NovelToon NovelToon
Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Menjadi bayi
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

Di khianati dan terbunuh oleh orang yang dia cintai, Nada hidup kembali di tubuh seorang gadis kecil yang lemah. Dia terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa?

"Kakak, tolong balaskan dendam ku." Pinta gadis kecil yang namanya hampir sama dengan Nada.

"Hah!! Gimana caranya gue balas dendam? tubuh gue aja lemah kayak gini."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.23

Satu minggu berlalu, Kara sudah berhasil mengubah surat yang dibuat oleh Lucas. Bagaimana dia tahu?

Saat itu dia dan Hana sedang bermain di ruang keluarga, tak sengaja dia melihat surat tersebut dan menukarnya dengan yang dia buat. Dan sudah terdapat cap tiga jari miliknya, dia juga menempelkan tinta pada tiga jari Hana.

"Hana, kalau Om Lucas tanya kamu udah cap tiga jari atau belum? Kamu jawab saja sudah," ujar Kara.

"Memang kenapa, Kara? Lalu itu apa?" tanya Hana saat mereka sembunyi dibawah meja makan.

"Kamu tau Hana, aku tadi sekilas membaca. Kalau itu surat untuk persetujuan kamu dititipkan di panti asuhan." Bohong Kara.

"Dan cap tangan kamu adalah bentuk penolakan." Lanjut Kara.

"Maafkan aku Hana."

"A-apa? Dititipkan? Tapi, kenapa Daddy mau titipkan aku di panti? Memang aku nakal?" tanya Hana dengan mata berkaca-kaca.

Kara memeluk Hana dan mengusap punggungnya dengan lembut.

"Jangan menangis Hana, aku ikut sedih." Lirih Kara tentu saja berpura-pura, kini Nada yang ada di tubuh Kara pandai berpura-pura.

"Tapi aku sedih, Kara."

"Jangan sedih Hana, kamu kan udah kasih cap tiga jari kamu. Bahwa kamu menolaknya asal kamu diam," kata Kata, membuat Hana menurut.

Kara pun bernafas lega karena masalah hartanya, kini sudah kembali padanya.

****

Evelin memperhatikan Kara yang akhir-akhir ini banyak melamun, awalnya Evelin tidak peduli pada sang anak. Namun, dari kasus sebelumnya dia takut jika terjadi sesuatu pada Kara yang dilakukan oleh Alfa.

Lelaki itu, satu minggu ini tidak terlihat sama sekali.

"Kara, kamu kenapa sayang? Coba cerita sama, Mama." Pinta Evelin, Kara menatap Evelin.

Belum apa-apa matanya sudah berkaca-kaca, sesensitif itu Kara akhir-akhir ini. Dia selalu bisa merasa, bahwa akhir hidupnya semakin dekat dan selesai.

Entah Kara kembali dan melanjutkan hidupnya atau Nada yang diberi kesempatan hidup.

"Mama." Kara memeluk Evelin.

"Kak Nada." Panggil Kara, saat Nada memejamkan mata dia sudah ada di hadapan Kara.

"Ka-Kara, kamu mau kembali? Tapi ..."

"Bukan Kak, aku ingin peluk Mama dan meyakinkan Mama sesuatu." Balas Kara.

"Boleh aku masuk?" tanya Kara.

"Kenapa bertanya, ini tubuh kamu Kara. Ayo masuk." Nada menyingkir.

"Mama, ini aku Kara." Lirih Kara, membuat Evelin mengernyit bingung.

"Kamu memang Kara kan, sayang! Memang siapa, lagi?" kekeh Evelin, walau tertawa tapi ada ketakutan dalam hatinya.

Kara tersenyum dan menggeleng pelan lalu dia menjawab dengan suara lirih dan pelan.

"Ma, selama ini aku ada di tempat yang indah. Aku rindu Mama, tapi aku yakin Kak Nada bisa membahagiakan Mama dan terlepas dari lelaki seperti Om Alfa." Kara menjeda ucapannya.

"Om Alfa jahat, Ma. Dia m e l e c e h kan aku," beritahu Kara, membuat Evelin terkejut. "Dia selalu menyuruhku membersihkan rumah, memasak dan mencuci. Tapi, aku jarang diberi makan. Dan Mama gak peduli sama aku."

Evelin menggeleng tak percaya, Alfa tidak mungkin melakukan itu pada Kara. Lalu, Kara lanjut bercerita bahwa tidak hanya sekali dua kali. Alfa melakukan p e l e c e h a n padanya, tapi berkali-kali saat Evelin bekerja siang dan malam.

"Aku bersyukur saat itu, Abang Jayden membawa ku ke rumah sakit. Jika tidak, mungkin aku sudah mati dan sia-sia. Namun, Tuhan berkata lain dia ingin tubuhku berguna untuk Kak Nada."

"Kara cukup, jangan berbicara omong kosong kamu!?" bentak Evelin, dia menutup telinga enggan mendengar cerita sang anak.

"Aku gak bicara omong kosong, Ma. Aku serius dan aku sudah ada di tempat yang indah. Aku muncul hanya ingin memeluk, Mama. Sesekali aku dan Kak Nada ada dalam tubuh yang sama, jika urusan kami sudah selesai. Maka salah satu dari kita, harus ada yang mengalah." Jelas Kara, dia menatap Evelin dalam.

"Engga Kara, engga jangan tinggalkan Mama. Nak, maafin Mama yang lalai menjaga kamu. Maaf," ucap Evelin dengan tangis yang histeris.

"Mama gak salah, aku yang minta maaf. Karena sudah ada dalam hidup Mama dan Papa, tolong kasih tau Papa. Kalau aku sayang sama Papa." Kara berucap, lalu dia memejamkan mata membuatnya pergi kembali. Kini Nada sudah ada dalam tubuh Kara.

"Tante Evelin." Panggil Nada, dengan mata basah dia merasa berdosa dan bersalah. Lalu dia berlutut di hadapan Evelin.

"Maafkan aku, Tante. Bukan maksudku mengambil hidup Kara, tapi Tuhan punya rencana lain untuk kita berdua."

Evelin menangis dan menatap Kara, wajahnya memang Kara. Namun, didalam tubuhnya bukan jiwa Kara.

"Kenapa? Kenapa harus anak, saya?" Marah Evelin.

"Jika dia ingin aku bahagia, maka dia adalah kebahagian ku. Tapi, asal dia jangan pergi. Kara tidak, Kara." Pekik Evelin, dia memang pernah membenci Kara dan tak menginginkan anak itu tapi itu dulu.

"Aku hanya ingin Kara kembali, Nada. Kembalikan Karaku. Kembalikan," teriak Evelin, membuat Nada mundur.

"Setelah semuanya selesai, aku akan pergi. Evelin," balas Nada.

Evelin berdiri dan menatap Kara, lalu meminta Kara untuk pergi dari hadapannya. Walau enggan, dia akan menuruti perkataan Evelin.

Setidaknya sampai dia tenang, Nada masuk kedalam kamar dan membereskan barang-barangnya. Dia akan tinggal di panti milik Bunda Kasih.

"Kenapa gak bisa berhenti sih, berhenti dong. Jangan nangis terus," isak Nada, dia tahu ini adalah kesedihan Kara.

"Kara kenapa kamu jujur." Tidak ada jawaban jadi percuma.

Setelah selesai berkemas, Kara menatap seisi kamar yang sudah rapi.

"Aku pasti merindukan kamar ini." Gumamnya, Kara keluar dan menatap pintu kamar Evelin.

"Tante Evelin, Maafkan aku. Aku janji akan membuat Kara kembali," janji Nada.

Nada keluar dari rumah yang sudah beberapa bulan ini dia tempati, dia menunggu taxi yang sudah dipesan sebelumnya. Sekali lagi, dia melihat ke belakang dan mengusap air matanya.

"Aku janji akan membuat Kara kembali, sebentar lagi semua urusan ku selesai."

Sebuah mobil berhenti didepan Kara, membuatnya terkejut. Hampir saja, dia terserempet mobil tersebut.

"Ya Tuhan, bikin kaget aja. Bisa nyetir gak sih," omel Kara, dia mengusap dadanya yang berdebar kencang.

"Kara." Pekik Embun, disusul oleh Samudra.

Hah?

Kara tak percaya apa yang dia lihat, Embun dan Samudra ada di depannya.

"Ada apa?" tanya Kara jutek.

"Kita mau jemput kamu, Kara." Sahut Samudra tersenyum, membuat Kara memutar bola mata.

"Dih so cakep," gumamnya.

"Kamu mau kemana, Kara?" tanya Embun.

"Aku mau ke panti asuhan." Balas Kara.

"Baiklah, kalau begitu aku akan antar kamu ayo." Ajak Samudra, kini dia membuka pintu mempersilahkan Kara untuk masuk.

Embun sendiri duduk di kursi depan bersama Samudra, Kara menoleh ke belakang menatap rumah Evelin. Dia berat untuk meninggalkan Evelin, tapi mau bagaimana lagi Evelin tidak ingin melihatnya.

"Tunggu aku, Mama." Bisik Kara.

***

Di tempat yang berbeda tepatnya di ruangan, Hendra. Dia sedang membuka berkas penting dari email atas nama Nada. Namun, berkas tersebut tidak bisa di buka.

"Astaga ada apa, ini? Kenapa gak bisa dibuka?" tanya Hendra dengan panik.

Di langsung berjalan ke ruangan Rowman, yang berada tepat di depannya.

"Tuan, ada masalah." Hendra dengan kasar membuka pintu,Rowman yang sedang melamun pun terkejut.

"Ada apa, Hendra? Kamu mengejutkanku."

"Tuan harus lihat ini." Hendra memperlihatkan pada Rowman, dia langsung mengakses folder yang tiap hari digunakan dari laptop Rowman.

"Berkas penting, surat perjanjian juga sertifikat perusahaan dalam folder ini tidak bisa di buka." Hendra memberitahu Rowman.

"Tidak mungkin, bagaimana bisa?"

Rowman pun mengecek email milik Nada. Namun, tidak bisa masuk dan tertolak. Dia juga ingin mengecek keuangan perusahaan. Namun, sama saja tidak bisa seolah ada yang memegangnya.

"Sial! Ada apa, ini?" desis Rowman.

Bersambung...

Maaf typo

1
AriNovani
Yang baru baca tolong jangan di skip ya!! soalnya ngaruh ke pendapatan kalo di skip, ya aku gk bayaran 😢
Diah Susanti
kirain udah SMP karena di bab sebelumnya disebut gadis kecil diduga kena pelecehan, ternyata masih balita. miris banget nasibnya, sampai meninggal dianiaya pacar ibunya
Epi Widayanti
lanjut 💪💪💪
Mochi 🐣
Lanjut /Determined//Determined//Determined/
Anonymous
semangat nulis/Determined/
AriNovani: /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
Epi Widayanti
semangat Kara kamu pasti bisa /Determined//Determined/
Epi Widayanti
lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart/
AriNovani
luar biasa
Mochi 🐣
lanjut
Margaretha Indrayani
lanjut thor
pecinta dunia fantasi
hai kak,aq pendatang baru 🥰
Epi Widayanti
next
Mochi 🐣
Lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
Mochi 🐣
Bagus 💙💙💙
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!