Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 : Terbang ke Paris
Sepertinya, tidak ada waktu yang cukup untuk sepasang pengantin baru itu untuk beristirahat. Rasa lelah itu sengaja tidak dirasa oleh keduanya demi perjalanan yang akan menanti mereka. Setelah seharian penuh akad dan resepsi, pesta sepanjang hari, Kirana dan Davis akan terbang ke Paris keesokan harinya untuk memadu kasih sebagai pengantin baru.
Bulan madu ke Paris merupakan hadiah pernikahan dari sepupu-sepupu Kirana semuanya. Setelah dari Paris , nantinya mereka akan pergi ke tempat lain yang masih menjadi kejutan untuk Kirana. Davis sengaja merahasiakannya.
Pagi-pagi mereka berdua sudah tiba di bandara di Kota Jogja. Meski ngantuk, beruntung, mereka memilih penerbangan kelas utama dimana kenyamanan mereka adalah prioritas maskapai. Sejenak istirahat di lounge pun lumayan merontokkan pegal-pegal mereka karena di sana sangat nyaman.
Setelah menunggu satu jam, panggilan keberangkatan mereka sudah terdengar. Keduanya terlihat memasuki pesawat dan langsung disambut oleh pramugara-pramugari yang melayani mereka dengan sangat sopan dan baik.
"Selamat datang Kak Kirana, Selamat atas pernikahannya. Ah, saya ngefans banget sama Kakak," seru salah satu pramugari cantik yang menyapanya kali ini.
"Saya juga,"
"Me too,"
Mereka tampak sekali antusias.
"Wah, benarkah? Terima kasih atas ucapannya," balas Kirana. Di sebelah, Davis tampak datar saja, tetapi dia bangga dengan istrinya yang terlihat humble dengan siapa saja.
"Mbak Kirana, kami boleh minta foto dulu?" seru sang pilot yang tiba-tiba keluar dari kokpit. Pria paruh baya itu mengeluarkan ponselnya yang terkenal dengan kecanggihan kameranya. Kirana pun dengan senang hati menerima ponsel itu dan menyerahkannya ke Davis.
"Oh tentu saja. Sayang, boleh minta tolong fotoin kami?" tanya Kirana pada sang suami
"Eh, biar kami saja yang gantian fotoin, Kak," timpal salah satu dari mereka. Sayangnya, ditolak oleh Davis.
"Biar saya saja," jawab Davis dengan tenang.
Mereka pun berfoto dengan berbagai pose dengan Kirana berada di tengah. Tidak hanya itu, Kirana dan Davis juga diberi kesempatan untuk masuk ke ruang kokpit dan berfoto bersama di sana.
"Ah, akhirnya duduk juga!" seru Kirana yang akhirnya merasakan keempukan kursi penumpangnya.
"Kamu terlalu bersinar, Sayang," puji Davis pada sang istri. Dimana-mana, jika ada yang mengenali Kirana. pasti banyak meminta foto bersama.
"Kamu berlebihan Mas,"
Davis tersenyum dan mendekat ke arah sang istri. Dia pun membisikkan sesuatu padanya. "Gak ada yang berlebihan jika itu kamu, Baby," bisiknya.
Kirana tersenyum malu-malu. Dia pun salah tingkah sambil memukul-mukul pelan lengan Davis yang keras.
Pesawat yang mereka tumpangi pun akhirnya lepas landas juga. Penerbangan kali ini sangatlah panjang. Dari Jogja ke Paris, mereka akan singgah di Singapura sangatlah lama sekitar 10 jam. Saat transit nanti, Kirana dan Davis akan menginap di airport hotel sejenak untuk tidur sebelum kembali terbang.
Setelah lebih 27 jam lamanya, mereka tiba juga di Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle. Sangat-sangat melelehkan, tetapi keduanya sangat antusias. Apalagi membayangkan hari-hari mereka berdua di Paris dan seterusnya akan dibumbui oleh cinta yang menggebu dan halal tentunya.
"Emmmphh–" suara Kirana terdengar seksi ditelinga Davis saat dia mencumbunya setelah kamar hotel yang mereka tempati tertutup.
Davis sudah tidak lagi bisa menahan hasratnya yang membara semenjak mereka menikah dua hari lalu. Tidak peduli lelah atau jet lag, Davis langsung menyerang istrinya. Dimulai dari bibir seksi yang selalu merah muda itu.
Dengan kekuatannya, Davis mengangkat tubuh ramping Kirana dalam gendongan tanpa melepaskan bibirnya yang terus menguasai bibir istrinya itu. Dengan lembut dia rebahkan sang istri di atas kasur yang empuk dan penuh dengan kelopak bunga mawar merah yang tersebar di atas kasur. Disitulah Davis baru melepaskan bibirnya.
Melihat Kirana yang sangat pasrah diantara ratusan kelopak bunga mawar merah, api dalam diri Davis semakin berkobar. Tanpa menunggu lagi, Davis melepaskan semua pakaian yang dia kenakan hingga polos. Di bawah sana, sudah berdiri tegak dan berhasil membuat Kirana melotot melihat senjata kesayangan Davis. Mungkin, setelah ini akan menjadi kesayangannya juga.
Davis naik ke kasur dan menindih Kirana yang masih berpakaian lengkap. Bahkan masih memakai coat karena di Paris sedang musim gugur, jadi terasa agak dingin.
"Bisa kita mulai bulan madu kita sekarang, Sayang?" tanya Davis dengan suaranya yang dalam dan serak.
Tangan Kirana terangkat, mengusap rahang sang suami yang sangat keras dan tegang. Setegang apa yang sudah tegak berdiri di bawah sana.
"Yes, we can do it now, husband,"
Persetujuan sang istri membuat Davis kalap. Dia buang semua apa yang melekat di tubuh sang istri ke sembarang tempat.
Persetubuhan itu pun terjadi. Keduanya sangat semangat. Udara dingin pun malah membuatnya semakin banyak bergerak dengan berbagai gaya. Meski dalam hal ini mereka masih pemula karena baru pertama, mereka terlihat ahli sekali. Bahkan, fisik Kirana mampu mengimbangi kekuatan Davis.
Keduanya penuh suka dan cinta. Bercinta dengan seseorang yang dicintai dalam halal sungguh mendamaikan jiwa keduanya. Suara tawa, desahan, rengekan dan bahkan teriakan mereka menggema di seluruh sudut kamar mereka. Tidak peduli lagi waktu yang terus berputar, mereka pun terus mencumbu.
...****************...
Makan siang terlewati karena setelah kegiatan panas keduanya tertidur saling memeluk. Apalagi mereka baru saja menjalani pesta pernikahan dan perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya terbangun saat langit sudah akan gelap.
Diantara suami istri itu, yang bangun pertama kali adalah Davis. Dia membuka matanya dan langsung mendapati bidadari berada di hadapannya. Sangat cantik. Apalagi terlihat jejak keringat didahi sang istri, membuatnya kembali tegang.
"Sabar, tenang, nanti bisa lagi. Kasian istriku," gumam Davis mencoba melemaskan 'adek kecilnya'.
Matanya terus menganggumi wajah sang istri. Davis tidak tahu harus bersyukur kepada Tuhan seperti apa lagi. Setiap nafasnya, rasa syukur itu terus menggema dalam hatinya. Bidadari yang menjadi perantara dalam menyelamatkan nyawanya dulu, kini sedang tertidur dalam pelukannya yang hangat. Tidak ada yang menyangka dengan love line keduanya.
Davis akan gila, jika sampai dia menyakiti istrinya. Rasanya untuk sekedar membentak saja dia tidak akan mampu. Kecuali, jika mereka sedang 'berdiskusi' di ranjang. Itu konteksnya jauh berbeda dong.
Tangan Davis mulai menggatal. Dia usap kulit lengan Kirana yang melingkar di pinggangnya. Begitu lembut dan wangi meski mereka tadi belum sempat mandi setelah sampai di Paris.
Gerakan pelan itu mengganggu tidur sang bidadari. Dengan malas, Kirana mulai perlahan membuka matanya. Terlihat di sudut kelopak matanya ada kotoran, tetapi tidak menganggu keindahan wajah sang bidadari saat baru bangun tidur.
Tiba-tiba Kirana berkata,
"Apakah aku sedang ada di surga?"
...****************...