🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Gadis berambut cokelat dengan ikat kepala warna pink itu mengangkat tangannya ke arah atas mencoba menampar wajah Margot Evans.
''Brenda hentikan !'', ucap seorang siswa laki-laki.
Siswa laki-laki berwajah tampan dengan rambut pirangnya itu tiba-tiba menghentikan gerakan tangan gadis berambut cokelat bernama Brenda.
''Richard Franklin ! Dia telah membuatku marah dan mempermalukan diriku ! Wajar jika aku memukulnya !", kata Brenda.
"Apa kamu gila ? Bagaimana jika status mu sebagai ketua organisasi siswa di cabut dari sekolah ini ?", jawab Richard Franklin.
"Tapi... Dia telah mengejekku ! Dan wajar jika aku menghukumnya, bukan ?", kata Brenda.
"Wajar tapi ini akan membuat mu semakin malu dengan memperburuk reputasi mu di mata sekolah bahkan kepala sekolah dan dewan tertinggi akan menghukum mu", sahut Richard Franklin.
"Benar, Brenda ! Kamu sendiri yang mengajak Margot Evans bertengkar hanya karena dia tidak sengaja menubruk Richard Franklin !", kata Natalia Chloe.
"Diam kau ! Siapa yang menyuruhmu berbicara pada ku ?", bentak Brenda marah.
"Kau tidak perlu semarah itu padaku karena aku membela Margot Evans yang benar-benar tidak bersalah, dia tidak sengaja tadi", sahut Natalia Chloe.
"Kau teman dekatnya dan wajar jika kamu akan membelanya mati-matian karena dia sahabat mu meski dia salah kamu pasti membelanya", kata Brenda marah
Gadis berambut cokelat dengan ikat kepala warna pink itu memelototi dengan kedua matanya yang lebar kepada Natalia Chloe.
Natalia Chloe tertawa kecil saat Brenda menatapnya marah sambil bersungut-sungut.
"Memang Margot tidak salah dan dia tidak sengaja menubruk Richard Franklin... Apa kamu cemburu padanya ?", kata Natalia Chloe.
"Jaga bicaramu, Natalia Chloe !", bentak Brenda marah.
"CK ! Apa peduliku padamu ? Aku berkata sesuai kenyataan bahwa memang kamu kesal pada Margot hanya karena dia berdekatan dengan Richard Franklin, bukan ?", sahut Natalia Chloe.
"Diam ! Dasar gadis buangan !", bentak Brenda.
Margot Evans yang sedari tadi menahan amarahnya mendengar ucapan Brenda yang memarahi Natalia Chloe tidak tinggal diam.
Dia langsung menarik kasar rambut Brenda lalu menjambaknya keras sehingga gadis itu berteriak kesakitan karena ulah Margot Evans.
"Rasakan ini gadis sombong !", teriak Margot Evans marah.
"AUWH !!! Sakit ! Sakit sekali !", jerit Brenda.
Brenda memegangi kepalanya yang dijambak keras oleh Margot Evans sembari merintih kesakitan.
"Makan ini ! Rasakan ya ! Dasar sombong ! Kamu yang seharusnya menjaga lidahmu yang tajam itu !", kata Margot Evans.
"Tolong aku ! Tolong !", jerit Brenda.
"Minta maaf kepada Natalia Chloe atas ucapan mu yang menghinanya ! Jangan harap aku akan melepaskan tangan ini dari atas kepala mu, bodoh !", kata Margot Evans.
"Tolong ! Tolong aku !", jerit Brenda.
"Minta maaf !", bentak Margot Evans marah.
"Tidak ! Tidak akan pernah !", jawab Brenda.
"Kau ? Jika kamu tidak meminta maaf pada Natalia Chloe maka aku akan menghajar mu !", sahut Margot Evans.
Margot Evans semakin keras dan kasar menarik rambut Brenda hingga gadis itu menjerit-jerit kesakitan sembari meminta tolong pada siswa lainnya.
''Kalian jangan ikut campur urusan kami ! Kalau tidak aku akan menghajar kalian jika mencoba membelanya !'', bentak Margot Evans tegas.
Margot Evans menatap tajam ke arah teman-temannya yang lain yang sedari tadi hanya diam berdiri menyaksikan pertengkaran antara dirinya dengan Brenda.
Tidak satupun dari mereka yang maju mencoba melerai Margot Evans dengan Brenda.
Mereka terdiam sambil menundukkan kepala mereka semua.
''Dan jangan pernah mencoba melaporkan hal ini kepada kepala sekolah atau guru ! Kalian mengerti !'', bentak Margot Evans.
Semua siswa hanya diam tertunduk menatap ke arah lantai kelas tanpa berani menjawab ucapan Margot Evans.
''Lepaskan dia, Margot !'', kata Richard Franklin.
''Tidak ! Sebelum dia meminta maaf pada Natalia Chloe karena telah menghinanya !'', sahut Margot Evans.
''Biar aku yang mewakilinya untuk meminta maaf pada Natalia Chloe atas ucapannya yang kasar ! Bagaimana ?'', kata Richard Franklin.
''Kau ? Kau membela gadis sombong ini ? Apa kamu pacarnya ?'', sahut Margot Evans.
''Bukan, aku bukan pacar dia ! Tapi aku ingin melakukan hal yang sebaiknya aku ingin lakukan dan aku rasa benar !'', kata Richard Franklin.
''Kau pikir tindakan dia benar ? Si sombong ini benar katamu ?'', ucap Margot Evans.
''Bukan begitu, Margot Evans... Dia hanya tidak terima kamu menubruk ku tadi sedangkan kamu sendiri tidak meminta maaf padanya !'', sahut Richard Franklin.
''Cih ! Hanya kalian anggota organisasi siswa sekolah yang berpengaruh maka sikap kalian bisa semaunya pada kami ?'', kata Margot Evans.
''Tidak, Margot Evans ! Bukan seperti itu maksudnya...'', sahut Richard Franklin.
''Lalu apa ? Aku tidak sengaja tadi menubruk mu dan aku hendak meminta maaf tapi si sombong ini justru memarahi ku !'', kata Margot Evans.
''Baiklah ! Baiklah ! Baiklah ! Aku minta maaf dan tolong maafkan dia ! Lepaskan tanganmu dari rambutnya, Margot Evans !'', sahut Richard Franklin.
''Suruh dia meminta maaf pada Natalia Chloe ! Dan aku akan melepaskannya !'', kata Margot Evans menatap emosi.
Richard Franklin menoleh ke arah Brenda yang terlihat kesakitan karena jambakan tangan Margot Evans.
''Brenda ! Apa kamu dengar permintaan dari Margot ?'', kata Richard Franklin.
''Tidak ! Aku tidak mau mendengarnya ! Aku tidak mau !'', jerit Brenda.
''Minta maaflah pada Natalia Chloe !'', pinta Richard Franklin.
''Tidak ! Tidak mau ! Aku tidak mau melakukannya !'', teriak Brenda marah.
''Brenda ! Jangan keras kepala ! Minta maaflah kepada Natalia Chloe sekarang !'', kata Richard Franklin.
''Auwh !!!'', jerit Brenda.
Gadis berambut cokelat itu memegangi rambutnya yang ditarik keras oleh Margot Evans sehingga dia merintih menahan sakit berlebih di kepalanya.
''Jangan keras kepala Brenda ! Tidak ada ruginya kamu meminta maaf pada Natalia Chloe !'', kata Richard Franklin.
''Iya, Brenda ! Kau sendiri yang menghina Natalia Chloe dan memarahi Margot Evans tadi hanya karena dia tidak sengaja menabrak Richard Franklin !'', kata siswa di kelas.
Ucapan siswa itu disambut oleh teman-temannya yang lain dengan jawaban yang kompak.
''Benar ! Itu benar, Brenda ! Minta maaf lah pada Natalia Chloe !''
''Iya, Brenda ! Kau seharusnya juga meminta maaf pada Margot Evans atas ucapan mu !''
Terdengar suara riuh rendah dari para siswa di kelas itu yang mencoba membela Margot Evans dan Natalia Chloe atas perbuatan Brenda yang berlebihan.
''Tidak ! Aku tidak mau !'', jerit Brenda.
Margot Evans semakin menarik kencang rambut Brenda hingga dia berteriak keras.
''AHK ! Aku minta maaf !''
Senyum tipis menghiasi wajah Margot Evans karena berhasil membuat Brenda meminta maaf.
Margot Evans melepaskan tarikan tangannya dari atas kepala Brenda seraya mendorong gadis itu hingga jatuh.
BRUK !
''Auw ! Sakit !''
Brenda mengeluh kesakitan sambil menggosok lututnya yang terbentur ke atas lantai.
''Apa yang kamu lakukan ? Bukankah aku sudah meminta maaf pada Natalia Chloe ?'', kata Brenda.
Brenda menoleh ke arah Margot Evans dengan menatapnya marah dan hampir menangis.
Margot Evans hanya mendesis pelan sembari memandangi wajah Brenda yang memerah malu.
''Aku akan melaporkan mu kepada guru serta kepala sekolah agar menskors mu dari sekolah ini !'', kata Brenda.
''Jika kamu mencoba melaporkan hal ini pada pihak sekolah maka aku akan tidak segan-segan merobek mulut mu yang bau itu, Brenda !'', ancam Margot Evans.
Margot Evans melangkah pelan mendekati Brenda yang masih duduk di atas lantai kelas.
Menarik kerah seragam Brenda seraya menatapnya tajam.
''Aku tidak takut padamu, Brenda !'', ucap Margot Evans.
''A--apa ?'', sahut Brenda ketakutan.
''Dengar sekali lagi, Brenda ! Jika kamu coba-coba melaporkan hal ini pada guru hingga aku diskors dari sekolah ini maka aku akan memburu mu hingga kamu tidak bisa lari kemanapun ! Merasakan sakit lebih sakit dari ini ! Kamu paham !''
Margot Evans mengancam Brenda yang menatapnya gemetaran. Dan hanya bisa menganggukkan kepalanya menerima ucapan serta menuruti perintah dari Margot Evans padanya tanpa mampu melawannya.