Malam itu di sebuah ruang VIP karaoke, seorang CEO perusahaan besar sekaligus pemilik tempat hiburan malam, merenggut kesucian Nisa dalam keadaan mabuk.
"Sakit Andreassss,,,,!!" Teriak Nisa.
Pikirannya kalut dengan kejadian mengenaskan yang sedang menimpanya.
"Hentikan.!! Kau ib liss.!! Lepaskan aku.!!"
Nisa begitu frustasi dengan kejadian itu. Kebencian dan rasa sakitnya pada Andreas, membuat Nisa bertekad untuk membalas dendam pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang make up keluarga. Meski Tuan Chandra tak terlalu senang dengan pilihan Andreas yang akan menikah dengan Nisa, namun dia datang tepat waktu untuk persiapan menyambut tamu penting dan para koleganya.
Sedangkan Nisa hanya di temani oleh Mella yang baru saja di jemput oleh orang suruhan Andreas.
"Ya ampun Nis, jadi benar Devan menikah sama wanita yang kita temui di pusat perbelanjaan waktu itu.?" Bisik Mella lirih. Dia mencuri pandang ke arah Irene yang sedang merangkul lengan Devan dan terlihat berbicara panjang lebar namun Devan tampak diam saja. Justru sesekali melirik ke arah Nisa yang tengah di rias rambutnya.
"Jadi kamu pikir waktu itu aku bercanda,?" Balas Nisa santai. Dia tak lagi emosional membahas hal itu karna sudah terlanjur kecewa dan sakit hati pada Devan yang berakhir dengan tak mau tau lagi tentang kehidupan Devan. Memilih untuk melupakan laki-laki itu, membuang jauh-jauh namanya dari hati dan pikirannya.
"Tapi aku rasa dia masih tertarik sama kamu,," Bisik Mella lagi. Tatapan Devan terang-terangan menunjukkan perasaan yang masih tersimpan untuk Nisa.
Nisa hanya menanggapi dengan senyum tipis. Dia tak peduli lagi dengan perasaan Devan padanya. Karna jika memang Devan benar-benar masih mencintainya, laki-laki itu tak akan mungkin pergi begitu saja dan menikah dengan wanita lain.
"Buruan ke ruang ganti Mel, aku sudah menyiapkan dress untuk kamu. Bilang saja pada penata gaun di sana,," Ujar Nisa. Dia menyuruh Mella untuk beranjak dan bersiap mengganti baju dan make up.
"Ya ampun Nis, aku tuh udah pake dress terbagus dan termahal yang aku punya, eh kamu malah nyuruh aku ganti."
"Yaudahlah kalau kamu maksa, aku juga penasaran seperti apa rasanya pakai dress rancangan designer ternama." Bisik Mella sembari terkekeh. Dia lalu beranjak dari duduknya dan pergi ke ruang ganti. Nisa hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala. Tingkah konyol Mella memang selalu menghiburnya.
Nisa berharap Mella akan menemukan orang yang tepat dan hidup dengan bahagia.
"Wahh,, cantik sekali,," Tiba-tiba Irene datang dan duduk di samping Nisa.
Nisa menoleh, melemparkan senyum pada calon kakak iparnya itu.
"Kamu jauh lebih cantik dariku Kak,," Ucap Nisa merendah. Bahkan memang seperti itu kenyataannya. Irene sangat cantik dan sempurna.
Mungkin itu sebabnya Devan lebih memilih Irene untuk di jadikan istri, terlebih Irene juga berasal dari keluarga biasa. Dia salah satu anak konglomerat di kota ini, yang tentunya sebanding dengan keluarga Devan.
Nisa cukup sadar diri kenapa Devan diam-diam mundur dan meninggalkan. Karna sudah pasti Devan akan di tentang oleh tuan Chandra jika memperkenalkan Nisa sebagai calon istrinya saat itu.
"Apa kamu tau, Andreas beberapa kali di jodohkan oleh Papa Chandra dengan anak rekan bisnisnya, tapi dia selalu menolak." Terang Irene.
"Sekarang dia memilih kamu sebagai istrinya, itu artinya kamu sangat spesial di hati Andreas. Selain cantik tentunya." Kata Irene dengan senyum lebar. Sejak awal dia memang terlihat menerima Nisa dengan baik sebagai bagaian dari keluarganya.
"Tapi aku tak merasa memiliki kelebihan apapun untuk dibilang spesial. Bahkan aku tak sebanding dengan kalian," Nisa tersenyum kaku.
Andreas yang baru keluar dari ruang ganti, berjalan menghampiri Nisa dan Irene. Laki-laki itu sudah rapi dengan setelan jas. Hanya perlu di tata rambutnya agar lebih rapi.
"Aku pikir Devan tidak akan mengijinkanmu menghadiri resepsi." Ujar Andreas pada Irene, namun tak menatap ke arahnya karna dia memilih duduk di sisi kiri Nisa.
"Aku sudah lebih baik, kandunganku juga sehat." Sahut Irene.
Nisa yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum tipis. Malas menanggapi apapun, apalagi menyangkut soal kehamilan Irene.
"Kamu sangat cantik,," Puji Andreas yang menatap Nisa dari pantulan cermin.
Saat Nisa menoleh untuk membalas pujian Andreas, dia melihat Devan yang baru saja berdiri di samping Andreas. Laki-laki itu terlihat menepuk pelan bahu Andreas.
"Selamat untuk pernikahanmu,," Ucapnya dengan ekspresi datar.
Andreas terkekeh kecil.
"Apa kau bahagia karna akhirnya aku juga menikah.?" Nada bicara Andreas yang tenang seolah terselip sindiran.
"Aku ikut bahagia kalau kau bahagia." Balas Devan.
"Apa aku harus bangga memiliki saudara tiri sebaik dirimu.?" Andreas mengukur senyum kecut.
Nisa mulai terlihat gelisah, dia bisa membaca situasi yang mulai menegang meski keduanya terlihat santai. Setiap kata yang mereka ucapkan, seolah saling melempar sindiran.
"Andreas,, rambutmu harus di tata,," Nisa menyentuh pelan lengan Andreas. Dia berusaha untuk mengakhiri percakapan Andreas dan Devan. Enggan membiarkan suasana semakin tak terkendali. Nisa tau betul bagaimana sifat Andreas. Semakin lama berbicara dan mengarah pada perdebatan, laki-laki itu pasti akan semakin menunjukkan kemarahannya.
"Aku ke sana dulu,," Andreas beranjak dari duduknya. Mengusap lengan Nisa sebelum pergi ke meja rias khusus laki-laki.
"Irene,, tolong bantu Mama pasangkan ini,,"
Nyoya Zoya menghampiri Irene, membuat Irene beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah Mama mertuanya ke ruang ganti.
Kini hanya ada Devan dan Nisa selain 2 orang yang sedang menata rambut Nisa.
"Aku harap keputusanmu tidak salah." Ucap Devan lirih. Dia bahkan duduk di samping Nisa.
"Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu." Ujarnya lagi.
Perkataan Devan membuat Nisa terkekeh sinis.
"Apa tidak keliru.? Harusnya aku yang bicara seperti itu padamu."
"Kamu yang yang lebih dulu mengambil keputusan dan memilih wanita lain."
"Tolong berhenti membuatku muak Mas,!" Ucap Nisa tegas.
"Anggap saja kita tak saling mengenal." Sinisnya.
alurnya menarik...
konfliknya buat emosi naik turun...
ga bs berhenti baca...penasaran terus...
jadi dendam mana yang didustakannnnn....👍👍✊️