NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Chicklit / Tamat
Popularitas:32.5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 34

Meskipun omongan Kafka terus membayang di kepalanya seperti rumus matematika yang dia hafalkan semalaman, Ganesha mencoba untuk tetap berpikir positif. Katanya, sekeras-kerasnya batu tetap akan bisa lapuk kalau terus-menerus ditetesi air, apalagi hati manusia. Siapa tahu Tenggara memang sudah mulai luluh karena kesabaran Ganesha selama ini? Tempo hari juga lelaki itu bilang sudah merenung dan menyadari bahwa Ganesha penting untuk hidupnya, kan? Jadi kenapa dia harus berpikir macam-macam?

Kendati begitu, Ganesha putuskan untuk tetap tinggal di apartemen Jeremy sampai beberapa waktu ke depan. Dia ingin menebus waktu kebersamaan yang terbuang sia-sia dulu. Sebelum mereka kembali sibuk dengan kehidupan masing-masing dan jadi susah bertemu.

Begitu tiba di apartemen, Ganesha dapati Jeremy sedang berdandan, mematut dirinya di depan cermin besar di sudut ruang tengah. Tubuhnya sudah wangi, rambutnya disisir rapi dan dari pantulan cermin itu Ganesha bisa melihat raut wajah abangnya yang semringah.

"Abang mau pergi?"

Jeremy berbalik, tersenyum lembut pada adik kesayangannya. "Iya," jawabnya.

Ganesha bertanya lagi, "Ke mana? Ngedate?" Karena ini malam Minggu.

Tapi Jeremy menggeleng. "Ke tempat biasa."

Kening Ganesha berkerut sedikit. Kalau hanya pergi ke kedai kopi yang biasa, kenapa harus berdandan serapi ini? Apakah sedang ada perayaan spesial di sana? Atau mungkin akan ada anggota baru yang bergabung di tongkrongan mereka?

"Bakal ada cewek, ya?" selidik Ganesha. Tidak dalam artian yang buruk. Malah bagus kalau ada seorang gadis yang bergabung. Hitung-hitung sedikit mengobati kejonesan tiga sekawan ini.

Eh, tapi, tunggu dulu. Kalau ada seorang gadis, berarti orang itu juga akan berinteraksi dengan Tenggara?

"Echa ikut!" sambarnya sebelum Jeremy menjawab.

Lelaki itu mengangguk. "Mau mandi dan ganti baju dulu nggak?" tanyanya.

Ganesha mengangkat lengannya sedikit, mengendus ketiak kanan dan kiri bergantian, lalu kembali menatap Jeremy. "Nggak usah, masih wangi," katanya penuh percaya diri.

Jeremy hanya tersenyum dan mengangguk. Lelaki itu mematut dirinya sekali lagi, lalu mengajak berangkat.

Dengan semangat, Ganesha melangkah lebar menuju pintu. Tak perlu repot-repot membawa dompet, cukup ponsel kalau-kalau dua teman tercintanya menghubungi.

"Helm!" teriak Jeremy sebelum kaki Ganesha mencapai pintu.

Ganesha berhenti, berbalik, dan loading sebentar. "Naik motor?" tanyanya.

"Iya. Nih, pakai jaketnya," ucap Jeremy seraya melemparkan jaket pink kepada Ganesha.

Ganesha menangkap jaket tersebut, menggamitnya di lengan, lalu menyambar helm bogo cokelat tua dari atas rak sepatu.

Mereka pun berjalan beriringan keluar dari apartemen. Ganesha iseng bersenandung kecil sambil menggamit erat lengan Jeremy, dan lelaki itu hanya tersenyum melihat tingkah adik kecilnya. Lega, sebab adik kesayangannya sudah kembali ceria.

Tidak ada satu gadis pun di kedai malam ini. Hanya tiga sekawan yang terpaksa tidak menyalakan rokok karena kehadiran Ganesha di sana. Entah memang sedari awal tidak ada gadis yang hendak bergabung, atau Jeremy tiba-tiba mengubah rencana karena adik bontotnya mengekor. Apa pun alasannya, Ganesha bersyukur karena tidak harus berjuang menahan cemburu.

Di meja mereka tersaji tiga gelas kopi hitam, satu gelas jahe susu, dua piring pisang keju, satu piring roti bakar cokelat-keju, dan semangkuk Indomie telur sosis yang masih mengepulkan asap tipis. Meja-meja lain terisi penuh. Biasanya disertai kepulan asap rokok yang membuat Mathias dan Jeremy kerja bakti mengipas asapnya agar tidak ke meja mereka, tapi malam ini seolah semua orang kompak tidak menyalakan rokoknya.

Ganesha menyeruput jahe susunya sedikit sambil mendengarkan cerita Mathias. Lelaki itu sedang tertarik dengan fenomena live TikTok yang sudah merambah ke kalangan selebriti. Belum lama ini dia menemukan aktor favoritnya live di platform itu sepanjang hari. Tak melakukan banyak hal berarti, hanya diam menyuguhkan wajah tampannya, sesekali membaca komentar dari fans, dan berterima kasih kepada penonton yang memberi gift.

"Maksud gue, dia kan aktor papan atas, ya. Ngapain coba nyalain live seharian kayak orang gabut?"

"Ya mungkin emang lagi gabut?" sahut Jeremy.

"Tapi gue ketemu dia live udah tiga hari berturut-turut, Bro. Nggak normal," celoteh Mathias. Serius sekali wajahnya, bak sedang membahas strategi perang saja.

"Sepi job kali," celetuk Ganesha.

Mathias beralih menatap gadis itu, terperangah. "Tahun ini aja dia punya empat job drama dan satu film," ujarnya.

Ganesha hanya mengedik, "Kalau gitu, emang lagi pengen aja kali."

"Atau dia lagi kesepian."

Ganesha, Jeremy dan Mathias langsung serempak menoleh setelah Tenggara menyeletuk begitu.

Tenggara mengangkat satu alisnya heran. "Kenapa?"

Jeremy dan Mathias saling pandang, sedangkan Ganesha masih fokus menatap Tenggara.

"Apa, sih?" desak Tenggara tak sabaran.

Mathias menyuap sepotong pisang keju ke mulutnya, "Kalau dia beneran lagi kesepian, kasian aja."

"Kenapa kasian?"

"Ya kasian, sampai harus cari penghiburan di dunia maya gitu, berarti nggak ada temen ngobrol di real life."

Tenggara diam sebentar. Lupakan soal si aktor, dia malah jadi merenungi dirinya sendiri. Selama ini, dia juga kesepian, tapi tak berani bersandar kepada siapa pun. Sejak Mami dan Rene pergi, dia memutuskan untuk menghadapi kesepiannya seorang diri. Mungkin ini sebabnya dia jadi buta dan terlambat menyadari perasaannya pada Ganesha. Untungnya sekarang sudah sadar. Dan berkat pembahasan ini, dia jadi makin mantap pada keputusannya.

"Bang," ucapnya setengah bergumam. Entah siapa yang dipanggil, tapi Jeremy dan Mathias sama-sama menjawab.

Perlahan Tenggara mengangkat kepala. Matanya langsung tertuju pada Jeremy. "Boleh pinjem Ganesha bentar nggak?" tanyanya.

Jeremy memandang Mathias sebentar, seperti meminta persetujuan, kemudian mengangguk.

Tak sedetik pun Tenggara sia-siakan setelahnya. Lelaki itu langsung bangkit dari kursi dan meminta Ganesha ikut.

Langkahnya terayun lebar menuju parkiran, Ganesha mengekor dua langkah di belakang.

Sesampainya di mobil, dia membuka pintu depan dan melongokkan tubuhnya ke dalam, menggapai kotak kecil yang ditinggalkan di kursi penumpang depan. Dia terdiam sebentar memandangi kotak beludru berwarna navy itu. Tadinya ingin disimpan sedikit lebih lama dan diberikan pada Ganesha beberapa bulan lagi, pas di hari ulang tahun sang gadis. Tapi sepertinya tidak bisa ditunda. Banyak hal bisa terjadi dan dia tidak ingin kehilangan kesempatan lagi.

Begitu yakin, Tenggara berbalik dan langsung menyodorkan kotak beludru itu pada Ganesha.

Sang gadis terpaku di tempat. Memandang kotak beludru itu dengan banyak tanda tanya berkelebat di benak.

"Kak, ini...."

Tenggara menarik kotak beludru itu hingga terbuka, lalu di sana muncul sepasang cincin couple berwarna silver. Satu berhiaskan permata biru shapire kecil di tengah, satu lagi dihias garis melingkar di tengah dengan warna biru serupa.

Ganesha membekas mulutnya yang setengah menganga.

"Bukan cincin lamaran," kata Tenggara.

Tatapan Ganesha naik, sedikit cemberut namun tetap excited. "Nggak ada yang mikir itu cincin lamaran," elaknya.

Tenggara tertawa kecil, merasa gemas. Satu cincin diambil lalu disematkan ke jari manis Ganesha, lalu memasangkan yang satu lagi ke cincinnya sendiri.

"Gue kemarin bilang nggak pengen lo pergi, kan? Cincin ini adalah buktinya," katanya, "selama cincin ini masih melingkar di jari lo, lo nggak akan bisa ke mana-mana."

Ganesha mesem-mesem sendiri. Tak sadar di belakang mereka, dua abang protektif sedang menonton sambil asyik bergibah.

Bersambung...

1
Dewi Payang
Kafka...
Dewi Payang
😅😅/Joyful/
Dewi Payang
Lah si Mathias malah diterusin omongnya....😁
Zenun
akan ku tunggu cerita kakak nyeng baru🥳
nowitsrain: Yuhuuu.
total 1 replies
Zenun
aku pun tak menduga
Zenun
walaaah aku kena prank rupanya😄
nowitsrain: Aku bingung, kamu bingung, netijen bingung, semua bingung
total 1 replies
Zenun
Biarlah nanti Tenggara yang digantung ama Rene
Zenun
mending lebih baik happy aja, daripada nunggu2 Tenggara. Jangan bantuin dia, please jangan bantuin. Dia lagi ora danta😄
Zenun
iya percuma, buang-buang tenaga buat orang kaya Aga tuh
Burman Hadi
/Good/
Zenun
mamam tuh masa lalu datang
Zenun: Bagaimana biar seru kalau diterima lagi aja, biar kau ditonjok Kafka
nowitsrain: Aga: aku kudu piye everybody??
total 2 replies
Zenun
bagi dong
Zenun: nih ******
nowitsrain: Mane nomernya sini, bos Kafka syap mengirimi
total 2 replies
Zenun
Lah, nikahnya barengan ini😁
Zenun: eheump, belom gajian ini kondangan ampe dua
nowitsrain: Biar kondangannya sekalian
total 2 replies
Zenun
mungkin itu mantan yang menghubungi
Zenun
hemmm, cincin pengikat berarti
Zenun
Lalu cincin apa?
Zenun
Nesh... mending tetep jaga jarak aja deh ama dia
Zenun
Kan yang laki yang disayang kamu, Kafka
Zenun
yah gagal move on
Zenun
Jangan percaya kata sayang dari Tenggara 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!