Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23: Dosa yang Terungkap
“Mas Arfan…” Suara Ayana nyaris seperti bisikan, terputus-putus. “Apa ini semua…?” Ia menunjuk dokumen-dokumen itu, matanya berkaca-kaca. “Aditya… dan kamu… Apa maksud semua ini?”
Arfan membeku di ambang pintu, seperti patung yang baru saja dihempas badai. Wajahnya yang biasanya tenang dan berwibawa kini pucat pasi, ketakutan terpancar jelas dari kedua matanya. Ia tak pernah membayangkan Ayana akan menemukan rahasia itu, apalagi dengan cara seperti ini.
Seketika, atmosfer di ruang tamu berubah dingin, mencekam. Kehangatan yang baru saja mereka bagi lenyap tak berbekas, digantikan oleh jurang pengkhianatan dan kebohongan yang menganga lebar. Arfan perlahan melangkah masuk, setiap gerakannya terasa berat, seolah menahan beban dunia.
“Ayana…” Ia mencoba meraih tangan Ayana, namun wanita itu spontan menarik diri, seolah sentuhan Arfan kini membakar kulitnya. Kertas di tangan Ayana bergetar hebat, lebih dari sekadar emosi, tetapi juga gemetar karena pondasi kepercayaannya runtuh.
“Jangan sentuh aku!” desis Ayana, suaranya tajam dan penuh luka. “Jelaskan ini semua, Mas! Apa ini? Kenapa ada nama Aditya di sini? Dan… kenapa namamu ada di sampingnya? Pengalihan dana besar apa ini?”
Arfan menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Namun, melihat air mata yang mulai membanjiri pipi Ayana, hatinya terasa tercabik. Ia tahu, momen yang paling ditakutinya telah tiba. Momen di mana semua kebenaran akan tumpah, dan mungkin menghancurkan segalanya di antara mereka.
“Duduk dulu, Ayana. Kita bicara baik-baik,” kata Arfan pelan, suaranya serak. Ia mencoba terdengar meyakinkan, namun getaran di nadanya tak bisa disembunyikan.
“Bicara baik-baik?” Ayana tertawa pahit, air mata terus mengalir. “Bagaimana aku bisa bicara baik-baik saat di depan mataku terkuak bahwa suamiku… suamiku terlibat dalam… dalam penipuan? Dan kamu… kamu tahu semua ini? Kamu menyembunyikannya dariku?!”
Ayana melemparkan lembaran kertas yang dipegangnya ke lantai. Kertas itu melayang sebentar sebelum jatuh di antara dokumen lain yang berserakan. Foto-foto di karpet menunjukkan detail transaksi bank, beberapa dengan coretan tangan yang tampak seperti tanda tangan Aditya, dan laporan keuangan mencurigakan.
“Aku tidak menyembunyikannya untuk menyakitimu, Ayana,” Arfan mencoba membela diri. “Aku… aku menyembunyikannya untuk melindungimu. Untuk melindungi keluargamu, nama baik Aditya, dan juga perusahaan.”
“Melindungiku? Dengan menyembunyikan kebenaran sebusuk ini?” Ayana bangkit berdiri, menatap Arfan dengan mata merah menyala. “Aditya… suamiku… terlibat dalam penggelapan dana? Dana perusahaan? Itu yang ingin kamu katakan?”
Arfan mengangguk pelan, matanya menatap lurus ke Ayana, penuh penyesalan. “Ya, Ayana. Aditya… dia memang terlibat. Tidak hanya penggelapan dana, tapi juga skema pengalihan aset perusahaan ke rekening-rekening fiktif di luar negeri. Ini… ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum kami mengenalmu.”
Dunia Ayana seakan runtuh. Gambar Aditya yang ia kenal—suami yang penuh kasih, ayah yang bertanggung jawab, pewaris perusahaan yang berdedikasi—hancur berkeping-keping di depannya. Semua yang ia yakini tentang masa lalunya, tentang cinta pertama dan kebahagiaan singkatnya, terasa seperti kebohongan besar.
“Tidak mungkin…” bisik Ayana, menggelengkan kepala. “Aditya tidak mungkin melakukan itu. Dia orang baik. Dia tidak mungkin—”
“Aku tahu ini sulit diterima,” potong Arfan, mendekat lagi, kali ini Ayana tidak menghindar. “Aku sendiri awalnya tidak percaya. Tapi buktinya sangat kuat, Ayana. Setelah Aditya meninggal, aku menemukan beberapa kejanggalan dalam laporan keuangan. Aku menyelidikinya diam-diam.”
Ia menunjuk ke USB flash drive di pangkuan Ayana. “Di sana ada semua data asli, salinan transaksi, bukti transfer, dan catatan komunikasi Aditya dengan pihak-pihak yang membantunya di luar negeri. Bahkan ada rekaman suara dari beberapa meeting rahasia yang ia rekam untuk dirinya sendiri, mungkin sebagai pengingat atau jaminan.”
Ayana meraih USB itu, tangannya gemetar. Membuka folder di laptopnya, ia melihat deretan file yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Nama-nama asing, angka-angka fantastis. Otaknya berputar, mencoba mencerna semua informasi yang membanjirinya.
“Lalu… lalu kenapa namamu ada di sana?” tanya Ayana lagi, menunjuk dokumen yang ia lempar. “Kenapa kamu terlibat dalam pengalihan dana ini juga?”
Arfan menghela napas panjang, tatapannya beralih ke lantai, seolah menimbang setiap kata yang akan ia ucapkan. “Ketika aku menemukan semua ini, Ayana, situasinya sangat berbahaya. Jika kebenaran terungkap, itu tidak hanya akan menghancurkan nama baik Aditya, tapi juga menghancurkan perusahaan. Nilai saham akan anjlok, investor akan menarik diri, dan kemungkinan terburuk… perusahaan bisa bangkrut.”
“Bukan hanya itu,” lanjut Arfan, mengangkat pandangannya, matanya memancarkan rasa bersalah yang mendalam. “Keluarga kita, nama keluarga Pratama, akan tercoreng selamanya. Dan yang paling penting… masa depanmu dan Raya, akan terancam. Kalian akan dicap sebagai keluarga penipu, Ayana. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.”
“Jadi, kamu… kamu memutuskan untuk membersihkan kekacauan itu dengan caramu sendiri?” tanya Ayana, suaranya bergetar antara marah dan tak percaya. “Dengan ikut terlibat dalam pengalihan dana palsu untuk menutupi jejak Aditya? Itu yang kamu maksud melindungi?”
Arfan mengangguk pelan. “Aku membuat beberapa transaksi balik, Ayana. Mengubah catatan akuntansi, menciptakan jalur dana fiktif untuk menutupi lubang yang ditinggalkan Aditya. Aku mencoba membuat semuanya terlihat seperti sebuah investasi rahasia yang gagal, atau dana darurat perusahaan yang dikelola secara internal, bukan penggelapan.”
“Itu artinya kamu juga seorang… kriminal,” bisik Ayana, mundur selangkah. Kata itu terasa begitu asing, begitu menyakitkan untuk diucapkan kepada pria yang telah menjadi sandarannya, yang telah mengisi kekosongan hatinya.
“Aku tahu,” kata Arfan, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku tahu aku mengambil risiko besar. Aku tahu ini salah. Tapi saat itu, Ayana, aku merasa tidak punya pilihan lain. Aku harus melindungi apa yang tersisa dari keluarga ini, melindungi kalian.”
“Melindungiku?” Ayana tertawa hambar. “Atau melindungi reputasi keluargamu sendiri? Melindungi warisan yang tidak ingin kamu lihat hancur?”
“Keduanya, Ayana! Itu semua saling berkaitan!” Arfan meninggikan suaranya, frustrasi dan keputusasaan terlihat jelas di matanya. “Jika perusahaan hancur, kamu dan Raya juga akan terpuruk. Apa bedanya? Aku tidak ingin kamu menderita karena kesalahan Aditya!”
“Jadi kamu memilih berbohong kepadaku?” Ayana balas membentak, air mata yang sudah mengering kini kembali mengalir deras. “Kamu membiarkanku hidup dalam kebohongan. Membiarkanku percaya pada seorang pria yang sebenarnya penipu. Dan kamu, yang kucintai… kamu ikut menutupi semua ini!”
“Aku mencintaimu, Ayana. Itu benar,” Arfan mendekat, mencoba menyentuh pipi Ayana. “Dan karena aku mencintaimu, aku ingin melindungimu dari semua ini. Aku ingin kamu hidup tenang, tanpa beban masa lalu yang gelap ini.”
Ayana menepis tangan Arfan dengan keras. “Cinta? Apa gunanya cinta jika dibangun di atas tumpukan kebohongan dan pengkhianatan? Bagaimana aku bisa percaya padamu lagi, Mas? Bagaimana aku bisa tidur nyenyak tahu bahwa pria yang kubaringi setiap malam adalah bagian dari semua ini?”
Pikiran Ayana kalut. Suaminya, Aditya, ternyata adalah seorang penipu. Pria yang dicintainya sekarang, Arfan, terlibat dalam upaya penutupan kejahatan itu. Ia terjebak di tengah badai etika yang mengerikan. Hatinya sakit, bukan hanya karena kebenaran tentang Aditya, tetapi juga karena Arfan telah memilih untuk merahasiakannya.
“Apa yang harus kulakukan sekarang, Mas?” bisik Ayana, suaranya hampa. “Melapor polisi? Membiarkan nama Aditya hancur? Membiarkan perusahaan bangkrut? Atau… atau aku harus ikut bersekongkol denganmu dalam kebohongan ini?”
Arfan tidak bisa menjawab. Ia tahu ini adalah pilihan yang berat, pilihan yang akan menghancurkan salah satu dari mereka, atau bahkan keduanya. Ia telah menempatkan Ayana dalam posisi yang tak termaafkan.
Saat itu, ponsel Ayana berdering. Getarannya terasa seperti getaran gempa di tengah kehancuran hatinya. Ia melihat nama di layar: Vina. Jantung Ayana mencelos. Untuk sesaat, ia melupakan masalah dengan Vina, tapi kini instingnya berteriak ada bahaya baru.
Ia mengangkat telepon itu dengan tangan bergetar, tanpa mengatakan apa-apa. Hanya suara Vina yang terdengar nyaring, menusuk ke telinganya, seolah Vina tahu segalanya. “Ayana, kamu di mana? Cepat datang ke rumah sakit sekarang! Raya… Raya kecelakaan!”
Ponsel Ayana terlepas dari genggamannya, jatuh ke karpet, suaranya bergema dalam keheningan yang mematikan. Kedua matanya melebar, menatap Arfan, dipenuhi kengerian yang tak terlukiskan. Semesta Ayana benar-benar runtuh, bukan hanya karena rahasia masa lalu, tetapi juga karena ancaman mengerikan di masa depan anaknya.
“Raya… kecelakaan?” bisik Ayana, suaranya putus asa, dunianya gelap gulita. Apa yang akan terjadi pada putrinya? Apa yang akan terjadi padanya?
Arfan menatap Ayana, wajahnya semakin pucat. Ia tahu, dari semua masalah yang kini mereka hadapi, ancaman terhadap Raya adalah pukulan yang paling telak, yang paling tak terduga. Dan ia juga tahu, ini belum berakhir.
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini