Medeline Arcela Forza, dijual oleh Kakak tirinya di sebuah tempat judi. Karena hal itu pula, semesta kembali mempertemukannya dengan Javier Antonie Gladwin.
Javier langsung mengenali Elin saat pertemuan mereka yang tak disengaja, tapi Elin tidak mengingat bahwa dia pernah mengenal Javier sebelumnya.
Hidup Elin berubah, termasuk perasaannya pada Javier yang telah membebaskannya dari tempat perjudian.
Elin sadar bahwa lambat laun dia mulai menyukai Javier, tapi Javier tidak mau perasaan Elin berlarut-larut kepadanya meski kebersamaan mereka adalah suatu hal yang sengaja diciptakan oleh Javier, karena bagi Javier, Elin hanya sebatas teman tidurnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Cemburu? (Author POV)
"Jack?"
Elin terkejut saat ia keluar dari sebuah tempat makan cepat saji dan mendapati asisten Javier disana.
"Yes, Ms?"
"Kenapa kau ada disini? Apa Kak Javier yang menyuruhmu menyusulku?" tebak Elin.
"Maaf, Ms. Carla yang menelepon saya."
"Oh." Elin manggut-manggut sambil menipiskan bibir. "Kenapa kalian selalu repot mengurusi aku? Padahal aku sudah mengatakan pada kak Javier kalau aku tidak mungkin kabur darinya," gerutunya kemudian.
Jack mendengar itu, namun ia memilih diam karena Elin tidak akan mengerti bagaimana resiko yang akan mereka dapat jika sampai Elin hilang dari pengawalan. Mungkin bagi Elin yang polos, dia takkan berniat kabur, tapi masih banyak kemungkinan lain yang bisa membuat gadis itu menghilang dan itu akan berpengaruh untuk pekerjaan Jack dan Carla.
"Aku sudah selesai membeli makananku," ucap Elin merujuk pada bungkusan makanan siap sajinya. "aku akan kembali ke Rumah Sakit. Apa kau mau ikut?" tanya Elin kemudian.
Jack melirik sekilas pada makanan yang Elin beli. "Jika Tuan Javier tau anda membeli junkfood maka--" Ucapan Jack tak berlanjut karena Elin langsung melangkah, dia tidak mau mendengar ceramah dari pria itu.
Buru-buru Jack menyusul langkah gadis tersebut. Lalu berjalan dalam jarak aman.
Elin pun menoleh ke belakang. "Apa yang kau lakukan di belakangku? Sudah sering ku katakan, jalan disampingku saja," ucap Elin cuek.
Jack menggeleng. "Tidak, Ms. Silahkan lanjutkan perjalanan Anda," katanya sopan.
Elin memutar bola matanya, Jack sulit diajak kerja sama. Padahal ia hanya mau terlihat seperti orang lain--yang tidak diawasi oleh ajudan--dengan menjadikan Jack seperti temannya sendiri.
"Ayolah, aku mengizinkanmu jalan di sampingku. Bukankah itu akan lebih memudahkan mu? Daripada mengawasi ku dari jauh?"
Jack tetap tidak mensejajarkan langkah Elin, membuat gadis itu cukup jengkel.
"Terserahlah," kata Elin acuh tak acuh.
Mereka kembali berjalan dalam posisi Elin didepan dan Jack dibelakang, menyusuri trotoar jalan untuk menuju akses Rumah Sakit. Itu tidak jauh, hanya satu blok saja.
Sesampainya di lobby Rumah Sakit, Elin tiba-tiba menghentikan langkah. Hal itu berpengaruh pada Jack yang tidak menduga akan tindakan Elin, membuat keduanya menjadi berdiri saling bersampingan.
Mata Elin menatap lurus ke depan, disana ia melihat Javier bersama dengan perempuan cantik yang mengenakan dress selutut bermotif floral, mereka tampak tertawa dan entah membahas apa. Sepertinya mereka sedang mengantri untuk pengambilan obat. Entahlah.
"Anda baik-baik saja, Ms?" tanya Jack memastikan Elin yang tiba-tiba menghentikan langkah.
Sejujurnya Elin cemburu melihat kedekatan Javier dengan perempuan itu, siapa dia? Apa kekasih Javier? Jika ya, kenapa Javier harus membawa Elin ke dalam kehidupannya? Kenapa tidak meminta perempuan itu saja untuk membantunya menyembuhkan trauma? Kenapa harus Elin? Kenapa?
Tanpa pikir panjang, Elin malah menggandeng lengan Jack yang langsung melongo disampingnya.
"Ada apa, Ms?" tanya Jack yang tidak memahami kenapa Elin bersikap demikian padanya.
Elin langsung menatap Jack saat itu juga. "Kau sudah punya pacar, Jack?" tanyanya.
"Uhm, itu--bukankah itu privasi saya, Ms?" Jack balik bertanya dengan kikuk.
"Kalau begitu aku juga tidak perlu menjelaskan alasanku padamu secara detail, karena ini juga menyangkut privasiku!" tukas Elin.
"A-apa?" Jack jelas bingung.
Hingga akhirnya, Jack tetao tidak dapat menolak ketika Elin menarik tangannya untuk kemudian diajak berjalan berdampingan. Lelaki itu hanya bisa diam, meski sebenarnya ia takut melewati batas yang seharusnya dimana Elin adalah partner dari atasannya. Yah, begitulah yang Jack tau. Ia mengira Elin dan Javier adalah partner. (Semacam terikat hubungan suami istri namun tidak menikah)
"Hai, Kak?" Elin menyapa Javier disana.
Sepersekian detik berikutnya, Javier langsung berdiri dari duduknya saat melihat Elin bersama dengan ... Jack? Kenapa bisa Asistennya disini bersama Elin dan mereka bergandengan tangan?
Javier tidak menghiraukan panggilan Elin, ia justru menyorot Jack dengan tatapan mematikan khas-nya. Disitulah Jack sadar bahwa masalah akan segera menghampirinya.
"Kau sedang apa disini, Kak? Aku pikir kau sibuk dengan pekerjaanmu?" ujar Elin, lebih ke arah menyindir.
Javier mengembuskan nafas kasar, tak lama Cassandra datang ditengah-tengah mereka.
"Jav, obatnya sudah ku tebus!" ujar Cassie ceria seperti biasa, namun didetik berikutnya ia kebingungan karena melihat Javier justru tidak menatapnya dan malah menatap seorang gadis yang entah sejak kapan berada disana bersama seorang pria lain yang ia ketahui sebagai asisten Javier.
"Jav, ada apa? Siapa dia?" Cassie bicara lagi karena Javier tidak meresponnya, pria itu seolah-olah sedang berbicara lewat sorot mata dengan gadis lain yang ada disana.
Melihat Javier diam, akhirnya Elin kembali bersuara. "Ya sudahlah, apa pun yang kau lakukan itu bukan urusanku, Kak!" katanya datar.
Javier melengos saat itu juga.
"... aku akan kembali ke ruang perawatan ibu. Ayo, Jack!" Elin kembali menarik tangan Jack dengan gelagat Jack yang mati kutu dihadapan sang atasan yang menatapnya seakan mau mengulitinya hidup-hidup.
"Tunggu!" kata Javier akhirnya. Dia pun berjalan menghampiri Elin dan Jack yang nyaris pergi dari hadapannya.
"Seharusnya kau bekerja di kantor, Jack!" tekan Javier pada sang asisten.
"Maaf, Tuan. Ini tidak--" Mulut Jack sudah terbuka untuk menyuarakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi lagi-lagi ucapannya selalu diserobot oleh Elin.
"Sudahlah, Kak. Ini juga masih jam makan siang, Jack hanya menemaniku membeli makanan yang ku inginkan," sela gadis itu.
Javier melirik bungkusan junkfood yang Elin bawa. Jadi, mereka pergi berdua untuk membeli makanan semacam itu ya?
Akhirnya Javier tak bisa berkata lagi. Ia mengangguk dengan rasa miris. Sampai akhirnya ia betul-betul membiarkan keduanya berlalu dari hadapannya.
Javier akan menuntut jawaban yang jelas pada Elin nantinya. Harus!
"Ada apa sebenarnya, Jav? Siapa dia?" tanya Cassie yang akhirnya menghampiri Javier setelah Elin dan Jack pergi.
"Itu Elin, kau ingat tentang dia?" tanya Javier pada Cassie.
Cassie pun mengangguk. "Woa, sudah ku duga jika dia pasti Elin. Aunty Elara sudah menceritakan padaku mengenai kau yang kembali bertemu dengannya," tuturnya.
"Baiklah, jika obatnya sudah kau tebus. Aku akan mengantarmu pulang ke Mansion."
Cassie mengangguk meski ia merasa ada yang janggal atas sesuatu yang baru saja terjadi.
...***...
Sepanjang perjalanan menuju Mansion, Cassie melihat Javier hanya diam. Sorot matanya tak terbaca. Pria itu tampak fokus pada jalanan saja.
Cassie sebenarnya tau jika sesuatu telah terjadi, setidaknya ia bisa membacanya dengan cukup jelas. Hubungan Javier dan Elin, bukan sebatas teman tidur dimatanya. Ia bisa menilai itu dari cara Javier menatap Elin tadi, begitupun sebaliknya. Mereka bukan hanya sekedar partner. Ada cinta dari tatapan mereka.
"Jav? Are you oke? Apa yang kau pikirkan?" tanya Cassie memulai.
Javier mengendikkan bahu. "Entahlah," katanya ambigu.
"Biar ku tebak, kau terlalu mengkhawatirkan Elin, ya?"
"Begitulah, aku sudah terlanjur berjanji pada ibunya dan ibuku untuk menjaga bocah itu," kata Javier berlagak realistis.
Cassie malah tertawa terbahak-bahak.
"Apa ada yang lucu?" respon Javier melihat sikap Cassie yang berlebihan.
"Wait, wait ... aku tidak percaya kau akan mengatakan bahwa kekhawatiranmu itu hanya karena janji."
"Maksudmu?"
"Tidakkah kau berpikir, Jav ... kau berlebihan mengkhawatirkan gadis yang kau anggap bocah." Cassie kembali tertawa. "Aku sendiri tidak yakin jika tidak terjadi apapun diantara kalian selama dia menemanimu tidur," lanjutnya.
"Jangan berpikiran terlalu jauh, karena memang tidak terjadi apapun diantara kami selain hanya tidur seperti biasanya. Kau tau kan, dia semacam terapi untukku agar aku bisa menyembuhkan trauma itu!" ucap Javier terus terang.
"Siapa yang tahu, Jav?" sindir Cassie. "Aku cukup bisa menilai, jika ada cinta dan cemburu yang bercampur di matamu saat melihatnya!" sambungnya.
Disitulah Javier mengerem mobilnya secara mendadak, sekaligus membuat Cassie terkejut.
"Jav! Kau mau mati?" bentak Cassie. "Sepupumu ini masih ingin hidup dan bersenang-senang!" omelnya.
Javier meremass kemudi mobilnya, benarkah yang Cassie katakan itu? Apakah ia cemburu melihat Elin bersama Jack? Dan cinta? Benarkah?
...Bersambung ......
Vote Senin kirimin ke sini guys, ❤️