Ini adalah novel ringan yang terkadang terjadi di kalangan anggota militer, soal kehidupan rumah tangga, percintaan dan pekerjaan dari seorang abdi negara.
Di dalamnya tidak hanya mengisahkan satu cerita rumah tangga, tapi ada beberapa percintaan beberapa orang anggota dan bagaimana penyelesaian pelik saat mereka harus bertatap muka dalam satu lingkungan kerja padahal mereka sedang memiliki masalah pribadi di luar pekerjaan.
Story 1. Tak bisa kita menolak datangnya cinta dan menjatuhkan pada siapa. Saat R. Ranggi Tanuja tiba di Batalyon baru.. hatinya tergerak pada wanita yang salah, tapi takdir Tuhan sungguh tak bisa di tebak. Perasaan sayang itu sungguh semakin besar dan tidak dapat di kendalikan.
Story 2. Berawal dari pertemuan di sebuah angkot.. mereka berkenalan dan Dinar salah menebak pria yang berkenalan dengannya.
Sang om tentara yang awalnya hanya ingin kenal.. akhirnya pun punya benih cinta untuk Dinar.
Tidak ada yang menyangka jalannya cinta om baju loreng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Ide brilian.
Bang Ranggi mengalihkan pandangannya. Sungguh ada rasa yang sulit ia tolak hadirnya. Bang Ranggi memilih menjauh karena ia tau pertahanan dirinya bisa saja tidak dapat di percaya.
Refleks Hana menarik tangan Bang Ranggi.
"Abang mau kemana?"
Bang Ranggi menarik nafasnya dalam-dalam.
"Abang ini sedang berusaha keras untuk menyelamatkan kamu. Jangan sampai kamu buat perjuangan Abang sia-sia. Atau kamu sudah ikhlas kalau Abang buatkan adiknya Cherry sekarang. Si terong Belanda jagoan kita?" tanya Bang Ranggi.
Hana menunduk mendengar ucapan Bang Ranggi.
"Di lepas nggak nih? Apa memang sudah nggak sabar?" goda Bang Ranggi.
Kini Hana memahami sikap dan karakter Bang Ranggi. Pria itu mungkin saja benar berhasrat dengannya, tapi ia tau.. Bang Ranggi tidak akan berbuat sesuatu di luar batas.
"Kalau Hana pengen sekarang.. boleh?" Hana balik menggoda Bang Ranggi.
Bagai tertampar keras hati Bang Ranggi. Kali ini Hana seakan malah menantang dirinya. Ia mati kutu dan kebingungan memposisikan diri.
"Ya_kin dek?"
"Eehh.. maksud Abang, ka_mu.. benar-benar siap sekarang?" tanya Bang Ranggi pun tak yakin.
Keduanya akhirnya saling tersenyum salah tingkah saling setengah memunggungi, tak sengaja kelingking Bang Ranggi menyentuh kelingking Hana. Akhirnya mereka pun saling menjauhkan tangan.
Batin Bang Ranggi semakin kacau berperang dengan keadaan.
Ya Allah.. kalau tidak Engkau selamatkan hatiku yang rapuh ini.. maka habislah aku. Inilah ujian batin yang paling ku takutkan.
"Dek.. kalau Abang berangkat satgas pamrawan bagaimana?" tanya Bang Ranggi.
"Berapa lama Bang?"
"Paling cepat tiga bulan" jawab Bang Ranggi.
"Kenapa Abang pergi?" pertanyaan Hana seakan menjadi ribuan makna bagi Bang Ranggi.
Tiba-tiba tubuh Bang Ranggi memanas dan semakin takut kehilangan Hana, tapi disana juga beban batinnya di mulai.
"Tidak boleh berdekatan sama kamu selama masa tunggu itu selesai, kalau Abang khilaf dan akhirnya kamu hamil.. anak kita yang akan jadi korban. Jangan membuat alasan dan pembenaran apapun, posisi Abang melamar dan mencintaimu saja sudah salah.. Abang nggak mau hasratt Abang yang hanya sesaat, hanya untuk pelepasan membuat pintu neraka untuk kita jadi terbuka lebar. Abang takut gosong" jawab Bang Ranggi.
"Abang ini pejantan tulen, dan Abang tetap saja berbahaya untuk kamu. Jangan sampai kamu buat usaha Abang sia-sia"
Hana tersenyum manis sekali.
"Hana juga hanya bercanda Bang.. terima kasih untuk usaha keras Abang. Kalau bisa.. tetaplah disini. Biar Hana yang menutup diri sampai tiba waktunya.. itupun jika Tuhan mengijinkan." kata Hana.
***
Beberapa bulan berlalu.
Cherry berlari kecil memutari mama Dinar. Kini perut Dinar sudah terlihat membuncit. Sudah tujuh bulan usia kandungan Dinar, langkahnya sudah semakin sulit. Nafasnya terasa sesak.
"Cherry.. jangan lari-lari..!! Awas nabrak Mama Dinar..!!" tegur Bang Ares melihat keponakannya yang sedang menikmati hari-harinya. Sejak bisa melihat lagi.. Cherry menjadi semakin dekat dengan Bang Ranggi.
"Cherry sayang.. Ayo ikut Papa..!!" ajak Bang Ranggi seperti biasa saat baru pulang kerja.
Sejak kejadian itu, Bang Hasdin belum lagi banyak berinteraksi dengan Cherry dan hanya sesekali menemui putrinya. Tubuhnya semakin kurus karena tekanan dari Papa mertua semakin menjadi, ia juga memikirkan Citra yang kini lebih sering kambuh, berkas pengajuan pernikahan nya pun di tahan Dan Ranggi karena dirinya bersikeras tidak mau menyelesaikan masalahnya dengan Hana secara baik-baik dan yang lebih parah lagi.. kini Citra sedang hamil muda.
"Kemana Pa?" tanya Cherry.
"Ayo ikut saja..!! Cherry pasti senang" jawab Bang Ranggi.
Cherry sangat senang setiap kali 'Papanya' itu mengajaknya berjalan-jalan, pasti selalu ada saja hadiah dari Papa Ranggi untuknya.
"Astaga.. rumah ini rasanya sudah mau roboh karena barang Cherry yang bejibun gara-gara ulah Ranggi. Sudah seperti Bantar gebang aja rumahku ini" gerutu Bang Ares.
"Ini om-om bujang mau datang nanti geser barang Bang Ranggi ke depan rumah Bang, lusa khan mereka menikah" kata Dinar.
"Syukurlah.. anakku saja belum sempat ku belikan perlengkapan karena kalah sama barangnya Ranggi. Sebenarnya apa juga sih faedahnya beli mobil remote control sebelum nikah???? Calon suamimu tuh dek..!!!" tak hentinya Bang Ares mengomel.
"Itu karena si Terong Belanda" jawab Hana.
"Terong Belanda?? Opo iku??"
Hana tersenyum geli karena hanya dirinya, Bang Ranggi dan Tuhan yang tau tentang si Terong Belanda.
...
"Cherry suka??" tanya Bang Ranggi.
"Suka Pa, tapi Cherry sudah punya dua cincin di kanan dan kiri, anting, gelang sama kalung. Cherry nggak mau lagi" tolak Cherry yang sangat pintar bicara dan sangat cerdas di usianya yang belum genap tiga tahun.
"Bagaimana kalau gelang kaki?" tanya Bang Ranggi menawari Cherry lagi.
"Ya sudah pa, yang gambarnya strawberry saja" jawab Cherry.
"Oke sayang.. tapi Papa mau tanya nih.. kira-kira.. Mama suka sama perhiasan yang mana nih?" Bang Ranggi menunjuk beberapa perhiasan yang di pajang di etalase.
Cherry menepuk bibirnya dengan jari telunjuk.
"Hmm.. yang itu saja Pa" tunjuk Cherry. Tepat perhiasan yang di pilih Cherry sesuai dengan pilihannya.
"God job sayang.." Bang Ranggi mengacungkan jempolnya.
...
"Astagfirullah Ranggi, kau mau bikin rumahku doyong????? Banyak sekali barangmu ini???? Pekik Bang Ares yang juga baru saja pulang dari membeli perlengkapan bayinya.
"Ini bukan barangku.. ini semua milik Hana dan Cherry, aku nggak beli apa-apa hanya demi mereka" jawab Bang Ranggi santai.
Tak lama para om bujangan keluar dari rumah baru Bang Ranggi.
"Ijin Dan.. finishing rumah sudah selesai. Motif kupu-kupu di kamar Ibu dan kelinci di kamar dek Cherry" kata Om bujangan.
"Sesuai permintaan saya khan? Kelincinya nggak kelihatan giginya?? saya geli, nggak bisa gambar kelinci" pinta Bang Ranggi.
"Siaap"
"Saya cek dulu..!! kalau sampai ada giginya.. push up kalian..!!" perintah tegas Bang Ranggi kemudian berjalan ke rumah barunya.
Bang Ares yang penasaran pun mengikuti langkah Bang Ranggi.
~
"Ya Tuhan.. katanya motif kupu-kupu sama kelinci?? Ini sih kebun binatang bro" Bang Ares sampai melongo karena rumah Bang Ranggi begitu artistik. Kamar Hana akan penuh dengan hiasan kupu yang indah sedangkan kamar Cherry bergambar kelinci yang imut tapi Bang Ares sangat tidak menyukai gambar di ruang tamu Bang Ranggi.
"Kenapa lu gambar motif hutan rimba?? ada rusa, monyet, babi.. apa-apaan kau ini?" tegur Bang Ares.
"Ini keren bro" jawab Bang Ranggi.
"Allahu Akbar.. eehh dengar ya..!! Jangan harap malam pertama mu bakal lancar. Itu kenapa motif sprei mu gambar buaya buka mulut lebar-lebar?? Kalau begitu caranya.. bukannya malam pertama.. lu bisa di buat malam terakhir sama Hana." kata Bang Ares tak tau jalan pikiran littingnya itu.
"Kenapa sih semua orang tidak paham seni???"
"Seni wong edan. Lu mau ajak nikah baik-baik atau saling tikam di hutan???" tanya Bang Ares.
"Lihat aja ya.. salahkan itu sprei kalau ada trouble sistem dalam acara malam pertama mu. Pokoknya aku sudah ingatkan..!!" Bang Ares pun pulang membawa kesal.
"Bentuk keren begini.. di bilang masalah. Norak lu..!!" kata Bang Ranggi akhirnya ikut kesal. Ia pun menoleh dan melihat gambar kelinci di kamar Cherry.
"Apa lihat-lihat?? push up..!! Kau masih ada giginya" ucap Bang Ranggi seperti orang stress.
.
.
.
.