NovelToon NovelToon
Denganmu Lagi

Denganmu Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Healing / Romansa pedesaan / Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:15.9k
Nilai: 5
Nama Author: ginevra

"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.

Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.

Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."

Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?

Happy reading~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ha?

Happy reading~

.

.

.

Nindya masih memejamkan matanya namun itu tidak bisa membuatnya terlelap. HP nya masih  saja bergetar,  Entah berapa banyak nomer yang ia punya. Padahal sudah berulang kali ia blokir nomer yang tidak ia kenalnya itu.

'Sialan! Aku jadi nggak bisa chat mas Aan. Gimana kalau dia khawatir coba?' batinnya sambil menendang-nendang selimutnya sampai berantakan berserakan.

Ingin hati berteriak dan memaki namun ia takut orang rumah jadi terbangun. 'Has shiiiii,' umpatnya masih dalam hati.

Nindya akhirnya mematikan HP-nya. Namun itu tidak menghiburnya dari kemarahannya.

'Buat apa dia meneror aku lagi? Setelah sekian lama? Kenapa sekarang? Kenapa saat aku sudah mulai bahagia dengan orang lain?'

Siapakah orang breng shake itu? Tentu saja orang yang sama dengan yang ada di pikiran kalian, dia si denis  dit tolongin dit.

Kamu sedang apa? Kamu masih ingat aku? Apakah kaamu masih mikirin aku? Aku masih sayang kamu.

Kata-kata itu ia kirimkan sebanyak seribu enam ratus empat puluh tiga kali dalam semalam. Tidak hanya itu, ia juga misscall sebanyak enam ribu lima ratus tiga puluh enam kali.

'Gila' itu kata yang tepat untuknya.

Dibalik kemarahannya ada sedikit kekhawatiran di benak Nindya. Bagaimana kalau dia nekat dan pergi menemuinya? Bagaimana kalau Mas Aan tahu dan berubah menjadi membencinya?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul bertebangan di sudut-sudut kamarnya. Berbagai kemungkinan terburuk mulai menghantui tidurnya. Tentu saja malam ini Nindya tidak bisa tidur dengan tenang.

...****************...

Pagi harinya, suasana sejuk dan damai tidak mampu menentramkan jiwa Nindya. Muncul lingkar hitam di bawah matanya. Wajah mulusnya berubah kusut tak terurus, rambutnya awut-awutan melebihi sang Raja Rimba.

"Hah!" Ibu terkejut melihat pemandangan tak sedap dari satu-satunya anak gadisnya.

"Ngopo to mbak?" Tanya adiknya yang sudah kelas 3 SD tahun ini.

Nindya berjalan perlahan selangkah demi selangkah dengan sangat pelan. Badannya membungkuk dengan tangan yang lemas.

"Atda cetan,"  celetuk adik balitanya.

Tanpa menghiraukan perkataan para penghuni rumah, Nindya melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Nindya mengumpulkan semua kekuatannya untuk berangkat bekerja pagi itu. Berharap bertemu siswa unyu-unyu nya bisa membuat hatinya membaik.

'Hass shiiib*l' dia mengumpat di hati lagi.

Sesampainya di sekolah, bagai seorang artis papan atas Nindya tersenyum lebar menyambut siswa-siswa kesayangannya.

"Pagi Bu Nindya!" Sapa salah satu siswa sambil menjabat tangannya.

"Pagi sayang!" Sapa Nindya. Namun dalam hati masih ada gemuruh kemarahan dan kesedihan karena dia harus mematikan HP nya.

"Huft..." Nindya menghela nafas sambil duduk di kursi perpustakaannya.

"Baiklah! Mari kita lupakan si jahan*am itu dan mulai bekerja!" Ucapnya sambil mengepalkan tangannya.

...****************...

Sementara iu ada orang yang sedari malam menunggu pesan dari Nindya.

'Apakah dia tidak apa-apa? HP nya masih mati dari tadi malam. Dia tidak mungkin punya orang lain kan? Tidak mungkin!'

'Bugk!'

'Aw!' tak sengaja bola voli menghantam kepala Aan.

"Maaf pak, tidak sengaja," ucap siswa yang tidak sengaja memukul bola ke arah gurunya itu.

"Tidak apa-apa," ujar Aan. Dia berusaha menahan rasa sakit karena itu salahnya sendiri tidak fokus.

'Tidak bisa dibiarkan! Aku harus minta penjelasan!' batinnya sambil mengelus dahinya yang terkena hantaman bola.

'Dugk!'

'Ahh!' kali ini punggungnya kena lambungan bola.

"Maaf Pak..."

"Kalian sengaja ya?"

"Tidak Pak ini si Bara..." Kata mereka saling menyalahkan.

"Tambah latihan fisik setengah jam!" Perintahnya kepada tim inti Bola Voli.

"Pritttt!!" Aan meniup panjang peluitnya tanda memulai latihan fisiknya.

...****************...

Sang matahari telah bertengger tepat di atas kepala. Semua siswa berhamburan keluar gerbang sekolah. Ada yang mengayuh sepeda, ada yang berjalan kaki, dan ada juga yang diam menunggu jemputan dari orang tuanya.

Di tengah keramaian rombongan siswa yang sudah pulang sekolah, Nindya masih menunggu sampai bubaran selesai, masih di ruang perpustakaan.

Helaan nafas berulangkali ia hembuskan seirama dengan menit-menit yang berlalu.

Dari pada merasa sepi, ia memutuskan untuk berpamitan dengan para guru di kantor.

Diperjalanan pulang yang sangat enggan ia lalui, ia menangkap sosok yang mengikutinya melalui spion.

Debaran jantung tak dapat ia hindari. Apakah dia Denis yang ia hiraukan telponnya? Mendadak bulu kuduknya berdiri. Perasaan ngeri menjalar keseluruh tubuhnya.

Nindya mempercepat motornya, ia ingin segera sampai ke rumahnya yang damai.

Tanpa menengok ke belakang, ia berjalan cepat menuju pintu rumah.

"Dek!"

Nindya berhenti. Itu bukan cara Denis memanggilnya. Itu juga bukan nada suara yang mengerikan. Seketika air matanya mengalir.

"Mas?" Nindya berbalik.

Aan berjalan masih dengan helm yang terpasang di kepalanya menyisakan sorot mata tajam.

"Ada apa?" Aan khawatir karena mendadak Nindya meneteskan air matanya.

"Nggak apa-apa," ucap Nindya sambil mengelap air matanya.

Aan mendekat dan melepaskan helmnya, ingin sekali ia langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi...

"Bolehkah aku bertamu?" Aan merasa berbicara di depan rumah tidaklah pantas.

Nindya mengangguk dan mempersilahkan Aan untuk duduk di ruang tamu. Ia hendak membuatkan minum untuk Aan namun ia menghentikannya.

"Tidak usah dek, aku cuma sebentar."

Nindya kembali duduk dan masih menundukkan kepalanya.

Aan melihat tangan Nindya yang meremas satu sama lain membuat ia yakin bahwa ada yang tidak beres.

"Siapa?"

"Hem?"

"Apakah dia menganggumu?"

Sorot matanya tajam seolah mampu melihat jiwa terdalam.

"Iya dia mengganggu sekali. Sudah aku blokir tapi dia pakai nomer baru lagi. Dan dia ulangi sampai aku mematikan HP ku. Apakah kamu marah padaku?"

"Mana HP mu?"

"Untuk apa?"

"Kalau kamu biarkan, nanti dia akan tetap melakukannya lagi. Aku tidak peduli siapa dia, aku juga tidak peduli dia punya hubungan apa denganmu. Tapi kalau dia mengganggumu, itu tidak bisa dibiarkan!"

Nindya menyalakan HP nya dan menyerahkannya pada kekasih di depannya.

Tak berselang lama, HP nya kembali berdering.

"Akhirnya kamu mengangkat telponku, aku kangen banget," kata Denis tak tahu malu.

"Tolong berhenti menelponnya!" Ucap Aan tegas.

Suara berat dan lantang membuat Denis naik pitam.

"Siapa kamu? Kenapa bisa bawa HP Nindya?"

"Tentu saja aku calon suaminya! Berhenti sekarang juga atau aku bawa ini ke Polisi!" Bentaknya.

"Jangan bohong! Aku sudah menyelidiki semua sosial medianya. Nggak ada tuh dia mau menikah!"

"Oh... Jadi kamu mengaku kalau sudah menguntitnya! Jangan harap kamu lepas dari ini! Aku sudah merekammu sekarang!"

Denis mendadak diam.

"Ah... Tidak perlu Polisi untuk mengurusi cec*nguk kayak kamu! Cukup aku yang mengejarmu! Kalau kau berani sharelock sekarang!"

"Tut...tut..tut!"

Telpon terputus.

"Hah..." Aan menenangkan dirinya namun tangannya masih bergetar. Tampak jelas bahwa dia masih menahan amarah yang baru saja meledak.

"Untuk sementara pakai kartu sim ini dulu." Aan menyerahkan kartu sim baru untuk Nindya.

Nindya memandang lirih wajah Aan.

"Maafkan aku, aku tidak tahu kalau man..."

"Kenapa minta maaf ? Disini kamu korbannya. Tapi kejadian ini membuatku semakin yakin," ucap Aan.

"Yakin apa?"

"Maukah kamu menikah denganku?"

"Ha?"

.

.

.

.

1
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Novel ini memang tempat pelarianku dari kesedihan 🤧
ginevra: hehehe maaf gak tahu..
total 6 replies
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Aki setuju, dari sudut pandang pria, Denis itu gak termasuk jantan, mungkin lebih pejantan loyo
Afriyeni Official
ribut dah ribut 🤣🤭
Afriyeni Official
🤣 nonton Drakor psikopat malah bikin otak Nindya jadi gelap entar
Afriyeni Official
mungkin si Nining berubah pikiran 🤭
Afriyeni Official
dia sengaja cari alasan biar kamu yg bersalah padahal,, dia yg terlalu posesif berlebihan. cwok kayak gitu ego nya tinggi
sjulerjn29
ribetnya punya pacar yang harus kasih kabar setiap detik 🤣
sjulerjn29
tapi nin kamu beneran udah move on kan? jangan sampai nanti kau sakiti hati denis
sjulerjn29
cie udah resmi yang lagi bucin bucinnya
anita
hemmmmm
anita
masih penganten baru itu
anita
duh yang penganten baru
anita
mungkin suamimu juga tidak mau ambil pusing
anita
nindya jadi agresif
anita
mereka hanya basa basi, tidak usah dipikirkan
Oksy_K
skip aja gak sih thor😭 kasian nindyy
Oksy_K
mau pacaran apa belajar. pilih salah satu dulu denis🤧
Oksy_K
agak ribet yaaa.. namanya juga denis kecintaan😂
Oksy_K
fokusnya kebagi ya nin, iya sih namanya juga pacar baruuu...🤭
Xlyzy
oiii muncung minta di kuncir itu ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!