Dara adalah seorang sekretaris cantik dari CEO muda yang tampan dan jadi incaran banyak wanita. Dia sangat pandai dan cekatan. Meskipun dia hanya sekertaris, namun banyak orang yang kagum dan iri padanya karena sang CEO selalu memberikan perhatian yang berbeda padanya.
Kenzie yang merupakan CEO bisa melakukan apa saja. Dia terlihat dingin dan acuh tak acuh namun dia bersikap lain dihadapan Dara dan juga orang-orang terdekatnya.
"Meskipun kamu sekretaris dikantorku tapi kamu adalah CEO dihatiku"
Bagaimana kisah cinta CEO dan sekertarisnya ini? Akankan semuanya berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dara Dan Sita
Orang-orang yang mengenal Dara sangat terkejut dengan apa yang dikatakan bu Melati. Sita bahkan langsung datang kerumah bu Melati begitu dia melihat konferensi pers yang di adakan nenek Dara itu.
"Biarkan aku bertemu dengan bu Melati! Aku hanya ingin memastikan kalau konferensi pers itu tidak benar kan?! Dara masih hidup kan?! Kalian semua pasti berbohong padaku kan? Katakan yang sebenarnya padaku!". Sita terus berteriak diluar rumah bu Melati karena petugas keamanan dirumah itu tidak membiarkan dia masuk.
"Nona, tolong pulanglah. Jangan membuat keributan disini atau kami akan melakukan kekerasan pada anda", ujar salah satu petugas keamanan yang berusaha menenangkan Sita.
"Siapa yang membuat keributan? Aku hanya ingin menanyakan saja apa berita itu benar atau tidak? Aku hanya ingin tahu kebenaran yang terjadi pada sahabatku, itu saja!".
Sita terlihat sangat kalut. Dari nada bicaranya bisa diketahui kalau dia sedang panik, sedih, dan juga khawatir mengenai sahabatnya itu.
"Siapa saja katakan padaku apa yang terjadi pada Dara hiks … hiks … hiks …" Sita terduduk lemas sambil berderai air mata.
Tak berselang lama bu Melati keluar dari rumah untuk menemui Sita.
"Kenapa kamu membuat keributan disini?", tanya bu Melati dengan sikap yang sinis.
"Bu Melati, tolong katakan padaku kalau semua yang anda katakan itu tidak benar. Dara masih hidup kan? Dia tidak benar-benar meninggal kan?". Sita langsung berdiri dan bertanya disela isak tangisnya.
"Aku tidak berbohong. Polisi sudah menghentikan pencarian dan menyatakan kalau Dara telah meninggal dalam kecelakaan itu". Bu Melati bicara dengan sikap yang dingin.
"Tidak. Tidak mungkin. Dara pasti baik-baik saja. Dia tidak mungkin meninggal. Ini semua pasti gara-gara kalian! Kalian adalah keluarga yang jahat! Kalian pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah kalian lakukan pada Dara!".
Sita yang tidak terima dengan pernyataan dari bu Melati terus saja bicara disela isak tangisnya. Dia bahkan terus menunjuk ada bu Melati sambil berteriak padanya.
"Dasar gadis gila! Bawa dia keluar dari sini! Jangan biarkan dia terus membuat keributan disini. Dia sudah benar-benar gila!".
Bu Melati meminta penjaga untuk mengusir Sita, lalu kembali masuk kedalam rumah dan membiarkan Sita pergi.
"Dasar perempuan gila! Bagaimana hisa Dara berteman dengan wanita barbar seperti dia?! Mereka berdua memang cocok. Yang satu tidak tahu malu! Yang satunya lagi tidak yahu. diri!". Bu Melati terus saja menggerutu sambil berjalan memasuki rumah.
Sementara itu diluar rumahnya
"Lepaskan aku! Aku hanya ingin mendapatkan kepastian soal kematian Dara!". Sita masih teris berteriak dan meronta sambil menangis agar pengawal melepaskan pegangan dirinya.
"Pergi kamu darisini! Jangan kembali kemari dan membuat keributan!"
"Ah!"
Pengawal menghempaskan Sita sampai di terjatuh ketanah.
"Kalian jahat! Kalian semua lebih burik dari binatang! hiks … hiks … hiks…"
Dari kejauhan, sebuah mobil mewah terparkir dan memperhatikan apa yang terjadi didepan rumah keluarga Darmawan. Dara menitikan air mata melihat sahabatnya didorong hingga jatuh.
"Apa kamu ingin menghampirinya? Sepertinya dia sangat terpukul atas pengumuman kematianmu?". Kenzie yang duduk dibalik kemudi berbicara dengan lembut pada sang istri yang juga terlihat sedih.
"Apa dia akan percaya padaku? Aku ingin memberitahunya, tapi aku takut kalau tekadku untuk balas dendam akan goyah. Alu takut kalau dia akan terjerat masalah jika berada didekatku". Dara menanggapi ucapan Kenzie dengan serai air mata dipipinya.
"Tidak perlu khawatirkan itu. Sudah aku katakan sebelumnya kalau aku akan membantumu mendapatkan keadilan. Jika kamu tidak bisa balas dendam pada mereka, maka aku yang akan melakukannya untukmu. Aku hanya ingin kamu tersenyum. Dia satu-satunya sahabatmu. Aku tahu kalau dia adalah salah satu orang yang penting bagimu. Jadi kamu bisa beritahu dia. Tidak akan ada yang curiga karena yang tahu wajahmu sekarang hanya aku", ujar Kenzie dengan senyum lembutnya.
Dara terus menatap Kenzie dengan linangan air mata, lalu dia mendekatkan dirinya dan bersandar pasa bahu Kenzie.
"Terima kasih. Terima kasih banyak. Aku tidak tahu apa yang pernah aku lakukan sampai aku sangat beruntung memilikimu disampingku"
"Tidak perlu sampai seperti itu. Aku tidak melakukannya dengan gratis. Tentu kamu harus membayar atas apa yang aku lakukan untukmu".
Dara kembali diduk tegap dan menatap wajah Kenzie dengan raut wajah terkejut.
"Apa?! Apa yang harus aku lakukan untukmu?", tanya Dara dengan bibir mengerucut.
"Cukup berada disampingku selamanya dan memberikan semua cintamu untukku". Dara tersipu malu dan memalingkan wajahnya dari Kenzie untuk menyembunyikan wajahnya yang kini berubah menjadi merah.
"Ayo kita dekati Sita dan mengajaknya bicara", ujar Dara yang mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk pada Sita dan meminta Kenzie menjalankan mobilnya.
"Tentu saja sayang". Kenzie pun menuruti permintaan Dara dan mulai menjalankan kembali mobilnya. Dia berhenti tepat didepan Sita yang sedang menangis.
"Hu ... u... u... "
"Sita, bisa ikut denganku sebentat? Aku perlu bicara denganmu".
Sita mendongak, menatap wajah orang yang berdiri didepannya.
"Siapa kamu? Aku tidak mengenalmu", tanya Sita dengan linangan air mata yang masih menghalangi pandangannya.
"Aku ingin bicara soal Dara, bisakah kamu ikut denganku keempat lain?".
"Dara? Siapa kamu?! Apa kamu tahu sesuatu tentang dia?!". Sita yang tadinya diam langsung berdiri dan bertanya pada Dara dengan antusias.
"Kita bicara ditempat lain. Ayo ikut denganku!". Sita yang sebelumnya terlihat tidak percaya kini mengikuti Dara tanpa ragu.
Pak Kenzie? Bukankah dia atasannya Dara? Bagaimana bisa dia berada disini?
Sita terlihat bingung dengan dahi berkerut saat melihat Kenzie yang duduk dibalik kemudi mobil.
"Naiklah! Kami akan menjelaskan semuanya nanti!", ujar Kenzie dengan sikap yang tenang dan senyum yang tipis.
"Baik".
Kenzie langsung memacu mobilnya setelah Dara dan Sita masuk kedalam mobil.
"Sepertinya pembicaraan ini akan panjang, jadi kita akan cari restoran disekitar sini saja", ujar Kenzie yang serang fokus menyetir.
Sita yang bingung terus menatap keluar jendela dan pikiran yang kalut. Doa berusaha menahan air matanya agar tidak kembali jatuh. Sedangkan Dara yang merasa terharu dengan ketulusan Sita, menatapnya dari balik kaca spion.
"Kita sudah sampai. Sebaiknya bicara didalam sambil minum secangkir kopi".
Mereka berhenti didepan sebuah kafe dan masuk setelah Kenzie memarkirkan mobilnya.
"Aku akan memesan minuman untuk kita", ujar Dara yang langsung berjalan mendekati meja pesanan.
"2 americano dan 1 latte".
Apa? Dia tahu apa minuman kesukaanku? Bagaimana bisa? Siapa dia sebenarnya?
Sita cukup terkejut mendengar minuman yang dipesan untuknya.
"Sekarang beritahu aku, siapa kamu sebenarnya? Bagaimana bisa kamu mengenal Dara dan apa yang terjadi padanya?". Sita bertanya dengan sikap yang dingin dan waspada.
"Ta, ini aku, Dara".
Sita menatap tak percaya pada Dara yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan bercanda denganku. Aku tahu bagaimana sahabatku. Tidak perlu mengatakan omong kosong seperti itu", ujar Sita dengan sikap yang dingin.
"Aku serius. Ini aku, Dara. Dara yang tinggal diapartemenmu selama hampir 2 tahun. Dara yang diusir dari rumahnya sendiri setelah kematian ayah dan ibu. Dara yang selalu kamu hibur dan kamu rawat seperti seorang anak kecil. Ini aku, Ta". Dara berusaha meyakinkan Sita disela isak tangisnya. Dia menceritakan semua tentang dirinya.
"Bagaimana bisa kamu tahu itu? Kamu pasti seorang penguntit, iya kan?!". Sita terus menyangkal ucapan Dara sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Aku tidak berbohong. Aku benar-benar Dara, sahabatmu! Kira kuliah ditempat yang sama. Mengambil jurusan yang sama dan selalu menghabiskan waktu bersama. Setiap libur akhir tahun kita akan pergi ketempat yang jauh darisini dan memulai kembali semuanya dari awal setelah pikiran tenang. Terakhir kali kita liburan keluar negeri dan mengikuti festival disana". Dara terus menceritakan apa saja yang pernah mereka lakukan selama bersama.
Air mata Sita kembali pecah setelah Dara menceritakan apa saja yang pernah mereka lakukan
"Dara? Kamu benar-benar Dara? Sibodoh Dara yang selalu mengalah dan ceroboh? Gadis manja dan sombong, ini benar-benar kamu? Kamu tidak mati dan sekarang ada didepanku? Dara …".
Sita mendekati Dara dan memeluknya dengan erat sambil menangis tersedu-sedu. Mereka tidak menghiraukan kalau saat ini sedang berada dikafe yang cukup ramai pengunjung setelah kedatangan mereka.
"Berhenti menangis sebelum kafe ini dibanjiri air mata kita"
𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘬...
𝘶𝘥𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢