Update Every day
Qing Lou tak tahu kenapa, ia terjebak di dunia entah apa ini. Dan di paksa melakukan hubungan dengan pria asing, yang katanya akan menikahinya.
mengira itu omong kosong seorang pria, siapa sangka pria itu membawanya..tidak, tidak...lebih tepat menculiknya.
dan ya...
cari sendiri kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NINI(LENI), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Saat mereka menikmati waktu bersama, dengan memgendarai kereta dengan tenang.
"Ayo kemari… kalau kalian ingin mati."
dan tak lama.
Ledakan keras memecah keheningan hutan. Anak panah berapi melesat cepat dari arah yang tak terlihat, mengenai sisi kiri kereta kerajaan.
BRAAAAK!
Kayu hancur, roda kereta terpelanting, dan kuda-kuda meringkik panik, hingga berlari pergi. Kereta terguling, membuat Qing Lou terseret ke sisi dalam sementara Lian Zhen sigap menarik tubuhnya agar tidak terhimpit reruntuhan.
menariknya dan menggendongnya, berterbangan di udara. Qing Lou tersentak dan melihat rambut Lian Zhen berterbangan. melihat sisi seriously dan menggendongnya penuh dengan makna.
Benci ingin mengakuinya, tapi melihat pria itu dari samping rasanya ada yang berbeda.
"Keluar! Sekarang!" seru Lian Zhen sambil menghunus pedangnya. kearah yang menyerang mereka itu, masih diudaran.
Begitu kaki mereka menyentuh tanah, sekumpulan pria berbaju hitam dengan pakaian asing—bukan gaya kerajaan manapun yang pernah dilihat Lian Zhen—muncul dari balik pepohonan, dengan kecepatan yang mengerikan.
Baju mereka bukan sutra halus kerajaan, tapi kain tebal hitam dengan sulaman merah tua. Corak yang menyeramkan, seperti ular memakan ekornya sendiri terpahat di dada masing-masing.
bahkan Qing Lou yang sudah bekerja dibawah kegelapan selama ini, tak pernah melihat pola itu. Dan jelas dari aura yang tak terbaca sama sekali.
Artinya sangat lemah dan jauh lebih kuat darinya.
Mereka bergerak dalam kesunyian… terlalu sunyi bagi manusia biasa, ataukah bagian dari monster berbentuk manusia?
Lian Zhen langsung berdiri di depan Qing Lou, yang tentu masih pucat. "Tetap berada di belakangku. Jangan jauh sedikit pun."
Qing Lou memgeluarkan dan memutar pedangnya, menyiapkan kuda-kuda. "Jangan lupa aku juga bisa bertarung!"
Lian Zhen menatapnya sekejap. Ada senang, ada kekhawatiran. Tapi ia tahu melarang Qing Lou hanya akan menghambat.
"Baik. Tapi tetaplah Berhati-hatilah..."
Mereka menatap satu sama lain, seakan bisa berbicara dengan tatapan mata hingga, mereka pun menyerbu.
Pedang Lian Zhen melawan empat pria bersenjata sekaligus, sementara Qing Lou bergerak cepat seperti kilat—lebih cepat dari yang pernah dilihat Lian Zhen sebelumnya. Seperti… ia kembali ke dirinya yang dulu.
bahkan maut kalah cepatnya.
Dan itu anehnya, musuh itu pun tidak menyerang Qing Lou sebrutal mereka menyerang Lian Zhen. Seakan - akan menghindari serangan milik Qing Lou dan mencoba menahan diri, tapi Lian Zhen seakan dibabi buta.
Saat pedang pembunuh itu hampir menyentuh Qing Lou, gerakan tiba-tiba melenceng. Seolah ada perintah agar tubuh gadis itu tidak boleh terluka.
Lian Zhen tentu menyadarinya, bahkan sebelum menyerang sudah disadarinya. Tapi pertanyaan dalam dirinya kenapa??
"Kenapa mereka…? Mereka tidak ingin melukaimu…" gumamnya transmisi suara sambil menepis tiga bilah pedang sekaligus.
Qing Lou juga merasakan hal yang sama. Gerakan mereka terlalu terlatih, dan jelas mereka lebih kuat darinya tapi mengapa saat pedang mereka ingin mengenainya, menyerang arah yang salah. Terlalu familiar, gerakkannya. Tapi ia tak mengenali satu pun dari wajah mereka… atau ia tidak mengingatnya.
Sampai akhirnya—
Seorang pria muncul dari balik kegelapan, datang dengan kecepatan dan aura lebih sangat familiar juga.
dan semua orang itu berlutut dengan hormat, lalu berhenti bertarung.
Saat kakinya menampak ke tanah, langkahnya santai, seperti tidak sedang berada di tengah medan perang. Lehernya dihiasi kalung tipis dari logam merah gelap. Matanya abu-abu gelap, memancarkan kematian dan kehancuran dalam satu tatapan.
Rambutnya hitam panjang terikat setengah tinggi, dan senyum samar di bibirnya membuat Qing Lou merinding hebat.
"Kenapa menatapku begitu?"
sampai terdengar suara yang membuat kedua orang disana syok.
"Akhirnya… ketemu juga. Tuan Putri."
Qing Lou terdiam.
Tapi...Lian Zhen mengarahkan pedangnya pada pria itu tanpa pikir panjang. "Tuan Putri? kau pikir siapa dia? dia adalah wanitaku, jangan asal bicara kau!" Dan mengayunkan pedangnya.
Tapi pria itu tersenyum dengan menatap remeh, hanya mengayunkan tangannya dengan lembut.
Namun dalam sedetik, Lian Zhen terpental beberapa meter, tubuhnya menghantam batang pohon besar hingga menimbulkan retakan.
"LIAN ZHEN!" seru Qing Lou panik dan beralih kearahnya.
Tapi pria itu hanya menghela napas seolah kesal. "Aku tidak ingin melukainya. Jangan membuatku mengotori tangan lebih jauh. Atau aku bisa tanpa sengaja melenyapkan!"
Lian Zhen mendesis menahan sakit tapi bangkit kembali, dan mengeluarkan darah dari bibirnya.
"Siapa kau?! Dan kenapa mengejar Qing Lou?!" katanya yang dibantu Qing Lou berdiri.
Pria itu menatapnya tanpa minat, "Namaku Hei Shun."
Qing Lou menelan ludah. Nama itu… tidak terasa asing. Seperti rasanya sangat mengenalnya tapi aneh juga, tak mengingatnya juga.
Hei Shun melanjutkan dengan sangat malas, seolah memperkenalkan dirinya adalah pekerjaan paling membuang waktunya.
"Panglima Besar Kerajaan Yuelong. Penjaga pribadi Tuan Putri Qing Xian—atau nama yang kalian pakai di sini… Qing Lou."
Dunia Lian Zhen seakan runtuh, menatap kearah wanitanya yang bingung menatap arah Hei Shun.
"Qing… Xian?" ulangnya, tidak percaya. dan akhirnya Qing Lou mendengar itu, menggelengkan dengan cepat. "Zhen...aku tidak mengenalnya..." ucapnya dengan suara tulus.
Lian Zhen mengulas senyum, "Jangan takut ada aku!" katanya dan ia mengangguk dengan pelan.
"Tentu saja Tuan Putri tak mengingatnya. Tuan Putri yang hilang, selama 12 tahun karena perang dasyat. Pewaris tunggal. Yang seharusnya tidak pernah berada di negeri ini."
Qing Lou memucat.
Hei Shun melangkah mendekat, dan dua penjaga lain berdiri bergerak cepat menangkap Qing Lou, memisahkan dari Lian Zhen dari belakang. Lian Zhen kembali menyerang tapi Hei Shun hanya mengibaskan jarinya.
Sekali sentuhan udara—Lian Zhen terpental lagi, seolah tertiup angin ribut.
"Agrhhh!"
Qing Lou berusaha meronta, meminta ingin dilepaskan. "Lepaskan aku! Lian Zhen!" membulatkan mata melihat terpendal lagi dengan darah berceceran.
Tapi salah satu penjaga memukul belakang lehernya dengan tepat, membuat tubuh Qing Lou limbung. Yang terakhir ia ucapkan, "Jangan membunuhnya!"
Detik terakhir sebelum ia kehilangan kesadaran, Hei Shun mendengar kalau untuk tidak membunuh pria itu, hanya menatap malas.
"Kau dengar? bahkan saat tertidur saja untuk tidak membunuhmu!"
Dia meninggalkan Lian Zhen mengambil tubuh junjungannya, tubuhnya diangkat dengan lembut. "Tuan Putri, waktu bermain anda telah usai. mari kita pulang!"
Lian Zhen, yang masih berjuang bangkit, mendengus marah. "Kenapa membawanya?! Dia berhak bebas! Dan siapa sebenarnya kalian?!"
Hei Shun menatapnya dari atas bahu. "Karena dia bukan milik negeri ini. Dan bukan milikmu." Tatapannya menajam.
"Dan karena dia sudah memiliki tunangan resmi—yang ditetapkan oleh Yang Mulia sendiri, sendari Tuan Putri masih kecil."
Dada Lian Zhen berdenyut nyeri, terasa seperti disayat oleh belati.
TUNANGAN?
Siapa?
Kenapa Qing Lou tidak pernah—
Hei Shun tersenyum dingin, dan terkekeh.
"Calon suaminya? Nama beliau… Yang Mulia Rui. Klan Suci. Satu-satunya pria yang pantas memegang tangan Tuan Putri Qing Xian."
Lian Zhen menegang.
Tubuhnya bergetar.
Tapi karena kecemburuan, amarah, dan ketakutan—semuanya bercampur menjadi satu.
"Apa hebatnya dia?" ungkapnya tak terima.
"Apa bedanya katamu? jelas beda, tuan putri memiliki kekuatan yang tak bisa kau tanggung dan Yang Mulia Rui memiliki keturunan dewa terdahulu, jelas kau kalah segalanya...bahkan kau manusia biasa!"
mendengar semua itu, Lian Zhen teriris dan itu memang benar. Dan di depan matanya, Qing Lou—atau Qing Xian—dibawa pergi tanpa ia bisa menghentikannya, setelah mendengarkan kebenaran yang tak sanggup ia terima.
"Qing Lou...gumamnya!"
..._BERSAMBUNG_...