Darren Alfred, seorang mafia kejam yang berkedok Ceo tidak pernah merasakan jatuh cinta dalam hidup nya. Bahkan terhadap ibu dan adik kandung nya sendiri ia bersikap dingin dan ketus.
Bukan tanpa alasan, penyakit aneh yang di deritanya membuat pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita.
Hingga akhirnya ia di pertemukan dengan Jean, wanita yang pertama kali menarik perhatiannya karena hanya wajah Jean lah yang bisa dilihat oleh Darren. Sampai pria itu terobsesi dan ingin menjadikan Jean miliknya.
Akankah Jean menerima cinta Darren ataukah sebaliknya?
#Cast pemeran bisa liat di Ig @meyda_30
Up 1-2 bab/hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Melamar
"Kita mau kemana Darren?'' tanya Jean karena sejak tadi pria yang berada di sampingnya ini tidak mengucapakan sepatah kata pun padanya.
"Ke mansion orangtuaku,'' jawab Darren menggenggam erat tangan Jean, entah kenapa rasanya ini adalah hari terakhirnya bersama dengan wanita yang ia cintai.
Mereka sudah sampai di kediaman Alfred. Darren juga sudah menghubungi Mommy nya kalau malam ini akan pulang ke mansion utama.
''Kita sudah sampai Tuan,'' ucap Steve kemudian turun membuka pintu untuk Jean. ''Saya akan segera menyusul setelah ini.''
Darren mengangguk lalu melirik Jean yang terlihat gugup dan berkeringat.
''Tenang saja, mereka tidak akan memakan mu. Paling kau akan di pojok kan dengan banyak pertanyaan, apalagi Mommy dia sangat galak dan juga pemarah.''
Jean melotot ke arah Darren, wanita itu sedang tidak bercanda. Bagaimana mungkin ia akan bertemu dengan calon mertua dengan keadaan seperti ini dan tanpa persiapan sama sekali.
''Bisakah kita undur pertemuannya, sepertinya aku sedang tidak enak badan," elak Jean menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.
Darren terkekeh lalu meraih tangan Jean dan menggenggamnya erat. ''Bukankah ada aku, apa yang kau khawatirkan hum?''
Ucapan yang keluar dari bibir Darren membuat hatinya menghangat, bahkan segala keraguan yang ia rasakan kini seakan menghilang.
Jean mengangguk dan melangkah masuk bersama Darren.
''Selamat malam Nyonya dan Tuan Alfred, perkenalkan saya Jean Ashley.''
Jean mengulurkan tangannya dan disambut oleh Lauren dan juga Bastian dengan senyuman.
''Putraku yang nakal ini sudah menceritakan semua tengang mu, terima kasih karena sudah menjaga menjaga dengan baik. Pasti dia sangat merepotkan mu ya?'' tanya Lauren mengusap lembut pipi Jean.
''Hentikan Mom, jangan menyentuhnya sembarangan. Dia tidak menyukai itu,'' ketus Darren yang memang tidak terima karena wanitanya di sentuh sembarangan, tak terkecuali keluarganya sendiri.
''Dasar posesif, dia juga tidak masalah kenapa kau yang marah hum?!''
''Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya seperti itu, jadi wajar jika aku marah Mom.''
''Benarkah itu sayang?'' Lauren menatap Jean yang tersenyum malu ke arah nya. ''Oh astaga, kau ini pria bagaimana bisa tidak bisa menyentuh kekasihmu sendiri.''
''Menggelikan sekali,'' celetuk Clara yang tiba-tiba memotong pembicaraan mereka dan duduk di salah satu kursi yang berada di meja makan.
Mereka semua menatap ke arah Clara. Memperhatikan setiap gerak gadis itu yang terlihat aneh tidak seperti biasanya.
''Kenapa apa ada yang aneh denganku? Oh aku tau, mungkin kalian baru sadar kalau aku ini cantik bukan,'' seloroh nya seraya memasukan apple merah yang berada di tangannya.
''Sebulan lagi kau akan pergi ke Munich,'' tegas Darren membuat mata Clara melotot seakan ingin keluar dari tempatnya.
''What? aku tidak mau Kak. Aku masih ingin disini titik."
''Tanpa penolakan. Dan selama sebulan itu kau harus menjaga wanitaku,'' Darren mengecup punggung tangan Jean. ''Karena aku ingin pergi ke suatu tempat.''
''Kau akan meninggalkan aku setelah semua yang terjadi?'' tanya Jean sedikit kecewa. "Bisakah aku ikut denganmu Darren?''
''Maafkan aku my sweetie, kau harus tetap disini bersama mereka. Atau jika mau, kau boleh kembali pada keluargamu dan menikah dengan Edward."
Jean menggeleng, ia bahkan sudah mulai membuka hati untuk Darren. Tapi kenapa sekarang pria itu malah berniat meninggalkannya.
''Aku akan segera kembali, jika kau masih mau menungguku."
Jean beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar. Darren menghela nafas, dengan tanpa ijin Jean dia harus tetap pergi.
''Kejar dia, jangan menarik ulur hubungan kalian seperti ini,'' ucap Bastian mencoba menengahi.
*
*
*
Disinilah mereka berada, di taman belakang. Jean berdiri dan mengusap kedua lengannya. Tatapan matanya tertuju pada pancaran air kolam yang yang terlihat bersinar karena cahaya lampu.
''Maaf jika aku baru mengatakannya sekarang,'' Darren memeluk Jean dari belakang dan membenamkan kepalanya di ceruk lehernya.
''Apa kau ingin aku menikah dengan Edward?"
Darren terkekeh.
"Eugh.....''lenguh Jean saat Darren menyesap lembut lehernya dan meninggalkan tanda kepemilikan di sana.
Darren membalik tubuh Jean, menangkup kedua pipinya dan mengecup bibirnya. "Kau pikir aku akan membiarkanmu menikah dengan si brengseek itu hum? Bahkan jika sekarang kau sedang memikirkannya, aku tidak segan menghabisinya.''
''Dia sepupumu Darren, kau gila.''
''Ya aku gila karena dirimu.''
Darren berlutut lalu mendongak menatap bola mata Jean yang terlihat begitu indah di matanya.
''Jean Ashley, Will you marry me?'' ucapnya menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis wanita itu.
''Hei kenapa tiba-tiba, dan darimana kau mendapatkan ini?'' tanya Jean bingung dan harus menjawab apa.
Darren berdiri dan menarik pinggang Jean agar mendekat padanya. Kini tidak ada jarak diantara keduanya. Mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.
''Jawab aku my sweetie.''
Jean mendongak menatap kedua bola mata Darren, mencari sesuatu di balik sana. Namun dia tidak menemukan apapun selain ketulusan.
Jean mengangguk. ''Yes, I will.''
...----------------...
Jangan lupa tinggalkan like ,coment dan klik favorit kakak .... terima kasih