Kadarsih terobsesi ingin mempercantik diri dengan memakai pelet pengasihan lintrik untuk membalas semua dendam dan sakit hatinya kepada orang-orang yang sudah merendahkan, menghina, mencaci, menghujat, membully dan membunuh kedua buah hatinya. Pelet ini membuat seseorang suka dan jatuh cinta kepada pemakainya. Orang yang terkena pelet ini hidupnya akan seperti mayat hidup.
Untuk memiliki pelet tersebut, Kadarsih harus berusaha keras mengikuti ritual demi ritual dan menjadi sekutu iblis. Karena untuk memiliki ilmu lintrik, pemakainya harus memiliki mental yang kuat dan nyali yang besar.
Bagaimana kisah horor selanjutnya? Ayo ikuti kisahnya...
Jangan boomlike, baca pelan-pelan. Kasih dukungan dengan tap love, like, komentar, dan bunga.
Kisah ini hanya sekedar pandangan dari penulis saja, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tempat atau kejadian...🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 : Extra Part
Mampir juga di karya saya "AMELIA"
Selesai mandi dan berganti baju, Amelia sedikit memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik warna pich, membuat wajah cantik Amelia semakin cantik. Rencananya, ia ingin mencari pekerjaan berdasarkan lowongan di Sosmed. Bukannya dia kekurangan dalam hal keuangan, namun Amelia hanya ingin mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkannya kelak. Selesai berdandan dan bersiap-siap, ia berjalan keluar rumah dan menguncinya. Dia menunggu taksi online yang dipesannya. Tidak menunggu lama, taksi datang dan ia langsung menaiki taksi tersebut. Amelia memberitahukan tujuannya kepada sang sopir taksi.
Berhenti di depan toko yang cukup besar, Amelia berjalan membawa surat lamarannya, ia akan melamar pekerjaan sesuai pendidikan terakhirnya. Ternyata lowongan tersebut sudah terisi. Kemudian dengan berjalan kaki, Amelia menyusuri pusat pertokoan lainnya, namun hasilnya juga nihil. Amelia mencari lowongan pekerjaan lain lewat sosmed nya, Namun kebanyakan yang dibutuhkan karyawan pria. Dia pun memutuskan untuk menyudahi mencari lowongan pekerjaan, ia beristirahat sebentar. Tenggorokannya terasa kering dan haus, dia pun pergi ke Supermarket terdekat untuk membeli minuman.
Di supermarket tersebut tidak sengaja Amelia bertemu dengan istri kedua suaminya. Ratih menyapa Amelia, namun Amelia sangat malas menatapnya apalagi membalas sapaannya. Dia keluar dari Supermarket dengan hati yang dongkol. Ternyata Ratih mengekor dari arah belakang.
"Amelia tunggu!" ucapnya.
"Ada apa?" tanya Amelia malas.
"Senang bisa bertemu denganmu lagi!" ucapnya.
"Tadi malam mas Arga tidur di tempatku, Apakah kamu mencari suami kita?" tanyanya sangat menyebalkan.
"Tempatku! Apakah aku tidak salah mendengar? Hei, berhentilah bermimpi!" ujarnya.
"Apartemen yang kau tempati, sebagian uangnya juga milikku! Jadi jangan mengaku-ngaku milikmu! Kau hanya menumpang di sana! Dasar wanita tidak tahu malu!" hujatnya. Ratih merasa tidak terima, dia pun memberhentikan Amelia yang hendak berlalu pergi.
"Siapa yang bilang tidak tahu malu? Justru kau yang tidak tahu malu! Lihat dirimu, kau menikah dengan suamiku, akan tetapi kau mengandung anak orang lain! Bukankah kau wanita yang sangat tidak tahu malu!" ejeknya. Amelia merasa tidak terima dengan ejekan Ratih, Amelia pun menamparnya.
PLAKKK...
"Jaga ucapanmu yah?" marah Amelia, dengan mengacungkan jari telunjuknya.
"Dasar ja******ng! Harusnya kau malu dengan dirimu sendiri, kau tega merebut suami wanita lain! Dimana hati nuranimu sebagai sama-sama wanita?" kesal Amelia, sedangkan Ratih memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan keras Amelia.
"Kau yang ja****ng! Kau hamil bukan dengan suamimu, lalu kalau bukan ja****ng terus apa?" jawab Ratih tidak kalah sengit.
"Kau?" tatap Amelia sangat tajam.
"Apa? Kau pikir aku takut!" tantangnya. Amelia yang merasa emosi memutuskan meninggalkan Ratih sendiri di sana, waktunya akan terbuang dengan percuma jika terus meladeninya. Amelia melanjutkan rencananya untuk mencari pekerjaan, hingga dia berhenti di sebuah toko tas. Di depan toko tersebut terpasang papan pengumuman lowongan pekerjaan. Amelia masuk dan menyapa pelayan yang ada di sana.
"Selamat pagi, Mbak!" sapa Amelia ramah.
"Iya, Selamat pagi! Ada keperluan apa?" tanyanya agak ketus.
"Apakah benar disini membutuhkan seorang karyawan? Saya datang kesini ingin mencoba untuk mendaftar, bisakah mbak?" tanya Amelia.
"Maaf, ya, mba, lowongan tersebut sudah diisi, jadi tidak ada lowongan!" jawabnya.
"Oh, begitu, baiklah, terima kasih!" ucap Amelia sangat sopan, lalu pergi meninggalkan toko. Ratih sudah berdiri di depan toko tersebut, ternyata diam-diam Ratih mengekor di belakang Amelia.
"Oh, jadi kamu sedang mencari pekerjaan!" ucapnya sinis.
"Kasihan! Kok bisa yah, mas Arga menikahi wanita seperti kamu yang hanya lulusan SMA saja, padahal mas Arga seorang manager!" ejeknya, membuat Amelia membulatkan matanya.
"Jangan-jangan kamu pakai rencana licik untuk mendapatkan mas Arga! Atau kau gunakan anakmu untuk menjerat mas Arga!" timpalnya lagi.
"Jaga ucapan kamu yah! Kamu pikir, kamu itu siapa? Berani menghina dan merendahkan saya! Kamu juga tidak baik untuk mas Arga, kamu hanya seorang pelakor saja! Apa yang bisa kamu banggakan?" selorohnya.
"Hmm, tentu saja aku bangga dengan diriku! Lihatlah, aku bekerja di kantor! Bukan seperti kau yang bekerja sebagai pelayan!"
"Dan aku dengar dari ibu mertuaku, dulu kau seorang office girl!"
"Ha ... ha .... ha."
"Bisa-bisanya mas Arga menikah dengan seorang office girl, dan parahnya lagi kau hamil dan nggak tahu anak siapa? Sungguh memalukan!" hinanya.
Amelia yang merasa terhina pun dengan refleks menarik rambut Ratih di depan pertokoan. Mereka saling tarik menarik rambut dan cakar mencakar, sehingga mereka menjadi tontonan banyak orang, Security yang melihat, berusaha melerai kedua wanita tersebut. Dan mengamankannya di pos security. Security menghubungi suami mereka. Beberapa menit kemudian, Arga datang secara tergopoh-gopoh. Security nampak bingung, setelah Arga menjelaskan bahwa mereka berdua adalah istrinya, barulah security paham.
"Silahkan, bapak menyelesaikan masalahnya dengan kedua istri bapak!" ucap security meninggalkan pos security-nya.
"Baik, Pak, terima kasih banyak," ucap Arga kepada security itu.
"Huft," Arga menghela nafas panjang.
"Bagaimana bisa ditempat umum kalian bertengkar? Sungguh memalukan!" kesal Arga kepada kedua istrinya.
"Dia dulu mas yang memulai, dia menjambak rambutku, aku tidak terima dan aku membalasnya,"ucap Ratih.
"Jika kau tidak menghinaku terlebih dahulu, mungkin aku tidak akan memulainya! Tapi kau sudah menghinaku, dan kau pantas mendapatkannya!" ujar Amelia tidak kalah sengit.
"Lihat kan, Mas! Dia memang sengaja, ingin menyakitiku dan menyakiti anak kita," ujarnya lagi, sambil mengelus-elus perutnya yang masih datar.
"Mulutmu benar-benar membuatku muak!" kesal Amelia hendak menampar Ratih, namun Ratih bersembunyi di belakang Arga.
"Amelia," Arga menghadang tubuh istri pertamanya agar tidak menyakiti istri keduanya.
"Apakah kau tidak malu membuat gara-gara didepan umum? Aku tahu kalau diriku bersalah, tapi bukan berarti kau juga menyakiti Ratih dan anak di dalam kandungannya! Dia sedang hamil anakku, ingat itu!" marah Arga kepada istri pertamanya.
"Dia sudah menghinaku, Mas! Dia merendahkanku! Aku memang hanya tamatan SMA saja, tapi tidak perlu dia menghinaku! Aku sangat emosi, maka aku tarik rambutnya! Mungkin jika tidak ada security yang melerai kami, aku pastikan mulutnya akan aku robek!" marah Amelia.
"Kau tidak perlu marah, karena apa yang dikatakan Ratih, semuanya benar! Berhentilah membuat gara-gara! Apakah uang yang aku berikan kepadamu masih kurang sehingga kau mencari pekerjaan?" hardik Arga membuat Amelia membelalakkan matanya, ia sangat tersinggung dengan ucapan sang suami.
"Tega sekali kau bicara seperti itu! Aku juga istri kamu, Mas!" jawab Amelia.
"Apakah aku sudah tidak pantas kamu bela? Aku juga istri kamu! Istri sah kamu! Aku benar-benar kecewa dengan sikapmu yang tidak adil, Mas! Sekarang sudah jelas terlihat, bahwa kau tidak bisa memberikan keadilan kepada kedua istrimu!" marah Amelia berlalu pergi meninggalkan suaminya dan madunya begitu saja.
"Tunggu, Amelia, aku belum berhenti bicara," teriak Arga hendak mengejar istri pertamanya, namun tangannya dicekal oleh Ratih.
"Biarkan saja, Mas! Ayo, kita pulang, kepalaku pusing," ucap Ratih.
"Tapi .....!" Arga nampak bingung, namun Ratih terus merayu dan membujuknya untuk pulang ke Apartemen, Akhirnya mereka pun pulang bersama.
to be continued....
jd ga seruu
ketemu novel ini, tenaga naik seribu watt
hahah