Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KERASUKAN JIN
Eirene sampai tak dapat berkata-kata, "ba--bi--bu--huwakkkkkkk! Pengen pulang ke apartement!" batinnya sudah menjerit-jerit, tapi sayangnya apatementnya sudah ia kosongkan.
Rayyan sejak tadi menarik dan menggeret gadis yang sudah menjadi istrinya ini agar mau masuk ke dalam.
Rayyan bukan tak paham apa yang terjadi dengan Eirene.
Agar kamu belajar Eyi, bahwa hidup tak harus selalu mewah. Hidup seperti ini yang akan banyak memberimu pelajaran hidup, kenikmatan bersyukur, dan yang jelas bersamaku...akan ku kembalikan darah dan norma timur yang sudah lama hilang dari dirimu, abang tau kamu wanita yang baik. Keadaan dan lingkungan yang menjadikanmu bagian dari orang lain di negeri sendiri.
Mungkin tugasnya tak akan mudah, pernah satu siang sebelum menikah dengan Eirene hatinya sempat ragu. Namun abi Zaky menepuk pundaknya dan berkata, "Yakinkan dan teguhkan hatimu, tak ada seseorang yang sempurna di mata manusia maupun Allah. Tapi tugasmu memperbaiki seseorang itu agar layak menjadi makmum-mu,"
Tatapan lekatnya buyar, saat Eirene berteriak dari arah dapur.
"Ray! Ini showernya mana?! Bathtub?!" gadis itu panik hanya karena kamar mandi di rumah ini tak ada shower dan bathtub.
"Nanti abang bikinin shower dari selang!" jawabnya, membuat kernyitan di dahi Eirene berlipat-lipat.
"Kalo bathtub, tuh!" tunjuknya ke arah kamar mandi yang memang Eirene buka sejak tadi pintunya.
"Tinggal pilih! Ada ember, jolang besar, ada bak mandi kecil. It's your choice!" lanjutnya kembali ke ruang depan meninggalkan Eirene sendiri di dapur.
Gadis itu merosot hingga terduduk di lantai dapur, "jahat!"
"Ray! Masa Eyi mandi di bak mandi!" teriaknya.
"Cukup dek, badan kamu kan kecil. Kalo mau berenang ada kolam buat latihan fisik para tentara. Disini semua ada kok sayang, nggak kalah lah sama hotel bintang 5---" ia terkekeh.
"Huwakkkk!" gadis itu merengek dan benar-benar sudah goser-goser di lantai dapur. Tak peduli dengan celananya yang kotor, karena rumah yang sudah Rayyan tinggalkan 3 hari jadinya pasti berdebu.
Rayyan benar-benar tak bisa menahan tawanya melihat Eirene, dimana model kelas Internasional sedang menangis ngamuk-ngamuk di lantai dapurnya.
"Dek, masih mau nangis apa mau nyari makan malam? Kamu belum sempet makan kan?"
"Bo do amat!" balasnya sarkas berteriak.
"Ngga peduli! Ngga mau makan, percuma juga, Eyi ngga bisa hidup disini Ray, pulang aja ke rumah umi!" pintanya.
"Oke sayang permintaan diterima, Tapi langkahi dulu mayat abang!" jawabnya.
Eirene sudah menjerit-jerit sampai tetangga sebelah mendengarnya,
"Pak denger ora (engga)? Itu rumahnya om Rayyan kan? Baru pulang orangnya, bawa bojo(istri)! Ibu udah bilang kan pak, kalo rumah ditinggal lama itu suka dihuni makhluk astral!" ujar si istri, yang menganggap jika Eirene kerasukan jin, pasalnya gadis itu teriak-teriak sambil nangis-nangis.
"Opo (apa) sih bu, ngawur!" jawab suaminya.
"Mana dapurnya jelek! Ngga ada pantry sama microwave! Ngga ada airpurifier, disini kotor Ray! Masa Eyi mau bobok sama laba-laba!" gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapur dimana ada sarang laba-laba bermukim diatas plafon, apa nanti ia akan di ospek juga oleh si laba-laba, secara Eyi adalah penghuni baru disini.
"Kenalan dulu kalo gitu!" jawab Rayyan dari arah kamar, lelaki itu sedang memasukkan koper milik Eirene ke dalam kamar lalu membuka isinya namun tak sempat ia obrak-abrik, ia hanya penasaran dengan isi koper yang berjejer layaknya gerbong kereta api ini.
"Rayyan, Eyi lapar!" ujung-ujungnya gadis itu minta makan, mungkin menangis sambil goser-goser dan teriak-teriak bikin tenaga habis dan perut keroncongan.
"Udah abis ya stok tenaganya? Kalo gitu masuk dulu kamar mandi, kita belum solat loh!"
Lelaki yang sudah mengganti pakaiannya itu kembali menemui Eirene dan berjongkok di depan istrinya yang sedang sesenggukan, pipinya full dengan air mata.
Tangan Rayyan mengusap air mata Eirene, "abang isi airnya dulu biar kamu bisa ambil wudhu!"
Netra gadis itu mengikuti gerakan Rayyan ke arah pintu belakang. Penasaran, ia bangkit mengikuti suaminya itu.
"OMGGG HELLOOOO!" pekiknya tertahan.
Ia semakin terkejut mana kala menemukan sebuah sumur dimana sumber air berada, dan tebak! Rayyan sedang menggeret airnya menggunakan ember dan tali timba.
"Ini kita hidup di jaman apa cobakkk?!" ucapnya melongo. Anak tk aja udah tik tok'an loh! Tapi ngambil air masih pake tali.
"Cekek aja Eyi, Ray! Ini seriusan kalo ambil air harus begini?" tanya nya, Rayyan tertawa, "untuk urusan air biar jadi tanggung jawab abang!" jawabnya.
Eirene mendekat, dan ikut melongokkan kepalanya ke arah sumur.
"Shittt! Kalo kepeleset terus jatoh, kira-kira mayat Eyi bakalan ditemuin ngga?!" gumamnya bermonolog. Eirene adalah hiburan untuknya, Rayyan yang konyol saja kalah absurd dengan istrinya ini.
"Emh, tergantung! Nanti mayat kamu bau engga? Kalo bau pasti kecium orang lain," balasnya berseloroh.
"Si@lan ih!" umpat Eirene.
"Ray, Eyi ngga bisa kaya gini! Eyi pengen pulang ke rumah umi," rengeknya.
Rayyan menggeleng, "selangkah kamu keluar dari rumah ini, dari kesatuan--maka kamu udah membunuh abang dan karir abang yang sudah abang bangun kurang lebih 10 tahun," jawab Rayyan.
Eirene menghela nafasnya, salahnya---ia sudah memutus kontrak demi menikah dengan Rayyan, honey pun sudah bekerja dengan umi, dan akhirnya ia sudah tak bisa kemanapun lagi terjebak bersama kacang ijo? atau keluarganya smurf?
"Eyi kalo mandi ngabisin air Ray, bisa berjam-jam sambil berendam?! Kadang mandi susu!" sewotnya.
"Oh ngga masalah! Abang justru mau kamu tetep cantik buat abang. Abang jabanin kamu mandi susu, mau tiap bulan, tiap minggu atau tiap hari? Nanti abang beli persediaan susu kental manis!" jawabnya.
"Damnnn!!!" geramnya memukul lengan Rayyan, yang benar saja yang ada ia dikerubungi semut!
Eirene terisak, ia menangis layaknya anak kecil di depan Rayyan, sampai-sampai hidungnya ikut berair, dan ia menyekanya dengan baju. Persis bocah tk!
"Kamu tega sama aku, Ray!" Rayyan menaruh ember yang telah terisi air di sampingnya lalu meraih kedua pundak Eirene, "Eyi, kamu terlalu digelapkan dengan kehidupan glamour, tidak selamanya hidup kamu akan seperti itu. Wake up baby, kamu sudah terlalu jauh dari Tuhan, dari negrimu, dari jati dirimu sendiri---semuanya akan terasa mudah, terasa indah kalau disini---" Rayyan menyentuh dada Eirene.
"Ada rasa ikhlas," lanjutnya.
"Kasih abang kesempatan untuk menunjukkan semua keindahan dan kesederhanaan,"
Eirene menatap tanpa membalas perkataan Rayyan, "semua akan abang kasih buat kamu, tapi abang pun mau kamu berubah. Abang mau kamu lebih menghargai hidup, hidup orang lain, hidupmu sendiri---"
"Kamu sendiri yang sudah memilih untuk jadi pasangan abang, maka terimalah abang dengan segala kekurangan dan kelebihan abang," tegas Rayyan.
"Kita coba pelan-pelan ya?!" pinta Rayyan.
Eirene menyeka air matanya, lalu berjalan ke dalam dan duduk di kursi kayu, yang bahkan saat ia menghempaskan pan tatnya saja berbunyi dukhhh! Tulang ekornya berasa ngilu! Ingin mengaduh rasa gengsinya terlalu tinggi.
"Kamu dulu yang ambil wudhu, biar abang ambil air lagi buat abang!" titahnya.
Kembali gadis ini tak menjawab, ia mogok bicara namun tetap menurut dengan melangkahkan kakinya ke dalam toilet.
Baru saja Rayyan melengos dan ia masuk kamar mandi. Ia sudah kembali berteriak.
"Rayyannn! Ada cicakkk!"
"Usir--usirrr! Dia mau ngintipin Eyi pipis !"
"Allahu! Gue aja yang punya nya belum ngintip!"
.
.
.
.
.
.