Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, Christ menjadi pengacara di salah satu firma hukum terbesar di Jakarta. Namun, setelah 15 tahun bekerja di sana, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk firma hukum sendiri untuk menyelidiki kasus pembunuhan Ibunya dan membalaskan dendam.
Selama proses penyelidikan, Christ bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Yuli yang membantunya. Yuli selalu menemaninya selama penyelidikan dan akhirnya timbul rasa cinta di antara keduanya.
Namun, dalam perjalanannya untuk membalaskan dendam, Christ menemukan bahwa ada lebih banyak yang terlibat dalam kasus tersebut daripada yang ia duga. Ia menemukan fakta bahwa pamannya, bos mafia terbesar di kota Jakarta, adalah dalang di balik pembunuhan Ibunya.
Lantas, apakah Christ berhasil membalaskan dendam atas kematian ibunya itu? Atau dia hanya ingin melupakan balas dendam dan memilih hidup bersama dan berbahagia dengan Yuli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faisal Fanani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SECTION 029
“Bagaskara,” ucap Christ lirih. Dia ketakutan melihat Bagas dan semua anak buahnya.
“Bagaimana kau mengenalku?” tanya Bagas.
Christ merogoh saku jaketnya yang kucel karena basah. Mengeluarkan foto Bagas dan ibunya. “Kata ibuku, kau adalah pamanku.”
Bagas mengambil foto itu dan melihatnya. “Ibumu dan aku telah lama tak menjalin kontak, Nak. Aku sudah berpisah dengan ibumu puluhan tahun lamanya. Kau harus pergi dari sini. Kembalilah pada Ibumu.”
Mata Christ berkaca-kaca, lalu menangis terisak isak. “Ibuku telah meninggal, Paman. Aku tak punya siapa-siapa lagi. Dia meninggal di depan mataku. Para bajingan itu membunuh ibuku.”
Tangisan Christ semakin menjadi-jadi. Dia terbatuk-batuk karena menangis.
Bagas sangat iba melihatnya. Dia mengurungkan niatnya untuk pergi. Bagas berjongkok dan memeluk Christ kecil, mengelus-ngelus kepalanya, dan menepuk-nepuk bahu belakangnya.
“Astaga, tenanglah, Nak. Berhentilah menangis.” Bagas terus memeluk Christ dan menenangkannya.
Malam itu juga, Bagas bersama anak buahnya membawa Christ ke tempat tinggal sekaligus markas milik Bagas.
Beberapa makanan telah dihidangkan di atas meja. Dengan pakaian yang masih kumal, Christ duduk di kursi, bersiap menyantap makanan dengan Bagas.
“Makanlah, Nak. Aku tahu kau lapar. Setelah makan, kau harus mandi dan mengganti pakaianmu. Aku sudah menyiapkan beberapa pakaian yang pas untukmu.” Bagas mengambilkan secentong nasi dan beberapa lauk untuk Christ.
“Paman!” panggil Christ. Sedari tadi dia terus melamun dan menatap wajah garang Bagas
“Ada apa lagi?” tanya Bagas ketus. Dia mulai menyantap makanan yang ada di depannya.
“Apa pekerjaanmu, Paman? Apa Paman dan teman-teman paman memukul orang lain untuk mendapatkan uang?” tanya Christ kecil dengan polosnya.
uhuk!!! Bagas tersedak mendengar pertanyaan polos dari Christ. Dia meletakkan sendok dan garpunya. Menatap Christ. “Ya, kau benar, Nak. Itulah pekerjaan Paman.”
“Apa Paman mau mengajariku? Aku ingin bisa berkelahi dan bertarung seperti Paman, dan teman-teman Paman tadi.”
“Astaga, kenapa? Apa kau ingin balas dendam pada bajingan yang telah membunuh ibumu?” tanya Bagas serius.
Christ hanya mengangguk tak menjawab.
“Dengarkan aku, Nak. Alasan aku tidak berhubungan dengan ibumu, karena aku seorang anggota mafia. Aku baru saja kembali ke negeri ini setelah sekian lama berada di luar negeri.”
“Mafia? Apa itu?” tanya Christ.
“Ah, itu. Mafia itu semacam preman. Ya, semacam preman yang memukul kelompok preman lain. Begitulah kurang lebih.” Bagas bingung menjelaskan.
“Akan tetapi, Nak. Kau pikir Pamanmu ini mau mengajarimu untuk menjadi preman? Tentu tidak. Paman tak akan pernah mengajarimu untuk menjadi preman.”
“Tidak. Aku tak akan menjadi preman seperti Paman. Aku akan menjadi seorang pengacara hebat,” ucap Christ
“Nah, itu bagus! Maka, kau harus menjadi seorang pengacara saat dewasa nanti, jangan seperti Paman,” seru Bagas.
“Akan tetapi, tetap saja. Aku ingin paman mengajariku cara berkelahi dan bertarung, agar aku bisa membela diriku.”
“Baiklah kalau itu maumu. Paman akan mengajarimu berkelahi. Sekarang, habiskan dulu makananmu.”
“Ibuku berkata, aku tidak boleh kembali lagi ke Bekasi apapun alasannya. Akan tetapi, aku akan kembali ke Bekasi setelah aku dewasa dan menjadi lebih kuat.”
Christ menyeringai lebar. Dia mengambil sendok dan garpu, lalu menyantap hidangan yang ada.
Semenjak saat itulah, Bagas menyekolahkan Christ dan melatihnya berkelahi.
Saat Christ beranjak dewasa, Bagas juga menceritakan semuanya pada Christ dengan jelas, siapa sebenarnya Bagas.
Dan Beberapa Christ juga mengajukan dirinya untuk melaksanakan tugas dan misi dari Bagas, saat melawan para musuhnya. Semenjak umur 10 tahun, Christ telah mengenal dunia hitam di keluarga mafia Bagas.