NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:207
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama PKL

“Di tempatkan di mana Jan kata pembimbing mu?” Tanya Calvin penasaran.

Akan canggung jika mereka berada di ruang lingkup yang sama. Calvin tidak mudah berbohong.

“Infonya akan di taruh di bagian administrasi persediaan Kak.” Calvin mengacungkan jempolnya. “Di bagian ini kita tidak akan sering bertemu kan Kak?” Calvin mengangguk.

“Memang nya kenapa jika kita bertemu Jan?” Jani mendekat. Matanya penuh selidik menatap Calvin yang tersenyum manis padanya.

“Jangan Kak, aku belum siap jika semua orang tau aku punya suami konglomerat.....Hehehehehe.” Jawabnya sambil tertawa renyah membuat Calvin ikut tertawa.

“Lagian Kak Calvin bisa repot kalau banyak yang tahu hubungan kita Kak.”

“Bilang saja kau ini belum siap menerima cinta ku Jan.” Jani menggeleng. “Lalu apa alasan sebenarnya menutupi hubungan kita ini?”

“Jani ingin fokus dulu dengan Pendidikan Jani Kak, Jani tidak ingin sia-siakan semua pengorbanan Mas Angga yang sudah susah payah mencari biaya kuliah untuk Jani.” Mendengarnya Calvin merasa bangga.

“Good girl.” Ucapnya sambil mengusap lembut kepala Jani. “Sekarang siap-siap ya Jan. Kita berangkat bareng.”

“Gak ahhhhh…..nanti ketahuan Kak.” Tolaknya dengan cepat.

“Tidak ada yang tau kecuali Ara, kau tenang saja.” Jani berjongkok menahan langkah Calvin yang ingin berdiri. “Ngapain Jan?”

“Kak….kalau kita turun dari mobil yang sama, berjalan bersama, sudah pasti orang akan menaruh curiga, mana mungkin kita tidak ketahuan.” Menatap mata Jani yang berbinar membuat jantung Calvin berdetak tidak beraturan. “Kak…Kak…”

“Ahh…i….iya Jan, kau tenang saja. Tidak ada yang parkir di lantai yang sama dengan ku kecuali Ara dan beberapa rekan bisnis ku yang jarang datang.”

“Jadi aman?” Calvin manarik lengan Jani agar segera berdiri. Otak kotornya sedang tidak bisa dikendalikan melihat jenaka nya Jani yang menggemaskan.

“Aman Jan, kau tenang saja.”

“Ya sudah kalau begitu, Jani siap-siap dulu ya Kak. Hari pertama tidak boleh terlambat.” Jani segera berlari memasuki kamar mandi.

Calvin mengusak rambutnya kasar, merasa lega setelah bisa mengatasi gejolaknya yang suka sekali datang tiba-tiba.

“Kak…tolong ambilkan pembalut Jani Kak.” Teriak Jani dari kamar mandi. “Di laci Jani nomor dua Kak, maaf jani lupa.” Pintu kamar mandi terbuka sedikit, memperlihatkan tubuh Jani yang hanya berbalut handuk.

Calvin lagi-lagi harus menahan diri, dia berkomitmen akan menunggu sampai Jani benar-benar siap.

“Makasih Kak.” Calvin hanya melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh dari pintu kamar mandi.

Gak sopan ih, di ajak bicara diam saja malah buru-buru melengos.

Gerutu Jani yang tidak sadar perbuatannya sudah keterlaluan pagi ini.

****

Jani dan Axel sudah sampai, seperti yang Calvin katakan, mereka sampai dengan aman tanpa ada yang tahu mereka berdua berangkat satu mobil.

“Jani dan Axel yah….” Seorang wanita muda datang mengulurkan tangan pada mereka. “Salam kenal yah, aku Sasa.”

“Jani.”

“Axel”

Jawab mereka berdua bergantian dengan sopan.

“Dua bulan ke depan aku yang akan mengajari kalian yah, jadi bisa di bilang aku atasan kalian di sini.” Jani lega atasannya terlihat sangat ramah dan baik.

“Mohon bimbingannya ya Kak...Bu.” Sasa menepuk punggung Jani dengan lembut.

Mereka berdua di ajak masuk keruangan yang terisi sekitar lima belas orang di sana.

Remai, Jani mengusap tanganya sendiri lembut. Menyemangati dirinya sendiri agar bisa membiasakan diri dengan keramaian yang tidak jauh berbeda dengan keadaan kelas.

“Itu tempat duduk kalian yah. Kalian bisa pakai fasilitas yang ada di sini seperlunya yah, jangan berlebihan. Pak Calvin tidak suka karyawan yang boros dan tidak toleransi dengan kesalahan.”

“Meskipun kita hanya PKL Bu?” Sasa mengangguk.

“Beberapa minggu lalu anak PKL di keluarkan karena ketahuan malas-malasan dan tidak mau belajar.” Axel mengangguk paham. “Jadi kalian harus disiplin yah, anggap saja kalian benar-benar mengabdikan diri di perusahaan ini.”

“Baik Bu.” Jawab Axel mewakili Jani. Dia tahu Jani tidak banyak bicara.

Mereka duduk di kursi mereka, di mejanya sudah lengkap computer dan alat-alat tulis yang mereka butuhkan.

“Kau tidak bisa menyalakan computer ini?” Jani masih berusaha tapi tidak menemukan tombol on off komputernya.

“Ini layar sentuh Jani, kau bisa menekanya di sisi kanan komputernya.” Bicara ketus tapi tetap saja perduli pada temannya.

Komputer Mas Angga ada CPU besar di bawahnya.

“Terimakasih Kak.” Ucap Jani lirih.

Yacchhhh…..

Teriak seseorang cukup keras.

“Kalian harus terlihat sibuk, Pak Calvin ada kunjungan dadakan ke ruangan kita.”

“Tumben banget Pak.” Celetuk karyawan lain menimpali.

“Namanya juga yang punya kantor, dia bebas meneliti kemana saja yang ingin dia lihat.” Timpal yang lain menanggapi.

“Kalau bilang-bilang kan saya dandan dulu kali….”

Huuuhhhh…..

Gemuruh suara teman-teman lain menyoraki temannya yang kegatelan.

“Jan…sini.” Jani menggeser kursinya mendekati Axel. “Rambutmu sedikit kusut.” Axel merapihkannya dengan jari-jarinya.

Hmmmmm…Hmmmmmm….

Jani dan Axel berdiri mendengar suara seseorang yang baru masuk. Semua karyawan menyambutnya dengan hangat.

Ada Bu Sasa dan laki-laki yang sebelumnya memperingatkan kedatangan Bos mereka berdiri paling depan menyambutnya.

“Bagaimana keadaan kalian semua?”

“Baik Pak.”

Jawab mereka kompak.

Mata Calvin sesekali mencuri pandang pada Jani yang berdiri paling belakang sambil menunduk.

“Maaf aku jarang mengunjungi kalian, kalian tahu sendiri pekerjaan ku begitu banyak kan.”

“Tidak masalah Pak, sejauh ini mereka semua terjamin dengan semua fasilitas yang ada di kantor Pak. Mereka juga bekerja dengan disiplin Pak.” Ucap Pak Aldi yang merupakan kepala bagian.

“Bagus kalau begitu, laporan jika ada yang perlu di perbaiki atau tambahkan.”

“Terimakasih Pak.”

Seru beberapa karyawan merasa beruntung di perhatikan oleh Calvin. Mata Sasa tidak sengaja menangkap tatapan Calvin yang terus tertuju ke bagian belakang.

“Oh iya Pak, hari ini ada dua anak PKL yang akan membantu kita di sini selama dua bulan.” Sasa melambaikan tangan pada Axel dan Jani.

Axel yang melihatnya langsung maju ke depan sambil menggandeng tangan Jani yang terus menunduk.

“Perkenalkan nama kalian.”

“Axel Pak.” Axel menatap Jani yang masih menunduk. “Ja…”

Baru saja ingin meraih tangan Jani, Axel terkejut karena tubuh besar Calvin tiba-tiba saja berdiri di depannya.

“Selamat datang Axel.” Kini Calvin berdiri di antara keduanya. Dengan ramah Calvin menyalami Axel yang masih terkejut. “Kau….?.” Calvin mengulurkan tangannya pada Jani.

“Ja..Jani Pak.” Ucapnya gagap.

“Semoga kalian betah yah PKL di sini. Kuncinya disiplin dan kerja dengan tulus, kalian akan dapat banyak ilmu jika menerapkan ilmu yang saya pakai.”

“Terimakasih banyak Pak.” Jawab Axel mewakili.

“Kalian boleh kembali bekerja. Tolong jaga dua anak PKL kita dengan baik, berikan penjelasan yang detail supaya mereka paham perannya di sini.”

“Siap Pak.” Semua menjawab dengan kompak.

Axel menggeser kursinya mendekati Jani setelah ruangan kembali kondusif.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Axel yang sejak tadi melihat kegundahan di wajah Jani. Dia terus menunduk dan enggan bicara seperti sedang panik.

“Iya Kak, Jani baik-baik saja.”

“Jangan aneh-aneh Jani, aku tidak mau repot mengurusmu. Aku ingin fokus dengan pekerjaan di sini, jadi aku harap kau bisa mengurus dirimu sendiri.”

“Baik Kak.” Jani sejak tadi hanya menjawab lirih tanpa mau menatap wajah Axel.

Rasa khawatir semakin besar karena Axel masih merasa bersalah dengan kejadian beberapa waktu lalu yang masih sangat membekas di ingatanya.

“Jan…” Panggil Sasa yang menerima pesan langsung dari Calvin. “Bisa bantu aku antar berkas ini?”

“Bisa Bu.” Jani segera berdiri menghampiri meja Sasa.

“Ke lantai dua puluh ya Jan, ke ruangan Pak Calvin.” Jani terduduk lemas.

“Kenapa Jan?” Sasa sedikit panik melihat Jani tiba-tiba saja terduduk lemas. “Kenapa Jani?” Yang lain ikut memperhatikan termasuk Axel yang ingin sekali berlari dan membantu Jani berdiri.

“Gak papa Jan?” Jani mengangguk, kakinya benar-benar lemas bertemu Calvin di kantor sebagai karyawannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!