Sahabat Atau Cinta

Dokter spesialis kandungan menelpon Reno terkait hasil tes yang di lakukan dirinya dan Ara.

Reno tidak memberi tahu Ara ia juga segera menghapus chat di ponselnya dari dokter Nia. yaitu dokter spesialis kandungan yang menangani Ara.

"Ada sedikit masalah dengan Ara, mungkin ini akibat trauma dari kehamilan sebelumnya"

Reno terdiam mendengar penjelasan dokter Nia. ia mengusap wajahnya berpikir agar Ara tidak perlu tahu hasil tes itu.

"Berapa peluang Ara bisa hamil lagi?" tanya Reno.

"Peluang itu selalu ada Ren tapi kami tidak bisa memastikan"

"Bagaimana dengan bayi tabung?"

"Akan cukup sulit karena kita harus melakukan serangkaian tes dan prosedur lainnya"

"Dokter jangan katakan apapun pada Ara, nanti biar aku yang menjelaskan saja"

"Baiklah"

Reno keluar dari gedung rumah sakit. ia meraih sebatang rokok lalu menyulutnya. pikirannya gusar ia tidak tega memberi penjelasan apapun pada Ara.

Senyum tipis tersungging di bibir Reno saat mengenang kehamilan Ara sekaligus alasan kenapa dirinya dan Ara bisa menikah. karena Ara hamil nak Reno, jadilah status persahabatan diantara keduanya berubah menjadi pernikahan.

Saat ini Reno tahu Ara begitu ingin hamil lagi dan memiliki anak. istrinya itu gigih sekali menjaga pola makan dan istirahat. ikut program hamil dan konsultasi ke dokter. tapi takdir berkata lain untuk waktu dekat ini Ara sepertinya belum memungkinkan untuk mengandung lagi.

Bayi tabung yang selalu Ara katakan pun tidak bisa menjadi solusi permasalahan yang di alami Ara.

Reno menghembuskan asap rokok ke udara, melepas semua pikiran beratnya.

Selesai dari rumah sakit Reno pergi ke kantor Ara. ia ingin bertemu wanita yang ia cintai itu lalu memeluknya.

"Hai Ren, Ara ada di ruang kerjanya" kata Aleta yang berpapasan dengan Reno di lobi.

"Oke" Reno tersenyum ramah pada Aleta sembari berjalan memasuki lift menuju lantai dua.

Kantor Ara dan Aleta tidak begitu besar, terdiri dari dua lantai tapi lumayan luas bisa untuk pameran busana rancangan mereka setiap tahunnya.

Reno berdiri di depan ruang kerja Ara, ia mengamati Ara dari kejauhan yang sedang sibuk mengarahkan asistennya untuk memotong fabric yang akan segera di jahit.

Ara terlihat cantik dan menarik saat ia sibuk bekerja. Reno masih berdiri di tempatnya mengamati Ara sambil memikirkan perkataan dokter Nia.

"Sayang? kau kemari?" Ara berjalan mendekati Reno sembari memegang sebuah pensil warna di tangannya. Ara mendaratkan kecupan ringan di bibir Reno. suaminya itu membalas dengan melingkarkan sebelah lengannya di pinggang ramping Ara.

"Aku ingin melihat mu jadi aku kemari" kata Reno menatap Ara dengan perasaan campur aduk.

"Apa ada masalah? kau terlihat pucat?" Ara mengusap pipi Reno dengan lembut sembari bergelayut di pelukan Reno.

"Aku hanya lapar belum makan siang" jawab Reno sambil tersenyum.

"Ayo kita makan dulu, bagaimana kalau ke restoran depan kantor saja?" tanya Ara.

"Hmmm" Reno menggenggam tangan Ara sembari berjalan keluar kantor.

Di sela makan siang Ara bercerita tentang projects yang ia kerjakan hasil kerja sama dengan brand ternama luar negeri. wajah Ara terlihat berbinar senang.

Reno mengulurkan tangannya dengan jemarinya ia mengusap pinggiran bibir Ara yang terkena makanan.

"Semoga sukses untuk project nya sayang, aku akan menunggu kau mengadakan pameran musim depan" kata Reno.

"Iya dan kau akan jadi model lagi" Ara tertawa ia tahu Reno tidak suka jadi model. ia hanya terpaksa karena ingin menyenangkan Ara. sejak dulu Reno memang begitu di ia tidak bisa melihat Ara kecewa.

"Model? aku sudah tua sayang sudah tidak menarik berada di panggung mewah itu"

"Tua?! kau mengada ada! belum juga kepala empat kau masih muda dan tampan Reno sayang! dan yang terpenting perut mu tidak buncit"

Reno tertawa mendengar ucapan Ara. biasanya pria yang sudah menikah memang jarang merawat bentuk tubuhnya dan pergi ke gym. tapi tidak dengan Reno, tidak ada perubahan di fisiknya semua masih sama seperti sebelum ia menikah dengan Ara. masih atletis dan tampan.

Di sela pembicaraan tatapan Ara tertuju pada sala satu meja di ruangan itu. ada pasangan yang membawa anak-anak mereka makan siang bersama. Ara tersenyum melihatnya ia membayangkan dirinya dan Reno juga melakukan hal yang sama.

"Lihat mereka Ren, seru ya nanti kalau kita punya anak kita harus sering pergi makan siang bersama" kata Ara.

Reno terdiam lidahnya terasa kelu, matanya hampir berkaca-kaca melihat kebahagiaan Ara yang menyaksikan sepasang keluarga sempurna di hadapan mereka.

"Iya" Reno mengusap lembut punggung tangan Ara.