka tidak berpacaran.

Nisya hanya bisa berharap... semoga mereka memang belum benar-benar jadian. Setidaknya, agar Naresh masih punya sedikit peluang.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!