Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau, Orang Itu!!
Wanita itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat melihat hamparan biru laut yang begitu luas yang ada didepannya saat ini. Inilah mimpinya, impiannya sejak kecil, berdiri disebuah kapal pesiar mewah menikmati pemandangan laut yang begitu luas.
Aroma lautan yang begitu khas merasuk di indra penciumannya, gulungan ombak seakan memangilnya. Semua sempurna, namun semua yang didapatkan sekarang tentu saja sebanding dengan apa yang telah dia lalui selama hidupnya.
"Kau disini rupanya,"
Derap langkah kaki seseorang yang datang dan suara dingin yang khas menyita perhatiannya, mengalihkannya dari objek yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
Wanita itu menoleh kebelakang, seorang pria dalam balutan celana hitam panjang dan kemeja hitam lengan terbuka yang dipadukan dengan sebuah Vest V-Neck berjalan menghampirinya.
Glukk...
Susah payah ia menelan salivanya saat melihat dada lebarnya yang menyembul dari balik kemeja hitamnya yang tak terkancing sempurna, dia membiarkan dia kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Belum lagi lengan berotot itu, tidak terlalu besar namun terlihat kuat ketika disentuh.
Sepanjang dia menikah dengan pria itu 'Lucas' ini pertama kalinya Serra melihatnya berpakaian seperti itu. Rona merah seketika muncul dikedua pipinya.
"Kau tadi masih tidur, jadi aku tidak tega untuk membangunkan mu." Ucapnya setibanya Lucas di depannya.
"Bagaimana kalau kita pergi ke dek atas untuk sarapan? Pemandangan terlihat lebih indah dan menakjubkan, tak kalah dengan saat malam hari."
Serra memiringkan kepalanya dan menatap suaminya itu penasaran. "Makan di dek kapal? Memangnya bisa, bukankah hanya ada restoran saja disini?" Dia tampak kebingungan.
"Tentu saja bisa, kita bisa meminta pelayan untuk mengantarkannya ke sana." Jawab pria itu.
Mata Serra berbinar seketika. "Wah, kelihatanya sangat menarik. Baiklah, ayo kita sarapan di sana saja. Kebetulan sekali aku memang sangat lapar. Tapi bagaimana dengan mama dan yang lain? Apa kita perlu memanggil mereka juga?" Serra menatap pria didepannya.
Lucas menggeleng. "Cukup kita berdua, aku ingin sarapan kali ini tanpa gangguan dari bocah-bocah itu. Dan kau tidak perlu khawatir, mama dan yang lain sedang sarapan sekarang." Ujar Lucas panjang lebar.
Serra mengangguk. "Baiklah kalau begitu, ayo." Dia memeluk lengan terbuka Lucas dan menariknya menuju dek kapal dengan tidak sabaran. Sedangkan Lucas hanya mendengus dan menggelengkan kepala melihat tingkah wanita ini.
.
.
Dan disini mereka sekarang. Serra dan Lucas sedang menikmati sarapannya dengan tenang di dek paling atas. Tidak ada siapa pun, hanya ada mereka berdua. Dan kebersamaan mereka diiringi obrolan-obrolan ringan namun mengandung makna yang begitu besar.
"Apa kau pernah jatuh cinta?" Sebuah pertanyaan meluncur bebas dari bibir Serra, membuat perhatian Lucas teralih padanya.
"Tidak!!" Lucas menjawab cepat.
Sontak Serra menghentikan gerakan tangannya yang hendak memotong steak-nya setelah mendengar jawaban Lucas.
"Jangan bercanda, mana mungkin manusia hidup tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Kecuali mereka yang memang tidak percaya pada cinta itu sendiri." Ujar Serra lalu memasukkan potongan steak itu ke dalam mulutnya.
"Bagiku, cinta adalah hal tabuh yang memuakkan. Namun tidak ada cepat atau lambat untuk sebuah cinta," jawab Lucas sambil mengunci langsung ke dalam netra bening Serra.
Deg!
Kini Serra benar-benar merasakan jantungnya berdegup kencang. Pria di depannya benar-benar bisa membuatnya yang tadinya biasa-biasa saja, sekarang menjadi luar biasa. Benar apa yang Lucas katakan, memang tidak ada cepat atau lambat untuk sebuah cinta. Karena cinta bisa datang hanya dalam hitungan detik saja, dan itu adalah sebuah fakta.
"Memang, awalnya aku tidak pernah percaya pada cinta. Aku selalu menganggap jika cinta adalah hal tabuh yang sangat memuakkan, sampai akhirnya seseorang datang dalam hidupku, dia mengajarkan apa artinya mencintai dan menyayangi. Dia juga membuatku merasakan apa artinya takut kehilangan."
Serra kembali mengunci mata itu. "Memangnya siapa wanita luar biasa yang bisa melelehkan hati bekumu itu?" Ia menatap Lucas penasaran.
"Kau. Wanita itu adalah kau, Serra. Kau yang membuatku merasakan perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Cinta, sayang dan takut kehilangan. Entah aku sendiri tidak tau sejak kapan menyadari perasaan ini ada, tapi aku tidak bisa memungkiri jika aku tertarik padamu. Bukan... Tapi jatuh cinta padamu!!"
'Uhuk.. Uhuk.. Uhuk...'
Serra tersedak makanan di dalam mulutnya saat mendengar apa yang Lucas katakan. Antara syok dan tidak percaya, pria dingin seperti Lucas tiba-tiba mengatakan sebuah kalimat yang mampu membuatnya merinding.
"Astaga, apa yang terjadi padamu?! Minum dulu," Lucas memberikan segelas air putih pada Serra. "Pelan-pelan saja, tidak ada yang ingin meminta makananmu!!"
"Bukan karena itu, tapi kau membuatku terkejut dengan kata-katamu. Jujur Saja, Lu. Rasanya aneh mendengar pernyataan cinta dari pria dingin sepertimu." Ucap Serra
Dia sungguh tak percaya jika pria dingin seperti Lucas bisa mengatakan kalimat sedalam itu, apalagi Lucas tak pernah berpengalaman dalam hal percintaan.
"Setiap orang bisa berubah, Serra. Termasuk aku, memang awalnya hal ini terasa aneh, tapi aku tidak bisa memungkiri jika aku benar-benar tertarik padamu. Anggap saja jika yang aku katakan ini adalah omong kosong, tapi aku tidak pernah bercanda dalam hal apapun, terutama tentang perasaan."
Serra tak memberikan jawaban apa-apa. Dia benar-benar sok dengan apa yang baru saja ia dengar. Lucas, pria dingin melebihi Kutub Utara tiba-tiba mengatakan perasaannya. Sungguh ini adalah hal yang sulit diterima oleh akal sehatnya.
"Kita jalani saja hubungan ini apa adanya, dan biarkan mengalir dengan sendirinya." Ucap Serra dengan senyum lembut disudut bibirnya. Lucas mengangguk.
Selanjutnya sarapan mereka lewati dengan tenang. Tak sepatah katapun keluar dari bibir keduanya, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang saling bersentuhan.
-
-
Kesialan bertubi-tubi menimpa Kakek Xiao, nyonya Anita dan anak-anaknya. Pagi ini mereka berempat harus berurusan dengan petugas keamanan karena terlibat perkelahian dengan penumpang lain.
Mereka berempat dimintai ganti rugi, karena menyebabkan kerugian bagi orang lain. Tak hanya dikenai denda uang, mereka berempat juga harus menjadi tukang bersih-bersih dan pelayan selama pelayaran berlangsung.
Satu orang yang terlibat masalah, tapi semua yang terkena imbasnya. Karena hanya Andien yang sebenarnya terlibat perkelahian itu, dia menjambak dan mencakar wajah seorang penumpang lain karena tersinggung oleh ucapannya
"Ndin, ini semua gara-gara dirimu!! Jika saja kau tidak berulah, kita semua tidak akan terkena masalah seperti ini!!"
"Ma, kenapa kau malah menyalahkan ku?! Dia yang mulai duluan, dan aku tidak terima orang lain menghina serta merendahkan diriku!!"
Mama tahu, tapi setidaknya kendalikan dirimu. Ingat posisi kita saat ini, bagaimana jika mereka marah dan melempar kita semua ke laut?! Kau ingin konyol?! Jadi berpikirlah dulu sebelum bertindak!!" Anita meninggalkan Andien dan pergi begitu saja.
"Aarrrkkhhh!! Sial, kenapa nasibku bisa jadi seburuk ini?!"
-
-
Bersambung.