"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Club malam
Suara musik berdentum keras mengajak orang untuk bergoyang di ruang dengan lampu warna-warni dan pencahayaan kurang.
Musik yang enak didengar memaksa tubuh mereka bergoyang, di ikuti minuman pahit namun membuat lupa.
Jesica bergoyang bersama dengan teman-temannya di club malam ini. Ia mengenakan tanktop maroon dengan tali kecil di bahunya, di padu dengan celana jeans sempit.
Jesica menikmati hidupnya malam ini, ia menyukai setiap tegukan minuman dan musik yang menari-nari di kepalanya. Jesica tertawa bahagia.
Sebuah tangan dengan santainya melingkar begitu saja di pinggangnya. Awalnya Jesica berfikir itu hanya untuk menemaninya bergoyang tapi tangan itu dengan nakal malah menelusup ke balik tank topnya
Jesica menepis tangan itu kuat dan mendorong si pria itu. Namun si pria tak mau begitu saja melepaskan targetnya. Ia memaksa memeluk pinggang Jesica lagi sehingga terjadi sedikit kehebohan dengan dorong mendorong.
Tepat saat itu seorang pria, menarik jesica dari pria hidung belang itu
.
"Jangan ganggu cewek gue" bisik pria itu dan menarik jesica ke pinggir club itu.
Jesica bersandar di dinding club, matanya menatap sayu pria di hadapannya. Sangat jelas dia kenal laki-laki itu.
Dia adalah
"Kak Tama" panggil Jesika.
"Sebaiknya kamu segera pulang, kamu udah mabuk" kata Tama bermaksud pergi dari hadapan Jesika.
"Kak" tahan Jesika.
Jesika terlihat sangat mabuk, ia sudah tak bisa berdiri dengan baik lagi seperti seharusnya.
Setelah menatap Jesica ia akhirnya menghembuskan nafasnya kesal dan menarik jesica dari tempat itu.
......................
Jesika meneguk minuman dingin yang diberikan Tama padanya, hanya sebuah air mineral dingin biasa.
Mereka sedang duduk di trotoar jalan, diterangi lampu jalan berwarna jingga.
Jesika kemudian menatap Tama yang duduk disebelahnya. Cahaya lampu bewarna Jingga itu membuat wajah Tama terlihat tampan.
Jesika memukul kepalanya sendiri, ia sepertinya sedang mabuk. Ia kembali meneguk minuman itu.
Tama yang duduk disebelahnya hanya memperhatikan dengan wajah bingung.
"Kamu bisa pulang sendirikan?" Kata Tama melirik jam tangannya yang sudah jam 01.36.
Jesika menggeleng.
"Dengar ya, aku bukan mas mu. Kalau mau pulang, minta jemput sama mas mu" kata Tama berdiri dari duduknya.
Tangan Jesica menahan tangan Tama, membuat Tama melirik perempuan yang sedang duduk di trotoar itu.
"Aku gak mau di marahkan mas Juna" kata Jesica.
Tama memutar matanya malas, apa lagi mendengar nama cowok brengsek itu
"Jangan mabuk-mabukan lagi, untung aku ada disana tadi" kata Tama
Jesika mengangguk, ia kemudian mencoba berdiri tapi karena efek masih teler akhirnya ia terhuyung hampir jatuh. Untung Tama dengan sigap menangkap tubuh itu sebelum jatuh ke tanah.
Tama menatap wajah Jesica yang beberapa senti dari wajahnya. Wajah gadis cantik itu memerah, Tama tak tau apa itu karena efek alkohol atau apa.
"Hati-hati" kata Tama terdengar sangat lembut di telinga Jesika.
Jesika mundur beberapa langkah, Tama melepas jaketnya dan menyerahkan pada jesica.
"Sedikit bau matahari, tapi mendingan dari pada kamu kedinginan" jelas Tama
Akhirnya Jesica mengambil jaket itu dan memakai, bukan bau matahari tapi wangi parfum pria yang wangi. Itu aroma yang di tangkap hidung Jesica.
"Ayo aku antar pulang" kata Tama kemudian.
Jesica hanya mengangguk patuh, naik ke atas motor sport milik Tama. Tama menarik tangan jesica agar memeluknya
"Peluk aku, nanti kamu jatuh" pesan Tama.
Jesica mengangguk dan melingkarkan tangannya di pinggang Tama, menyandarkan tubuhnya di punggung Tama.
Beberapa menit berkendara, mereka berhenti di sebuah kos-kosan.
Tama memegangi Jesica yang turun dari boncengan. Ia tidak turun dari motornya sama sekali, hanya membuka helmnya, Ia melihat ke sekitar kos-kosan itu.
"Kamu tinggal disini?" tanya Tama
"Rumah mama terlalu Rame sekarang" jawabnya.
Tama mengangguk mengerti.
"Pamit dulu ya" Tama memasang hemlnya kembali.
"Jaketnya" tahan Jesika
"Pake aja dulu" kata Tama menstater motornya.
"Iyah, makasih ya kak" kata Jesica tersenyum
Tama hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Jesica sendiri.
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih