DARK SIDE

Tentu saja Arumi tidak melihat dimana cowok yang mirip King duduk, ternyata dia ada di belakang kursi Arumi. Mereka saling memunggungi.

Setiap meja bundar berisi empat kursi, ditempat King ada empat orang dan di tempat Arumi ada Dayan, Arumi dan Mirah. Lagi satu kosong.

Saat ini Arumi menjadi pusat perhatian siapa yang tidak ingin mempunyai istri atau menantu sepertinya. Orangnya cantik, kaya, ramah dan pintar. Mungkin sebentar lagi kedudukan Arumi akan naik, menjadi Owner.

Setiap hari dia dibimbing khusus oleh seorang konsultan bisnis. Tuan Wijaya membentuk Arumi menjadi Owner di hotel seperti keinginan nyonya Sonya.

Arumi duduk sambil asyik main hape, ia kesel kepada Dayan yang tadi koar-koar tentang calon istri yang menyerempetnya.

Ingin rasanya membisikan Dayan supaya menarik omongannya, tapi Arumi takut kalau Dayan malah berulah.

Apalagi ia melihat ada tuan Wijaya duduk dengan ditemani beberapa bapak-bapak di meja sebelah sana.

"Rame banget ya nona, saya dengar tamu undangan ada seribu orang." ucap Mirah tebar pesona.

"Orang kaya mah bebas, mau bikin undangan sejuta juga mampu. Kursi tamu yang di sebelah kiri masih banyak yang kosong. Mungkin kalau hari libur tamu bisa lebih banyak."

"Benar, semua orang disini terlihat dari keluarga berkasta, kaya dan berwibawa."

"Ini namanya Puri Ghosa, tempat orang kaya berkumpul."

Tiba-tiba hape Arumi bergetar. Perlahan ia membuka aplikasi warna hijau. Arumi tersenyum membaca chat dari King.

[Hallo cantik kamu ada dimana?]

Tulis King sambil tersenyum dalam hati. Ia senang sekali menggoda Arumi, gadis itu kalau membalas chatnya bikin tertawa.

[Aku berada di samping dr4kvla]

Balas Arumi dengan emotion bertanduk.

[Enak dong bersama dr4kvla, tunggu di gigit leh3rnya]

[Oh..dr4kvla, jangan gigit aku, .....]

Senyum Arumi lenyap ketika hapenya pindah tangan. Mata Dayan menikam hati, tajam, tembus menusuk jantung.

"Pantaskah kau berbuat begini?" ucap Dayan pelan, takut di dengar orang banyak. Suaranya pelan, tapi rahangnya mengeras menahan marah.

"Maksudmu? kau tidak berhak melarangku. Kau kasar, sini bawa hapeku."

"Jadi kau menganggap aku d3r4kula, lalu pacarmu yang sopir taxi apa? Bi4w4k!"

"Lebih terhormat lah, baik hati dan tidak sombong."

"Br3ngsek! Kebiasaan manusia itu main belakang terus, aku akan menelponnya. Aku akan tantang p*r4ng!!"

Dengan emosi yang membara, Dayan menelpon King beberapa kali, tapi terus ditolak. Arumi juga heran, padahal King memakai hapenya, kenapa di reject?

Tentu saja di reject, karena King tepat berada dibelakang Arumi. Gadis itu dan Dayan tidak menyadari, penampilan King memang beda, King manglingi.

"Kau sekongkol dengan sopir taxi itu ya. Manusia kurang aj4r, nyalinya ciut tidak mau ngangkat telpon. Berani dia nongol aku tidak segan-segan m*mbvnvhnya." ancam Dayan Kole esmoni.

"Dayan, kau jangan macam-macam disini, dari tadi aku berusaha sabar dan tidak frontal menerima perlakuanmu. Kau pikir aku takut padamu jangan membangunkan macan tidur."

Dayan tidak menjawab, bibirnya bergetar saking marahnya. Tiba-tiba dia bangun dan beranjak pergi. Arumi tidak berusaha menahannya, ia malah senang.

"Nona, kenapa dibiarkan tuan Dayan pergi?" ucap Mirah mencolek Arumi.

"Biarin, aku benci padanya. Enak saja dia m3ngklaim diriku, dia pikir aku robot yang bisa dioperasikan semaunya."

"Tapi hape nona dibawa olehnya."

"Astaga, aku lupa, dimana dia?"

Arumi baru ingat hapenya dikantongi Dayan. Tapi Dayan sudah tidak kelihatan lagi. Kursi yang kosong disebelahnya kini sudah terisi.

"Hallo Arumi, kenalkan aku Degoes..." seorang pemuda mengulurkan tangannya.

"Senang berkenalan denganmu, gimana khabarmu?"

"Seperti yang kamu lihat, aku sehat. Apa kamu tahu Arumi, kita masih saudara sepupu."

"Betulkah, aku senang bertemu dengan saudara sepupu." ucap Arumi datar.

"Kapan-kapan aku akan mampir ke Puri, kangen dengan bibi." ucap Degoes basa basi.

"Baiklah, aku tunggu hari itu." sahut Arumi tersenyum.

Beberapa gadis ayu datang membawa berbagai macam penganan dan minuman dingin ditaruh di meja.

"Tuan, Nona, silahkan cicipi, ini namanya coffee bali dan ini kudapan."

Gadis itu membagikan tiga cangkir kosong dan satu buah poci isi air panas. Beberapa sachet kopi, teh, gula, creamer sangat praktis.

"Terimakasih." ucap Arumi.

"Silahkan Arumi, aku racik kopinya ya?"

"Tidak usah Degoes, aku mau minum teh saja." tolak Arumi.

Mirah mengambil cangkir lalu meracik teh untuk Arumi dan dirinya.

"Nona silahkan minum, ini teh marigold dari hotel Ghosa."

"Terimakasih Mirah."

Degoes orangnya sangat friendly, dengan cepat memikat hati Arumi. Mereka terus berbincang-bincang sampai tamu, satu persatu pulang.

Tuan Wijaya datang dan mengajak Arumi pulang. Wajahnya tidak bersahabat kala bertemu Degoes.

"Arumi, kita pulang."

"Saya mengantar Arumi pulang Om." ucap Degoes sambil tersenyum. Tuan Wijaya tidak menjawab.

"Maaf paman, aku bawa mobil sendiri."

"PULANG!"

Arumi terpaksa berdiri, ia mengajak mirah mengikuti pamannya. Degoes juga ikut. Kesal kalau pamannya ikut-ikutan marah seperti Dayan.

"Mirah kita jangan pulang dulu, aku menunggu Dayan. Hape ku dibawa." bisik Arumi berhenti berjalan. Suasana sangat ramai.

"Ya nona, tapi tuan Wijaya sudah jalan keluar. Saya takut dia marah."

"Tenang saja, nah itu dia datang." ucap Arumi tetap berdiri disamping Degoes. Tiba-tiba tubuh laki-laki itu menimpanya. Arumi berteriak kaget. Semua orang tertawa melihatnya, mereka mengira Degoes bercanda.

"Degoes..tolong...kenapa dia begini." teriak Arumi ketakutan sambil memeluk Degoes.

Semua orang kaget bukan kepalang ketika tahu Degoes tidak bergerak. Mereka lalu mengerumuni Arumi dan mengevakuasi tubuh Degoes.

Untung ada dokter ditempat itu. Ia sigap menolong Degoes dengan memberi pertolongan pertama, tapi tidak bisa ditolong.

Arumi gemetar memeluk Mirah. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Setiap lelaki yang dekat dengannya selalu tumbang dan mati. Ada apa sebenarnya? Biasanya Dayan akan menuduh King. Tapi sekarang tidak ada King, siapa yang dituduh.

Melihat Arumi pucat pasi banyak pemuda ingin menghiburnya, sekedar memberi air.

"Mungkin dia mengalami serangan jantung." kata para tsmu dengan menggelengkan kepala.

Terdengar isak tangis dari orang-orang yang mengenalnya. Dayan mendekati Arumi, ia mengembalikan hapenya.

"Pulanglah, aku mau membantu disini. Dia pasti meninggal." ucap Dayan sedih.

"Aku tidak enak pulang, karena dia terakhir duduk bersamaku, takutnya aku dikira memakannya."

"Tidak mungkin orang curiga padamu, kecuali kamu bisa berubah menjadi nenek-nenek yang serem wajahnya." sahut Dayan sekenanya.

"Ya nona, pasti nona berpikir LEAK, tidak mungkin ada begituan siang hari. Tenang saja nona."

Akhirnya Degoes dinaikan ke mobil oleh para tamu dan langsung dibawa ke rumah orang tuanya. Dokter berkesimpulan kalau Degoes pembuluh darah otaknyaĝ pecah, karena ada darah dari telinga dan hidung.

*****