Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?
Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Terdapat adegan 19+. Mohon bijak dalam membaca.
Fabian terpaku di tempatnya berdiri, mulutnya menganga melihat istrinya, yang bak bidadari. Gaun malam hitam yang dikenakannya sangat kontrak dengan kulit putih mulus istrinya.
Gaun malam yang kemarin menjadi sumber air mata istrinya, sekarang melekat indah di tubuh semampai Febi.
Meski gaun malam yang dikenakan Febi, bukan lingeri yang paling terbuka, namun melihat Febi berani memakainya, Fabian sudah sangat bahagia. Keresahannya hatinya sejak siang seolah sirna.
Rambut Febi yang disisir rapi, diletakan pada satu sisi pundaknya, sehingga sisi yang lain memperlihatkan leher jenjang Febi, menambah kesan berbeda, sedikit sentuhan bedak dan lipstik warna merah menyala, sungguh membuat Febi seperti wanita dewasa.
Ditatap intens oleh Fabian, tentu saja membuat Febi salah tingkah. Pipinya bersemu pink, tangannya sibuk menutupi bagian dada, tentu saja gaun malam semuanya pasti mengekspose bagian dada, karena belahan rendah.
Fabian mendekat ke arah Febi, tak ada jarak di antara keduanya, hanya terdengar deru nafas yang saling memburu.
"Terima kasih, sayang. Aku mencintaimu."
Fabian mencumbu leher bebas Febi dengan mesra, dapat dia menghirup wangi parfum lembut menguar dari tubuh Febi.
Sentuhan lembut Fabian membuat jiwa Febi seolah melayang, matanya terpejam, menikmati sensasi geli kenikmatan. Fabian menyingkap rambut Febi, dan memberikan tanda kepemilikan di belakang bahunya, yang membuat Febi tersentak kaget.
Fabian menggendong istrinya, ala bride style lalu membaringkannya di tempat tidur. Fabian memagut istrinya, dalam dan menuntut, lama mereka saling memagut, perlahan Fabian melepaskan pagutannya,
"Tunggu aku bersih-bersih dulu!"
Tak lama Fabian di kamar mandi, karena dirinya sudah tak sabar, ingin segera menyentuh istrinya. Saat keluar, Fabian mematikan lampu utama kamar, dan menggantinya dengan lampu tidur yang temaram.
Seluruh bagian dari tubuh Febi tak ada yang terlewatkan mendapat sentuhan Fabian. Suasana kamar yang temaram, tak menghalangi Fabian untuk memulai percintaannya. Fabian mendominasi, karena sadar, jika istri mudanya memang belum berpengalaman.
Fabian sangat bahagia, resah hatinya siang tadi, tergantikan dengan kebahagiaan yang Febi berikan. Fabian menyelimuti tubuh polos dirinya dan Febi, mengecup keningnya mesra. Dibalik selimut, keduanya saling berbagi kehangatan tanpa ada sekat yang membatasi.
"Kamu hebat, terima kasih, sayang!"
"I love you, Om," ucapan Febi membuat hati Fabian makin berbunga, ini pernyataan cinta yang pertama dari istrinya.
"I love you more, sayang. Mari kita tidur!"
Fabian mengajak Febi tidur dalam dekapannya, sementara tangan bebas Fabian bergeriliya menyentuh tubuh Febi, dan sesuatu milik Fabian mengeras dibawah sana, apa mungkin keduanya bisa tidur dengan cepat?
¤¤FH¤¤
Kondisi Edwin berangsur baik, demam yang di alaminya selama berminggu-minggu berangsur reda, sakit pada daerah vitalnya sudah berkurang, meski masih keluar nanah, tapi tak sebanyak dan sebau seperti dulu dan sudah tak bercampur darah.
Sudah hampir satu bulan Edwin di rawat, hampir setiap hari semenjak sadar yang dia tanyakan pada mamahnya adalah Febi.
Lidya selalu mengalihkan pembicaraan atau mencoba memberi pengertian agar Edwin lebih fokus pada pengobatannya, agar segera sembuh dan bisa menemui Febi langsung.
Dari rangkain tes yang dijalaninya, hasil sementara Edwin menderita penyakit sipilis atau yang lebih terkenal dengan raja singa. Hal itu bisa disebabkan oleh bakteri yang menular melalui aktivitas s**sual dengan penderita sipilis.
Meski begitu, Lidya belum bisa bernafas lega, karena Edwin tetap harus menjalani serangkaian tes untuk mendioagnosa kekhawatiran tertularnya virus HIV.
"Maafkan mama, sayang. Maafkan mama yang hanya sibuk bekerja sampai lupa memperhatikan kamu."
Lidya menangis sambil memeluk Edwin yang sedang duduk di kursi roda.
"Maafkan, Edwin juga, mah. Edwin janji akan berubah."
Keduanya menangis dengan rasa penyesalan yang berbeda.
"Mamah tolong temuin keluarga Febi! Minta maaf sama mereka mah! Edwin nggak mau kehilangan Febi, Edwin sangat mencintai Febi. Minta Febi menunggu Edwin, mah!" Edwin tergugu dalam tangisnya, berharap Febi mau memaafkan dan menerimanya kembali.
"Iya, nanti mamah ke rumah Febi. Sekarang kamu harus cepat sembuh, agar bisa segera menemui Febi."
Lidya berbohong, dia hanya menjadikan Febi sebagai alasan agar Edwin mempunyai semangat untuk sembuh. Lidya belum memiliki keberanian untuk menemui keluarga Febi.
"Bagaimana kalau kamu ngambil kuliah disini?
"Kenapa, mah?"
Lidya memberi alasan, jika Edwin harus menjalani tes kesehatan setiap tiga bulan sekali dalam setahun, sebelum dinyatakan bersih dari semua virus dan bakteri penyebab penyakit seksual.
"Menurut mamah, dari pada bolak-balik lebih baik kamu mengambil kuliah disini untuk mengisi waktu. Lagian kamu mau bertemu Febi sedang kamu belum bersih 100 persen?"
Edwin nampak berfikir, mempertimbangkan saran dari mamahnya.
"Tapi aku mau ketemu sama Febi mah."
"Kamu bisa menemui, Febi nanti setelah sembuh total. Kalau kamu menemui Febi saat ini, apa kamu mau jika orang tua Febi meminta pertanggung jawaban kamu menikahi Febi?"
Edwin membenarkan perkataan mamahnya, 'bagaimana jika papahnya Febi menuntutnya harus menikahi Febi saat itu juga, pasti Febi akan menuntut nafkah bathin darinya, sedang dirinya dilarang berhubungan dulu bahkan sekedar ciuman, kurang lebih dalam waktu satu tahun atau hingga tes yang menyatakan dirinya bersih dari virus HIV. Edwin tak mau jika sampai Febi mengetahui penyakitnya, atau bahkan menulari Febi.
"Tapi kalau aku sudah sehat dan bersih, aku mau pindah lagi kuliah di Indonesia."
"Boleh, sayang. Tentu boleh."
Lidya bernafas lega, bujukannya pada, Edwin berhasil. Setidaknya Lidya bisa mengulur waktu untuk satu tahun kedepan. Biar nanti dia pikirkan alasan baru untuk menahan Edwin menyelesaikan kuliahnya di sini. Berharap, jarah dan waktu bisa membuat Edwin melupakan Febi.
Bukan tanpa alasan Lidya berbuat demikian, Lidya sudah menyuruh orang untuk menanyakan perihal Febi, dan orang suruhannya mendapat informasi dari tetangga sekitar rumah Febi, mengatakan jika Febi sudah menikah, ada lelaki yang menggantikan Edwin menikahi Febi, pada hari seharusnya Edwin menikahi Febi.
Namun mereka tidak tahu siapa laki-laki tersebut, bahkan sekarang Febi tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, karena mengikuti suaminya.
Jika sampai Edwin mengetahui hal ini, tentulah akan membuatnya drop, dan tak punya harapan untuk sembuh.
Biarlah Edwin menjadikan Febi sebagai motivasinya untuk kesembuhannya saat ini.
BERSAMBUNG
Terima kasih tak terhingga untuk yang sudah baca cerita ini, dukung author dengan like, vote, komen dan jangan lupa tambahkan ke rak buku favorit kalian.
Mon maaf nggak balas komen satu-satu, tapi saya baca dan like.
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya HARUS MENIKAH LAGI.
Selamat membaca
penasaran terus
gak enak banget dibaca
semoga bian dan Febi bahagia selalu
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama