Novel Keduabelas 🩶
Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.
Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.
Unofficial Sound Track: Pupus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Sentuh
"Gaga... denger apa yang tadi aku bilang 'kan?" tanyaku. Apa ini? Mengapa Gaga malah memintaku tinggal bersamanya setelah aku memintanya untuk bercerai?
"Denger, kok. Lo mau cerai? Tapi gue gak mau."
"Kenapa? Maaf sebelumnya, kita menikah karena permintaan almarhum Om Haikal. Aku yakin baik aku ataupun Gaga udah nyoba buat menjalani pernikahan ini. Tapi tetep gak bisa. Aku tahu Gaga masih cinta sama Alleta. Aku gak mau jadi penghalang di antara kalian."
"Siapa bilang lo penghalang? Dan apa karena Papa udah gak ada jadi pernikahan ini batal? Semua orang udah tahu kalau kita nikah. Gue gak bisa janjiin apa-apa sama lo. Pernikahan kita memang akan beda dari pernikahan kebanyakan. Tapi gue gak mau cerai. Dan kita belum nyoba apa-apa, jadi gimana bisa kita cerai?"
"Kenapa Gaga gak mau cerai? Apa supaya Gaga bisa nutupin hubungan Gaga sama Alleta?" Aku bisa semakin lugas berbicara karena percakapan ini membuatku geram dengan apa yang Gaga katakan.
"Iya." Gaga mengiyakan tanpa dosa. Seakan apa yang ia lakukan padaku adalah bukan apa-apa.
"Aku gak mau," cicitku kembali menghindari temu tatap dengannya. "Aku gak bisa menjalani pernikahan kayak gini. Aku gak mau Gaga memanfaatkan aku."
Gaga tertawa. "Memanfaatkan? Gue kira lo gak bisa ngomong kayak gitu. Okay fine, lo mau apa dari gue? Kita bikin kesepakatan."
"Mau apa? Maksudnya..."
"Ya lo minta apa biar lo mau tetep nikah sama gue dan tinggal di apartement gue."
Rupanya Gaga serius. Tapi aku akan kukuh pada pendirianku. Aku pun menggelengkan kepalaku.
"Lo bukannya suka sama gue?"
Sontak aku menatapnya sambil membulatkan mataku. Untuk apa Gaga menyinggung lagi perasaanku?
"Gue bisa kasih apa yang lo mau."
Aku mengerutkan dahiku tak paham. "Maksud Gaga?"
Ia tak menjawab, malah memanggil pelayan untuk meminta bill. Setelah membayar ia meraih tanganku dan membawaku menuju mobilnya.
"Kita mau ke mana?" tanyaku karena Gaga malah diam saja selama perjalanan. Ucapannya tadi yang mengatakan akan membawa barang-barangku di kost ku juga tak terbukti karena ini bukan jalan menuju tempat kostku.
Hingga akhirnya mobil Gaga memasuki basement sebuah apartement. Dari nama apartement yang tertera di depan gedung, ini adalah apartement di mana Gaga tinggal.
Gaga membawaku ke lantai 10 di mana unitnya berada. Aku pun masuk ke apartemen itu. Apartemennya sangat nyaman dan luas. Menjelaskan pekerjaannya dan status sosialnya.
Belum selesai aku mengagumi kenyamanan dan keindahan apartemennya, Gaga menarik tanganku memasuki sebuah kamar. Ia kunci pintu kamar itu dan seketika nafasku menderu, jantungku berdetak gila-gilaan.
"Gaga..."
Belum selesai ku ucapkan kalimatku, Gaga menarik tengkukku dan aku bisa melihat mata Gaga begitu dekat dengan mataku. Ujung hidung mancungnya menyentuh pipiku dan...
Bibir Gaga menyentuh bibirku?! Gaga sedang menciumku?!
Wajah Gaga menjauh. Ia menatapku yang membeku di tempatku. "Kenapa lo kaget banget? Jangan bilang ini ciuman pertama lo?"
Aku tak menjawabnya. Tubuhku sudah seperti patung, kaku tak mampu kugerakkan saking tiba-tibanya semua ini terjadi.
"Bener. Jadi ini ciuman pertama lo?" Ia menyimpulkan dengan nada mengejek.
Gaga meraih rambutku dan menyelipkannya di belakang telingaku. "Kenapa gue gak pernah tahu kalau lo suka sama gue? Kenapa lo gak pernah ngomong? Lucu juga lihat lo selama ini malah deketin papa. Gue kira lo suka sama Papa."
"Ap-apa?!" Saking tak habis pikir dengan spekulasi Gaga, suaraku keluar juga.
"Jadi bukan papa yang lo suka? Tapi gue?" tanyanya masih dengan nada meremehkan. "Baguslah. Gue gak mau lihat papa juga terjebak sama pasangan yang seumuran sama gue. Cukup nyokap gue."
"Nyokap..."
"Lo gak tahu tentang mama? Gue kasih tahu satu rahasia. Papa dan mama cerai karena mama suka selingkuh sama berondong. Anak kuliahan, anak SMA. Breng sek 'kan dia?"
Aku tak mampu berkata-kata. Gaga mengetahui hal itu sejak kapan? Bagaimana ia bisa bertahan dengan kenyataan semenyakitkan itu?
Gaga meraih kancing kemejaku dan membukanya. "Gaga!" Segera aku menahannya. Namun tangan Gaga menyingkirkanku.
"Apa yang salah dengan suami yang nyentuh istrinya?" Ia memaksaku untuk membuka kancing keduaku setelah kancing pertama terlepas.
"Tapi...Gaga cintanya sama Alleta. Gimana bisa Gaga sentuh aku kayak gini!" Masih ku coba untuk menghindar, namun kancingku sudah terbuka seluruhnya sekarang.
"Lo polos banget," ujarnya sambil menarik ke bawah kemejaku keluar dari kedua tanganku."Untuk ngelakuin ini lo gak perlu cinta. Lo cuma butuh... nfsu."