NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 15.

Ihsan terdiam sepersekian detik, lalu senyum miring muncul di wajah baby face-nya. Senyum itu bukan sekadar tanda kagum, melainkan juga tanda bahwa ia menikmati tantangan dari gadis muda yang kini sudah sah jadi istrinya.

“Kamu pikir gampang bikin aku jatuh? Kamu salah, Nai. Justru kamu yang nantinya bakal sadar, melawan aku cuma buang energi. Aku terbiasa dapat apa yang aku mau dan kali ini aku mau kamu cuma kamu seorang,” ujarnya rendah namun penuh tekanan.

Naina menelan ludah, tetap menatap lurus meski jantungnya berdebar kencang. “Aku bukan barang yang bisa dimiliki cuma karena Om pengen. Aku punya harga diri, aku punya mimpi. Kalau Om bener-bener suami, Om harus buktiin bukan cuma dengan kata-kata,” imbuhnya menantang lagi tapi di lubuk hatinya terdalam dia takut jika terjadi sesuatu kepadanya.

Ihsan mendekat, langkahnya tenang namun mengintimidasi. Tangan dinginnya terulur, menyentuh dagu Naina, mengangkat wajah itu agar tetap menatapnya.

“Kamu salah kalau menganggap aku cuma main-main. Aku nggak nikahin kamu buat jadi pajangan. Aku nikahin kamu karena aku serius. Dan kalau kamu minta aku buktiin malam ini aku bakal kasih kamu jawaban,” ucapnya mantap dan nada bicaranya tak memberi ruang untuk Naina bisa berfikir mundur.

Hening sejenak, hanya suara detak jantung masing-masing yang terasa. Naina sadar ucapannya sendiri telah membuka pintu pada sesuatu yang tak bisa ia tarik kembali.

Kamar hotel itu makin terasa sunyi. Udara seolah menekan, membuat napas Naina tersengal meski ia berusaha terlihat berani.

Tatapannya masih menantang, tetapi ada getar halus di matanya yang tak bisa disembunyikan.

Ihsan mendekat perlahan, langkahnya mantap tanpa ragu. Senyum tipis menghiasi wajah baby face-nya, senyum yang lebih mirip peringatan daripada sekadar manis. Tangannya menyentuh dagu Naina, mengangkatnya sedikit lebih tinggi.

“Kamu minta bukti, aku kasih. Tapi ingat, sekali kamu tantang aku, kamu nggak akan bisa tarik ucapanmu lagi,” ujarnya lirih nadanya dingin sekaligus menawan.

Naina menahan napas, tubuhnya kaku namun matanya tetap terkunci pada tatapan Ihsan.

“Aku nggak takut. Aku pengen lihat sejauh mana Om bisa bikin aku nyerah,” ucapnya serak tapi mantap.

Ihsan mendekat hingga jarak mereka habis. Bibirnya mengecup lembut kening Naina, lalu turun ke pelipis, ke pipi dan berakhir di hidung mancungnya Naina.

Sentuhan itu membuat Naina gemetar, tubuhnya ingin mundur namun kakinya seolah tertancap di lantai.

“Aku nggak perlu paksa kamu. Aku cuma perlu waktu dan nanti kamu sendiri yang bakal sadar kalau hidupmu tanpa aku nggak ada artinya,” imbuhnya dengan suara rendah yang mengalun di telinganya.

Naina meremas ujung sprei, dadanya naik turun cepat. “Om terlalu percaya diri,” katanya pelan, meski nada menantang di awal mulai melemah.

Ihsan tersenyum tipis, lalu meraih tangannya Naina sang istri kecilnya dan menempelkan ke dada bidangnya.

“Rasain. Jantung aku nggak pernah bohong. Dari pertama lihat kamu, detaknya berubah. Itu tandanya aku udah kalah sama kamu. Tapi aku janji, malam ini, gantian kamu yang bakal kalah,” tegasnya Ihsan yang percaya diri dengan ucapannya dan suaranya tegas sekaligus hangat.

Hening meliputi kamar, hanya detak jantung keduanya yang bersahut-sahutan. Naina sadar dirinya sudah masuk ke permainan yang sulit ia menangkan.

Detik demi detik terasa panjang di kamar itu. Naina masih berdiri kaku, matanya berusaha tegar namun tangannya tak lagi bisa menyembunyikan getar.

Ihsan tetap tenang, menatap lurus seakan ingin menembus pertahanan gadis itu.

“Kamu keras kepala, tapi aku suka. Itu yang bikin aku makin nggak bisa jauh dari kamu,” ujarnya sambil mengusap pelan rambut Naina.

Naina berusaha memalingkan wajah, namun dagunya ditahan lembut.

“Om jangan pikir aku gampang dibuat luluh. Aku nggak akan kalah semudah itu,” ucapnya, meski nada suaranya terdengar goyah.

Ihsan tersenyum tipis, senyum arogan yang justru menambah tekanan. Ia mendekat, lalu kembali mengecup kening Naina dengan tenang, berbeda dari bayangan liar yang sempat menghantui pikiran gadis itu. Sentuhan lembut itu justru membuat dadanya semakin sesak.

“Aku nggak butuh terburu-buru. Kamu sendiri yang nantang aku. Dan aku tahu cara bikin kamu menyerah bukan dengan paksaan, tapi dengan bukti kalau aku bener-bener serius,” imbuhnya Ihsan sambil tersenyum tipis setipis tissu dibagi lima.

Naina reflek terdiam dan ada perasaan asing yang menyelinap ke relung hatinya yang terdalam, antara hangat dan takut, antara ingin lari tapi juga tidak bisa berpaling.

Dia memejamkan mata, membiarkan untuk sesaat rasa itu menguasai.

“Kenapa Om bisa segini yakinnya sama aku?” tanyanya lirih, hampir seperti gumaman.

Ihsan mendekapnya perlahan, menundukkan wajah ke dekat telinganya.

“Karena kamu beda, Nai. Semua perempuan yang pernah aku temui cuma lewat. Tapi kamu bikin aku rela ngelawan siapa pun, bahkan anakku sendiri. Kamu bikin aku lupa kalau aku udah empat puluh tahun. Kamu bikin aku hidup lagi,” ucapnya penuh keyakinan dan tak terdengar keraguan.

Air mata akhirnya jatuh di pipi Naina. Ia benci merasa lemah, tapi kalimat itu menembus pertahanannya. “Aku takut hilang arah. Takut kehilangan diriku sendiri,” ucapnya lirih sambil menggenggam erat bahu Ihsan.

Ihsan mengusap air matanya dengan ibu jari, tatapannya dingin tapi kali ini ada kelembutan samar.

“Kamu nggak bakal hilang, Nai. Kamu justru bakal nemuin diri kamu yang bar dan aku minta percaya sama aku,” katanya penuh tekanan namun menenangkan.

Nafasnya Naina tersengal, hatinya kacau. Ia sadar tantangan yang tadi ia lontarkan kini berbalik menghantam dirinya sendiri. Tubuhnya masih ingin melawan, tapi hatinya mulai goyah.

Ihsan menatap dalam, jarinya ringan menyentuh hidung mancung istrinya yang masih memerah karena tangis.

Suaranya tenang, penuh kuasa, tapi juga ada kelembutan samar yang membuat Naina semakin bingung.

“Masuklah bersihkan tubuhmu, dan aku akan meminta hakku di saat kamu sudah siap dan sudah jatuh cinta kepadaku. Kamu jangan takut, pernikahan kita akan menjadi rahasia sampai kamu lulus sekolah. Masalah Rubi, suatu saat nanti dia pasti akan terima hubungan kita. Dan aku berikan kepadamu misi khusus, buat Rubi bisa nerima kamu jadi ibu sambungnya,” ujarnya Ihsan sambil mencapit pelan hidungnya Naina.

Naina menoleh cepat, hatinya bergetar mendengar kalimat itu. “Om pikir gampang bikin Rubi nerima aku? Dia benci banget sama aku, bahkan sebelum semua terjadi dan jauh-jauh hari sebelum kita menikah,” ucapnya dengan suara bergetar tapi masih tegas.

Ihsan tersenyum tipis, wajahnya tetap tampak muda meski usianya sudah jauh di atas Naina.

“Kamu pintar, kamu cantik, kamu sabar. Aku yakin kamu bisa. Aku nggak pernah salah lihat orang. Kamu satu-satunya yang sanggup melakukan apa yang aku inginkan,” katanya yang penuh kesungguhan.

Naina menarik napas panjang, menatap lantai sejenak. “Kalau aku gagal? Kalau sampai Rubi makin benci? Apa Om masih yakin sama aku?” tanyanya, nadanya lirih seakan menguji keseriusan pria itu.

Ihsan meraih tangannya, menggenggam kuat seakan tak ingin melepaskan. “Kalau kamu gagal, aku tetap sama kamu. Karena aku nikahin kamu bukan cuma buat jadi ibu sambung Rubi, tapi karena aku cinta sama kamu. Urusan Rubi biar nanti aku yang atur,” imbuhnya tenang namun penuh tekanan.

Air mata kembali menetes di pipi Naina. “Aku takut salah langkah, Om. Takut nggak bisa bahagiain siapa pun. Mama aja sering anggap aku beban. Sekarang aku harus jadi istri sekaligus calon ibu sambung? Itu terlalu berat,” ucapnya sambil menunduk.

Ihsan mengangkat dagunya pelan agar matanya kembali menatapnya. “Kamu nggak sendiri, Nai. Kamu punya aku. Aku yang bakal jaga kamu, aku yang bakal lindungin kamu. Kamu tinggal percaya dan sisanya biar aku yang jalanin,” katanya penuh keyakinan.

Naina terdiam lama hatinya berperang dan akhirnya ia berbisik pelan, “Aku akan coba, Om. Bukan karena aku yakin, tapi karena aku nggak punya pilihan lain.”

Ihsan tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya sekali lagi. “Itu aja udah cukup. Sisanya biar waktu yang bikin kamu yakin. Mulai malam ini, kamu bukan lagi anak kecil kamu itu adalah istriku,” ujarnya yang membuat Naina mendongak menatap ke dalam bola matanya.

Naina menghela napas panjang, matanya masih basah tapi senyumnya mulai miring. Ia menatap Ihsan lurus, seakan melawan gengsi yang menekan dadanya.

“Om jangan terlalu percaya diri deh. Aku emang cantik, pintar, sabar, kayak yang Om bilang tadi. Tapi jangan lupa, aku juga bar-bar, nggak gampang ditaklukkin. Jadi jangan pikir aku bakal langsung nurut cuma karena Om bilang cinta,” ujarnya dengan nada ketus tapi juga ada getir yang tak bisa ia sembunyikan.

Ihsan sedikit mengernyit, lalu tersenyum menantang. “Aku justru suka itu. Aku suka kamu yang keras kepala, yang berani. Itu bikin aku makin yakin kamu istri yang pas buat aku,” katanya kalem.

Naina terkekeh sinis, menatapnya dari atas ke bawah. “Om pede banget ya? Kayak dunia ini muter cuma karena Ihsan Ghazi ada di dalamnya. Jangan kaget kalau aku nanti malah bikin hidup Om susah,” ucapnya sambil menyilangkan tangan di dada.

Ihsan menatapnya dengan sorot dingin yang malah membuat aura wibawanya semakin tegas. “Kalau kamu bikin hidupku susah, itu artinya kamu berhasil bikin aku hidup. Aku nggak butuh istri yang cuma diam, aku butuh yang bisa bikin aku sibuk mikirin dia setiap detik,” imbuhnya datar tapi menusuk.

Naina terdiam sesaat, lalu menunduk, menahan senyum getir. “Om ini gila ya. Gilanya parah lebih parahnya lagi aku mau-maunya nyemplung di hidup Om,” ucapnya lirih tapi jelas.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!