NovelToon NovelToon
Perselingkuhanku Di Atas Permainan

Perselingkuhanku Di Atas Permainan

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Paksaan Terbalik / Tamat
Popularitas:169k
Nilai: 4.9
Nama Author: iska w

Jika kamu mau bermain api, berarti kamu harus siap untuk terbakar, karena jika api asmara sudah berkobar akan sulit untuk mematikannya.

Dan jika kamu berani untuk menyakiti, berarti harus siap untuk disakiti, ini bukan soal Karma, tapi itu hasil dari apa yang pernah kamu tanam.

Pertukaran pasangan adalah hal yang tidak wajar dilakukan, namun Embun Damara dan Arsenio Hernandes terpaksa melakukannya, karena desakan dari pasangan masing-masing.

Namun siapa sangka, yang awalnya mereka menentang keras dan merasa tersakiti, kini butir-butir cinta mulai bersemai dihati mereka masing-masing, walau masih ragu, tapi rasa sayang dan cinta diantara mereka mengalir begitu saja seiring berjalannya waktu. Padahal perjanjian mereka hanya bertukar pasangan selama satu bulan saja.

Akankah cinta mereka akan kekal sampai nanti, atau harus putus karena masa perjanjian sudah selesai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29.Menantu Idaman.

Saat malam menjelang Mama Arsen sengaja mengajak suaminya untuk berbincang tentang kisah percintaan putra kesayangan mereka. Dua cangkir teh hijau dan cemilan roti kering menjadi teman sepasang suami istri yang tidak lagi muda itu untuk duduk sambil bercengkrama dengan santainya.

"Pah, ternyata putra kita itu sudah putus dengan Nevika loh." Ucap Mama Arsen dengan senyum yang terlihat merekah.

"Nevika siapa?" Tanya Papa Arsen yang sebenarnya tidak asing dengan nama itu, namun dia memang lupa yang mana satu orangnya.

"Astaga Papa ini, itu pacarnya Arsen yang pernah diajak bertemu dengan kita saat makan malam anniversary pernikahan kita, masak Papa lupa sih?" Lain halnya dengan Mama Arsen yang selalu jeli saat tahu kalau putranya sudah punya kekasih sejak dulu.

"Owh iya, Papa lupa." Jawab Papa Arsen yang langsung menampilkan keriput diwajahnya saat dia menarik senyuman dari bibirnya.

"Bukan salah Papa sih, kalau seseorang itu kurang berkesan memang mudah terlupakan." Celetuk Mama Arsen dengan santainya, karena memang jiwa emak-emak itu selalu punya firasat tersendiri dengan darah dagingnya.

"Mama nggak boleh ngomong gitu, jangan mandang fisik, bukannya Mama sendiri yang selalu berkoar-koar begitu?" Papa Arsen langsung tersenyum miring melihat ekspresi istrinya.

"Ini bukan masalah fisik Pa, tapi ini masalah attitude tau nggak?" Dia seolah mengeluarkan unek-unek yang dulunya tidak tersalurkan, karena Arsen juga tidak pernah membahas Nevika terlalu banyak saat ngobrol bareng keluarga besar.

"Apa kekasih Arsen saat itu kurang sopan?" Papa Arsen memang bukan tipe orang yang terlalu pemilih, karena menurutnya kebahagiaan seseorang itu beda-beda versinya, jika Arsen bahagia dengan pilihannya dia tidak akan mempermasalahkan dengan siapa putranya itu berkencan.

"Bukan kurang sopan juga, cuma agak 'Kemenyek' gitu loh Pa?"

Sifat Nevika yang memang centil dan juga gaya bicaranya yang terlampau manja itu seolah membuat Mama Arsen sering pusing kepala, apalagi putranya nanti pikirnya.

"Aish... bahasa Mama ini, jangan terlalu membatasi pilihan putra kita, biarkan mereka bahagia dengan pilihannya."

Semua orang tua punya harapan yang sama, yaitu melihat anaknya bahagia, tapi jika memang Takdir sudah menggariskan jalan, apapun itu kita harus bisa menerima, karena tidak selamanya hujan itu membuat kita bersedih, adakalanya hujan mampu memberikan warna lain dalam hidup kita, karena tanpa hujan hutan itu tidak akan rindang.

"Iya Pa, tapi memang menurut Mama, Nevika itu kurang 'srek' aja buat Arsen, tapi kabar baik baiknya mereka sudah putus sekarang Pa, jadi Mama lebih tenang, hehe.." Bahkan senyum Mama Arsen terlihat melebar saat ini, seolah hilang sudah gundah gulana yang melanda jiwa.

"Mama ini, anaknya putus cinta malah seneng?" Dan Papa Arsen hanya bisa menatap jengah, melihat kelakuan istrinya, apalagi saat dia melihat istrinya melenggak-lenggokkan kepalanya sebagai wujud kebahagiaannya, dia malah takut sendiri jika nanti urat leher istrinya bergeser.

"Biarin aja, orang gantinya lebih bagus." Jawab Mama Arsen kembali, andai ada yang memutar musik dangdut koplo disana, mungkin dia langsung terjun untuk ikut bergoyang bersama karena terlalu gembira.

"Sudah dapat ganti, secepat itu?" Dia sedikit terkejut, karena banyak rumor yang beredar kalau putranya itu memiliki sifat yang dingin, bahkan senyumannya sering dijual mahal, pria saja takut ingin mengenal lebih dekat, bagaimana dengan wanita pikirnya.

"Iya Pa, kali ini Mama setuju dengan pilihan Arsen, dia tak kalah cantik dari Nevika Pa, pinter masak lagi, perhatian juga sama Arsen, sopan banget anaknya, pokoknya Arsen harus nikah sama dia Pa." Seolah dia memberikan penjelasan yang mantap, padahal itu baru kesan pertama dia mengenal Embun, namun seolah sudah memantapkan hatinya untuk menikahkan putranya dengan Embun.

"Sudah Papa bilang, urusan menikah serahkan sama pilihan Arsen saja Ma." Dia hanya tidak ingin hubungan orang tua dan anak renggang karena masalah restu orang tua.

"Enggak, kali ini Mama setuju banget sama pilihan Arsen, pokoknya dia menantu idaman Mama, mereka harus segera bertunangan dalam minggu ini, TITIK." Keputusan dari Mama Arsen seolah sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.

"Secepat itu Ma?" Papa Arsen jadi semakin penasaran, seperti apa wanita yang sudah berhasil mengambil hati istrinya itu.

"Iya, Mama takut dia akan lari atau ditikung orang, sudah jarang wanita sebaik Embun itu dijaman sekarang ini Pa." Karena menurutnya wanita seperti Embun banyak sekali peminatnya.

"Namanya Embun?" Dia menyeruput teh miliknya sambil membayangkan seperti apa wajah kekasih putranya itu.

"Iya Pah, wajahnya kalau dipandang memang sesejuk embun pagi, sangat menenangkan dan kalau Mama amati itu ya, wajah Arsen itu sekarang lebih terlihat sumringah gitu, kalau saat berhubungan dengan Nevika dulu yang sumringah itu cuma Nevika aja, anak kita itu kayak orang terkena tekanan batin saja." Walau tidak sering melihat, tapi Mama Arsen bisa menilai bahwa Putranya itu sering mengalah dengan semua keinginan dan segala rengekan Nevika dalam hal apapun.

"Lalu bagaimana pendapat Arsen? apa dia sudah siap menikah?" Tetap saja yang utama baginya adalah keputusan dari Arsen saat ini.

"Siap nggak siap mereka harus menikah juga, orang mereka sudah tidur berdua tadi malam." Celetuk Mama Arsen yang terpaksa jujur karena suaminya terlihat tidak pro dengan dirinya.

"APA!" Teriak Papa Arsen yang langsung memantul ke dinding disekelilingnya.

"Santai aja Pa, malah bagus dong, jadi mereka tidak akan punya alasan untuk mengelak ataupun menolak pertunangan diantara mereka." Mama Arsen benar-benar tidak perduli dengan apapun saat ini, padahal yang pacaran adalah putranya, tapi dia yang malab lebih heboh karenanya.

"Gimana sih Ma, kok malah seneng begitu?"

"Pokoknya akhir pekan nanti kita buat acara pesta pertunangan buat Arsen dan Embun." Bayangan yang indah-indah seolah sudah menari-nari dipikiran Mama Arsen saat ini.

"Tapi Ma, apa mereka setuju?"

"Harus dong, itu mereka sudah datang, Papa nasehatin mereka agar mau bertunangan, daripada putra Papa cuma mainin anak orang, nanti kalau hamil diluar nikah keluarga kita juga ikut kena malu Pa."

Saat mereka belum selesai berdebat ternyata Arsen dan Embun sudah muncul dari balik pagar rumahnya.

"Malam Pa, Ma?" Sapa Arsen yang diikuti oleh tundukan kepala Embun dengan sangat sopan sekali.

"Bagus kalian datang cepat, ayo masuk dan kali ini giliran tugas Papa untuk menginterogasi keduanya."Seolah Mama Arsen tidak ingin membuang-buang waktu lagi akan hal ini.

"Mama?" Tubuh Arsen seolah melemas, karena sulit sekali menang jika lawan debatnya adalah Ibu kandungnya sendiri.

"Kenapa? mau minta Nen lagi kamu, punya Mama udah keriput, punya Embun tuh yang masih seger." Celetuk Mama Arsen dengan senyum liciknya.

"Uhuk-uhuk." Embun langsung tersedak air ludahnya sendiri, karena ternyata Mama Arsen tidak segan-segan membahas tentang hal itu bahkan didepan suaminya sendiri.

"Astaga Mama, ngomongnya ini loh?" Papa Arsen yang malah jadi malu sendiri.

"Beneran Pa, anak kamu itu sampai sekarang masih suka minta---"

Ketika Mama Arsen ingin berbicara lebih detail lagi, Arsen langsung bertindak dengan cepat.

"Mama pergi ke Dapur saja, siapkan makan malam kita." Arsen langsung menggiring tubuh Mamanya untuk pergi dari obrolan mereka.

"Biar saya bantu Tante." Dan Embun merasa tidak enak hati jika hanya diam saja seperti itu pikirnya.

"No! kamu ikut sidang juga dengan Arsen, biar Mama siapkan sendiri kali ini." Namun Mama Arsen langsung menolaknya.

"Duduklah, Papa ingin bicara dengan kalian berdua." Dengan helaan nafas panjang, Papa Arsen menselonjorkan kaki panjangnya terlebih dahulu sebelum dia membicarakan sesuatu yang penting tanpa harus menggunakan otot.

"Baik Om." Embun menundukkan kepalanya dengan patuh.

"Nama kamu Embun?" Tanya Papa Arsen dengan nada pelan.

"Iya Om." Walau sebenarnya hatinya ketar-ketir saat ini, namun dia mencoba untuk tetap tersenyum karenanya.

"Papa sudah mendengar sedikit cerita kalian dari Mama, apa benar kalian sudah tidur bersama?" Dia hanya ingin memastikan saja bahwa ucapan istrinya itu memang kenyataan.

"Maafkan saya Om, sebenarnya saya tidak---" Saat Embun belum selesai menjawabnya, Arsen langsung memotong ucapannya dengan niatan untuk membantu, karena dia tahu Embun begitu canggung saat ini.

"Ini salah aku Pa, aku yang maksa Embun buat menginap di Apartementku." Karena awalnya memang dia yang punya niatan seperti itu, bahkan dia harus sedikit mengancam Embun agar keinginan gilanya terpenuhi.

"Papa tidak menyalahkan kalian berdua, hanya saja hal seperti itu tidak pantas kalian lakukan sebelum ada ikatan yang resmi diantara kalian berdua." Sebagai orang tua dia akan mencoba bijak dan lebih memilih memberi nasehat tanpa harus melukai perasaan anak-anaknya.

"Maaf Pa, saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Arsen yang sebenarnya hanya sedikit rasa sesalnya, selebihnya dia bahagia.

"Kenapa tidak? ulangi saja lah, bukannya enak tidur ada yang nemenin?" Celetuk Papa Arsen yang ternyata bisa melawak juga, sebenarnya dia hanya ingin mencairkan suasana saja, karena sudah melihat kecanggungan diantara mereka.

"Hah?" Embun malah sedikit kaget saat mendengarnya.

"Papa?" Nada suara Arsen terlihat kesal saat dia diledek oleh Papanya.

"Tapi akhir pekan ini harus ada ikatan diantara kalian berdua, setidaknya Tunangan terlebih dahulu." Ucap Papa Arsen yang ingin tahu bagaimana pendapat mereka.

"Secepat itu Pa?" Arsen pun sedikit kaget, ternyata kemauan Ayahnya tak jauh berbeda dengan Mamanya

"Kenapa rupanya, kamu aja maunya cepet-cepet kalau tidur berdua?" Ledeknya kembali.

"Tapi hubungan kami baru satu bulan Pa, dan ini terlalu mendadak?" Jelas Arsen yang tidak habis pikir, karena tadinya dia beranggapan mungkin orang tuanya hanya akan menasehatinya saja, tidak langsung menyuruh mereka bertunangan secepat itu.

"Hubungan yang serius itu tidak ditentukan berapa lama kalian saling mengenal, tapi bagaimana kalian berdua bisa saling mengerti dan memahami sikap dan karakter masing-masing, Pasangan kalian seperti lembar demi lembar buku yang tak akan habis dibaca. Untuk itu, tetaplah belajar dan mempelajari satu sama lain hingga selama-lamanya." Papa Arsen mencoba memberikan pengertian perlahan, karena nasehat dengan suara yang lantam belum tentu bisa didengar dengan baik oleh anaknya, bahkan hanya menimbulkan pertengkaran saja.

"Akan kami pikirkan terlebih dahulu Pa." Jawab Arsen sambil memejamkan kedua matanya, sebenarnya dia pun sudah dilema saat mengingat hubungannya dengan Nevika.

"Jika kamu sudah berani melangkah sejauh ini, seharusnya kamu sudah memikirkan hal ini nak, tenang saja, pernikahan itu bukan satu hal yang mengerikan, malahan akan memperbanyak amal ibadah kalian, jika kalian mengerti."

"Baik Pa."

Ini memang merupakan keputusan yang sulit, namun akhir-akhir ini rasa sayangnya terhadap Embun memang semakin menebal, bahkan pernah terbersit rasa ketakutan jika harus berpisah dengan Embun nantinya.

"Satu pesan dari Papa, kalian berhak memilih siapapun yang menurut kalian terbaik sebelum kalian menikah dengan tetap membuka mata lebar-lebar. Namun, tutuplah rapat-rapat mata kalian berdua setelah menikah, dengan hanya melihat satu sama lain, mengerti kalian?" Dia hanya ingin melihat putranya setia dengan satu pasangan, agar selalu bahagia tanpa harus membuat hati seseorang terluka.

"Iya Pa." Arsen kembali mengganguk patuh.

"Kalau begitu Papa tinggal kedalam dulu, kalian silahkan berbincang, walau sebenarnya tidak ada gunanya juga, karena Mama kamu juga pasti sudah mempersiapkan segalanya." Ucapnya sambil menaikkan kedua bahunya, dia tahu betul bagaimana istrinya.

"Yang benar Pa?"

"Kamu kayak nggak tahu Mama kamu aja, apa yang dia suka, harus dia dapat, Papa tinggal dulu." Akhirnya Papa Arsen memilih masuk mencari keberadaan istrinya, agar putranya bisa berbincang berdua.

"Haduh.. gimana ini Arsen?" Tanya Embun yang mulai terlihat panik.

"Mau gimana lagi, Mamaku itu tidak akan menyerah begitu saja."

"Bukan itu masalahnya, tapi seminggu lagi hubungan kita sudah harus berakhir Arsen?" Wajahnya terlihat lemas saat dia mengingat akan perjanjian permainan mereka.

"Ckk.. Embun boleh aku tanya satu hal?" Arsen ingin bicara dari hati ke hati tanpa sebuah kebohongan.

"Tentu, katakan saja?"

"Apa kamu keberatan jika bertunangan denganku?" Tanya Arsen sambil menatap kedua bola mata Embun yang memang cantik bersinar.

"Emm... sebenarnya tidak, tapi kita punya perjanjian Arsen?" Dia mencoba menyadarkan Arsen tentang hubungan singkat mereka.

"Asal kamu tidak keberatan yang lain tidak masalah, karena mereka yang memulai kisah ini, jadi jika kita akhirnya berjodoh bukan salah kita kan?" Sesekali dia ingin juga egois seperti pacar asli mereka.

"Jadi?"

"Jadi kita hanya perlu berterima kasih dengan mereka karena sudah menyatukan kita tanpa sengaja." Dia selalu menganggap semua ini sebagai pembelajaran hidup dan pasti akan ada hikmah dari segala yang terjadi dalam kehidupan ini.

"Arsen?" Embun pun sebenarnya merasakan hal yang sama, hanya saja dia memilih diam.

"Sudahlah, serahkan semuanya kepada sang Pencipta, karena dia tahu kapan kita semua akan bahagia." Dia mulai memupus harapannya yang memang sering diluar nalar dan sulit ditebak.

"Lalu, apa kita akan tetap bertunangan akhir pekan ini?" Tanya Embun yang sebenarnya masih belum yakin.

"Hem.. karena tidak ada pilihan lain, tapi sebelumnya aku minta maaf karena sudah membuat kamu terjebak dengan keluargaku."

"Aku tahu beliau-beliau itu orang tua yang baik, mereka hanya tidak ingin jika salah langkah dan akan menyesal nantinya." Dia pun tidak ambil pusing untuk sementara ini.

"Jadi kamu setuju kita bertunangan bukan?" Tanya Arsen yang mencoba untuk memastikan.

"Baiklah." Senyum simpul Embun pun terlihat disana.

"Syukurlah, aku merasa bahagia sekali, sini aku peluk dulu!" Arsen langsung merentangkan kedua tangannya karena merasa sangat senang.

Klontang!

Namun saat tubuh mereka hampir bersentuhan, suara panci terdengar nyaring ditelinga keduanya.

"Mulai lagi kalian ya, apa mau aku nikahkan malam ini juga kalian berdua, hah?" Teriak Mama Arsen.

"Malam-malam begini siapa juga yang mau menikahkan kita Ma, gimana kalau aku menabung tidur bareng duluan sama Embun lagi aja, dan nikahnya pikir belakangan?" Namun Arsen malah sengaja ingin memancing kemarahan Mamanya.

"Boleh, tapi jangan salahkan Mama jika seluruh peralatan masak Mama melayang kearah kalian berdua." Ancam Mama Arsen sambil menaikkan spatula kayu ditangannya.

"Ampun Ma, ayo kita kabur sayang, ahaha!"

Dan akhirnya mereka berdua sepakat untuk bertunangan karena perintah dari orang tua Arsen, masalah Bagas dan Nevika akan mereka pasrahkan saja kepada Sang Pencipta Manusia dimuka bumi ini.

..."Jangan pusingkan rencana Allah tentang perihal jodoh, karena Allah lebih tahu kapan waktu terbaik bagimu untuk berjodoh."...

1
Abimanyu Rara Mpuzz
seperti aku suka melinjo 😍😍😍
Abimanyu Rara Mpuzz
kanjeng mami hadir
Abimanyu Rara Mpuzz
manvus 🤣
Abimanyu Rara Mpuzz
Kecewa
Abimanyu Rara Mpuzz
Buruk
Abimanyu Rara Mpuzz
kisahnya seperti ftv ryan Delon Sharena tukeran pasangan
Aurellie Azzahra
ada ya cewek pinter tp bego😬😬
Utit Dewisetyowati
semoga arsen jadi pacar embun
Utit Dewisetyowati
semoga Embun jadian sama Arsen
Utit Dewisetyowati
sama ² gila itu anak
Utit Dewisetyowati
embun sadarlah jàngan mau mengerjakan tugas pacar loe
Utit Dewisetyowati
smg lancar semuanya
raditha astriani
❤️
Nenti iis Fatimah
kenapa keluarga embun gak di sebut ya, d skip apa emang gak ada yg hadir
Nenti iis Fatimah
asiiik bakal dihalalin tuuh
Nenti iis Fatimah
baguuus
Nenti iis Fatimah
nah gitu dong nikmati aja prosesnya buat kedepannya serahin aja sama author yg punya cerita hehe
Nenti iis Fatimah
diih emang pada egois si Bagas sama nevika mau diputusin sayang di pertahankan gak mau ya gitu deh jadinya
Rustan Sarny Apul Sinaga
hayolohhhh tercyduk bunda ratu....kawin kawin
Rustan Sarny Apul Sinaga
selamat menikmati cintanya Nevika ya mas Bagas....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!