Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan jarak biasa
Laras segera masuk ke kamarnya, di ikutin dua pelayan.
Hingga menjelang malam Laras tak kunjung keluar, dia tak diam di dalam kamar tetapi duduk di depan televisi yang dibiarkan menyala meski tak di tonton. Laras duduk di sofa sambil menghitung uang.
Ia bahkan tak mendengar langkah kaki orang di sekitarnya, apalagi menyadari kedatangan Romania.
Ketukan pintu membuat Laras menoleh sejenak pada Romania yang berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka.
Sepertinya pelayan yang mengantarkannya makan tadi, lupa merapatkan pintu.
"Boleh aku masuk?" Romania melangkah lebih dalam ke ruang pribadi Laras.
"Ada apa, ada hal penting?" Laras yang sibuk menghitung uang di tangannya menyuara. Laras meletakkan tumpukan uang itu kembali ke dalam tas, lantas menoleh pada Romania yang beberapa kali melirik padanya, dengan kedua tangan yang terlihat saling meremas.
Romania ingin mengambil hati Laras, tapi sepertinya sangat sulit dilakukan.
"Aku cuma ingin kamu tahu, sepanjang pernikahan bersama ayahmu, tak sekalipun aku mendampinginya di acara apapun." Romania menyuara setelah terdiam dalam waktu yang lama. Laras tertawa lirih sebelum membuang muka, kembali menghadap ke depan. Romania masih bisa menangkap raut muka mencemooh dari Laras pada dirinya.
"Aku tau kamu membenciku, tapi aku tidak seburuk yang kamu kira,"
"Tidak ada sifat yang lebih buruk dari pada sifat perebut kebahagiaan orang lain!" balas Laras dingin.
"Saat itu aku benar-benar tidak tahu jika Ayahmu sudah menikah," Romania melakukan pembelaan.
Ini kali pertama Romania berani membahas pernikahannya, sebab kini Laras sudah dewasa.
"Bukankah sekarang sudah terlambat untuk melakukan pembelaan?" balas Laras tajam. Oh, sungguh dia tak ingin mengorek luka lama.
Romania akan kembali bersuara saat ucapan Laras berikutnya membuatnya bungkam kemudian.
"Kaca yang sudah pecah, walaupun di rekatkan kembali, bekasnya akan tetap ada, begitupun luka batin yang kalian torehkan, walaupun berjuta kali kalian minta maaf lukanya tak akan benar-benar sembuh."
Ucapan Laras bukan omong kosong, dia memang tak pernah berniat untuk tinggal bersama Mario di rumah utama, rumah yang menyimpan sejuta kenangan bersama ibu tercinta, walaupun dia tampak berbaikan dengan Mario, tapi Laras belum benar-benar bisa memaafkan ayahnya.
Romania berjalan gontai keluar dari kamar Laras. Pikiran Romania dipenuhi dengan ucapan Laras tadi, bahwa Laras tidak akan pernah mau berdamai dengannya.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Operasi Cantika di jadwalkan dua hari lagi. Putri kecil Hasbi itu masih terbaring tak sadarkan diri di atas bad rumah sakit.
Hasbi menyapa singkat Nur yang malam ini menemani putrinya.
Hera? Perempuan itu menggila sejak Hasbi kekeuh menjual mobilnya untuk biaya operasi Cantika.
Sejak pagi menolak pergi ke rumah sakit, Naila juga tidak di urus, Hera hanya terus bermain ponsel sepanjang hari.
"Maaf ya Bu, sudah setua ini aku masih sering ngerepotin ibu." Di tengah kesunyian yang tercipta tiba-tiba Hasbi meminta maaf pada Nur.
Nur yang duduk bersebelahan dengan Hasbi, mencondongkan kepalanya melihat ke arah Cantika.
"Kalau kamu lebih percaya takdir Tuhan, ini semua nggak akan pernah terjadi, mungkin hidupmu yang jadi seperti ini karena ada doa Laras yang menembus langit. Tuhan memberimu berlian, kamu sibuk mencari batu granit, kamu dikasih istri yang penyabar, cari istri yang kurang se ons."
Memalukan untuk mengakui, tetapi yang dikatakan ibunya bisa saja benar. Hasbi telah menyia-nyiakan orang setulus Laras.
Kini dia seperti orang asing bagi perempuan itu. Hasbi bahkan tak bisa sekedar menyapanya. Laras bukan perempuan yang bisa ia sentuh atau ia ajak main sandiwara seperti dulu kala, perempuan itu kini sulit terjangkau oleh orang biasa sepertinya.
"Maaf Bu, aku sudah buat ibu kecewa."