"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Jarak Jauh
Jam delapan malam Deril tengah membereskan pakaiannya ke dalam koper. Dengan terpaksa ia tidak membawa istrinya pulang. Keadaan Anna tidak memungkinkan. Deril hanya mencegah sesuatu yang buruk terjadi di perjalanan.
Sedari tadi wajah Anna sangat kusut, ia tidak rela suaminya pergi. Kaki Deril melangkah mendekati istrinya ini. Ia mencium lembut bibir sang istri. Keduanya saling memagut dan menyesap.
"Pokoknya kamu harus video call aku satu jam sekali. Tiap tidur harus on hp-nya. Kalau mau mandi juga, pokoknya harus telepon aku." Lirih Anna dengan wajah sendunya.
"Pasti sayang, nih hp ku selalu aktif. Mamah sama Bima juga ada di rumah, kamu bisa hubungi mereka juga sayang. Aku mencintai mu Anna. Jangan ragukan cintaku! Kita akan bertemu lagi, aku pasti akan menjemputmu pulang. Aku janji." Ucap Deril lembut.
Entah kenapa firasat Anna sangat buruk. Semoga tidak terjadi sesuatu pada suaminya. Deril menenangkan istrinya ini agar tidak berpikiran negatif. Namun tetap saja namanya firasat seorang istri biasanya selalu benar.
"Sssttt kita tidak boleh mendahului Tuhan. Pokoknya kamu harus dandan cantik yah saat jemput aku di bandara. Aku mencintaimu sayang." Ucap Deril.
"Aku juga mas sangat mencintaimu."
Setelah melewati drama panjang, Anna mengantar suaminya sampai bandara di temani orang tuanya juga kakak ketiganya, Atharya.
Pasangan ini berpelukan hangat. Deril terus menciumi seluruh wajah istrinya dan perutnya. "Adek, jagain mamah yah. Papah pergi dulu, nanti papah jemput mamah sama adek yah sayang." Ucap Deril.
"Anna, mamah sama Deril pergi dulu yah. Kami pasti jemput kamu sayang." Ucap mamah Mona.
"Iya mah. Mamah juga jaga kesehatan di sana." Lirih Anna.
Air mata Anna menetes di pipi putihnya. Semoga apa yang di rasakannya tidak benar. Ia mencoba mengikhlaskan kepergian suaminya.
Ketika pesawat itu pergi, tangis Anna semakin pecah di pelukan kakaknya. "Sayang, hei... Udah yah nanti kamu sakit. Deril baik baik saja, Anna." Ucap Atharya.
Papih Alarich mengambil alih Anna dari Atharya. Ia terus menenangkan anak bungsunya ini yang semakin sensitif sejak kehamilannya.
"Kita pulang yah sayang. Mau makan apa?" Tanya mamih Aleesya dengan mengelus punggung Anna.
"Enggak mau mih, Anna mau Deril." Lirih Anna.
"Kita pulang ya istirahat, nanti biar mbok aja yang buatin makanan." Kata papih Alarich.
-
-
-
Semalaman badan Anna menggigil, hati dan pikirannya hanya untuk suaminya. Meskipun Deril sudah memberinya kabar jika dirinya sudah sampai dirumah. Deril semakin khawatir pada istrinya ini.
"Sayang, gimana sekarang? Obatnya udah di minum kan? Aku pasti jemput kamu, jangan di matikan hp kamu." Ucap Deril di video call-nya.
"Udah mas, aku enggak bisa tidur kalau kamu enggak ada." Lirih Anna dengan wajah sendunya.
Deril memperhatikan mertuanya yang tengah mengurus Anna lewat layar di ponselnya. Sejak menikah Anna sangat ketergantungan sekali dengan suaminya ini. Karena Deril sendirilah yang selalu memanjakan Anna dan membuat Anna bergantung pada dirinya.
"Mas kamu istirahat aja, praktek siang kan?"
"Iya aku sambil rebahan di kasur, jangan di matikan. Aku mau lihat kamu. Kalau kamu mau tidur, tidur aja sayang. Jangan pikirin aku." Kata Deril dengan penuh penekanan.
Kepala Anna mengangguk pelan. Tangan mamih Aleesya membetulkan posisi tidur Anna, dan itu terlihat oleh Deril.
"Terima kasih mamih, papih. Maaf merepotkan." Ucap Deril.
"Enggak merepotkan kok, kan Anna anak kami. Begitu juga kamu, nak Deril. Kamu tenang aja, Anna aman di sini." Sahut mamih Aleesya.
Lama kelamaan mata Anna terpejam, ia memeluk boneka bear putih pemberian suaminya. Namun ponselnya tak ia matikan sesuai perintah Deril.
-
-
-
Surabaya...
Deril tersenyum hangat melihat istrinya. Ia memandangi wajah natural Anna yang sangat cantik. "I love you sayang. Tunggu aku yah, aku pasti jemput kamu.
Ia terus memandangi wajah istrinya, hingga Deril menguap dan tertidur pulas. Deril pun tidur pagi itu. Mamah Mona masuk ke kamar anaknya, ia melihat Deril kelelahan dan melihat Anna dari ponsel anaknya.
"Kasihan kalian, ya Tuhan semoga anak dan menantu ku selalu bersama selamanya Amin."
Mamah Mona menghela nafasnya, ia membereskan pakaian anaknya ke lemari. Lalu keluar dari kamar anaknya, ia tidak ingin mengganggu istirahat Deril.
Alarm di hp Deril berbunyi, hingga dirinya terbangun. Namun ia segera memeriksa hp-nya. "Mas, capek banget yah. Aku udah bangun dari tadi. Ayo sana mandi udah jam sepuluh. Kerja jam dua belas kan mas?" Ucap Anna.
"Eugh sayang... Iya aku mandi dulu yah. Ponselnya aku cas dulu baterai-nya sedikit lagi."
"Iya mas sayang, kabarin aku yah kalau udah di rumah sakit. Love you papah."
Anna dan Deril menyudahinya. Deril bergegas mengisi baterai ponselnya, lalu ia ke kamar mandi membersihkan diri. Biasanya ia selalu mandi bersama dengan istrinya. Kali ini terasa sepi sekali.
Di dalam kamar mandi, Deril memeluk bathrobe milik istrinya. "Aku merindukan mu sayang."
Padahal jarak antara Jakarta dan Surabaya hanya kurang dari dua jam saja jika di hitung memakai pesawat. Namun rasanya, seperti jauh sekali.
-
-
Setelah dua hari berpisah, kini Deril tengah bersiap malam ini untuk kembali ke Jakarta, menjemput istrinya. Ia juga sempat membelikan kalung permata yang cantik untuk di hadiahkan pada istrinya.
"Anna pasti suka."
Deril diantar Bima dan mamah Mona sampai bandara. Mamah Mona tidak bisa ikut karena masih harus mengurus yayasan miliknya bersama Bima asistennya.
"Hati hati ya nak, kabari mamah. Anna udah di kasih tahu kan?"
"Udah kok mah, ini belum terlalu malam jadi aku izin kan Anna buat ke bandara jemput aku." Kata Deril.
Benar saja Anna di temani orang tua dan kakaknya, yaitu Atharya yang masih menginap di rumah orang tuanya. Mereka berempat sudah di mobil menuju bandara.
Deril sudah ada di pesawat, ia sempat mengabari istrinya dan mematikan ponselnya. Semuanya baik baik saja, sampai akhirnya sesuatu yang buruk menimpa dirinya.
-
-
-
"Iya mah, nanti Anna kabarin ya mah." Ucap Anna yang menelepon mamah mertuanya.
Mamah Mona pun sama herannya, harusnya Deril sudah sampai dua jam yang lalu namun ia juga belum mendapat kabar dari anaknya itu.
"Sabar sayang, mungkin transit dulu pesawatnya." Celetuk Atharya.
"Enggak mungkinlah kak masa dari Surabaya transit dulu? Kecuali dari luar negeri mungkin iya." Gerutu Anna.
Orang tua Anna juga menenangkan anak bungsunya ini. Mereka melihat beberapa petugas maskapai dan tim sar berlarian.
"Pak berhenti, ada apa ya pak?" Anna menahan satu petugas tim sar.
"Oh ini bu, ada kecelakaan pesawat dari Surabaya menuju Jakarta. Kami baru mendapat informasinya. Permisi bu kami buru buru."
DEG
soal nya lupa