NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: tamat
Genre:Perjodohan / Pengganti / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti / Tamat
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Beberapa hari kemudian, suasana rumah sakit terasa lebih tenang.

Cahaya sore menembus jendela besar ruang perawatan Arkan, memberi rona hangat pada tirai putih yang melambai pelan.

Dokter tersenyum kecil sambil menutup berkas di tangannya.

“Pak Arkan, kondisi Anda sudah stabil. Anda sudah boleh pulang hari ini, tapi tetap harus banyak istirahat, ya,” katanya ramah.

Arkan mengangguk senang, lalu menatap ke arah Husna yang berdiri di sisi ranjangnya.

Wajahnya tampak lebih segar, senyumnya lembut namun tatapan matanya masih penuh perasaan yang membuat Husna sulit bernafas.

Tiba-tiba Arkan menggenggam tangan Husna erat.

“Sayang…” panggilnya lembut, membuat Husna sontak terpaku di tempat.

Jantungnya berdegup cepat, sementara dari pintu, Jovan berdiri diam menyaksikan adegan itu.

Arkan menatap Husna dengan penuh keyakinan, senyum kecil terlukis di wajahnya.

“Ayo kita pulang dulu, ya. Nanti malam, aku ingin melamar kamu.”

Perkataan itu seolah membelah udara menjadi sunyi.

Husna membeku. Bibirnya terbuka, tapi tak ada kata yang bisa keluar.

“Arkan, aku…”

Namun sebelum ia bisa menjelaskan apa pun, Jovan yang berdiri di ambang pintu mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Rahangnya mengeras, matanya memerah menahan rasa sakit dan marah yang bersatu menjadi satu.

Ia tak sanggup lagi mendengar lebih jauh.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Jovan berbalik dan melangkah pergi dari ruang perawatan.

“Husna…” panggil Burak pelan, mencoba menahan, tapi Husna sudah lebih dulu berlari keluar.

Langkahnya cepat, napasnya tersengal, matanya mencari sosok suaminya di koridor panjang rumah sakit.

“Van!” panggilnya dengan suara bergetar.

Namun Jovan terus berjalan menuju pintu keluar, punggungnya tegang, tanpa menoleh sedikit pun.

Air mata menetes di pipi Husna dan ia berlari mengejarnya, meraih lengan Jovan sebelum pria itu benar-benar keluar dari rumah sakit.

“Van, tunggu!” teriaknya dengan suara serak, menahan tangis yang nyaris pecah.

Namun Jovan berhenti hanya sejenak, menatapnya sekilas dengan mata yang penuh luka.

“Husna…” ucapnya pelan, suaranya serak.

“Sampai kapan aku harus berpura-pura kuat di depan kamu?”

Husna menatap wajah suaminya, air matanya jatuh makin deras.

Husna menarik napas panjang, mencoba menenangkan debar di dadanya sebelum akhirnya ia menggenggam tangan Jovan yang hendak pergi.

“Van, tolong, jangan pergi,” pintanya lirih.

Jovan berhenti, menatap wajah istrinya yang penuh air mata.

Mereka saling diam beberapa detik sebelum akhirnya Husna menarik tangan suaminya perlahan.

“Ayo ikut aku…” ucapnya pelan.

Mereka berjalan kembali ke ruang perawatan tempat Arkan masih berbaring.

Suasana di dalam ruangan mendadak berubah hening saat Husna dan Jovan masuk bersamaan.

Arkan menatap keduanya dengan ekspresi bingung.

“Na?” panggilnya, matanya bergantian memandang Husna dan Jovan.

“Kenapa kamu bawa dia ke sini lagi?”

Husna menelan ludah, berdiri di sisi ranjang Arkan. Tangannya gemetar, namun suaranya tegas saat akhirnya ia berkata,

“Arkan, maafkan aku…”

Arkan mengerutkan kening, “Kenapa kamu minta maaf?”

Husna menatapnya dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Jovan erat di depan Arkan.

“Karena, sebenarnya dia bukan temanku.”

Arkan tampak semakin bingung. “Maksudmu apa?”

Husna menarik napas pelan, matanya mulai basah.

“Dia suamiku, Kan.”

Ruangan itu mendadak sunyi.

Bibir Arkan sedikit terbuka, matanya menatap Husna tidak percaya.

Lalu, tiba-tiba ia tertawa kecil dan berubah menjadi tawa terbahak-bahak, suara yang penuh ketidakpercayaan dan kepedihan.

“Na, jangan bercanda,” ucap Arkan di sela tawanya.

“Kamu serius? Suamimu? Ini pasti akal-akalan Papa kamu, kan? Dia memang nggak pernah suka aku dari dulu.”

Husna menggeleng cepat, air matanya menetes.

“Bukan, Kan.Aku tidak bohong.”

Ia membuka tas kecil yang dibawanya dan mengeluarkan sesuatu buku nikah mereka.

Tangannya bergetar saat menyerahkan buku itu ke arah Arkan.

“Lihat sendiri, Kan. Ini bukan kebohongan.”

Arkan terdiam. Tatapannya berpindah dari buku itu ke wajah Husna, lalu ke Jovan yang berdiri di sampingnya dengan rahang tegang dan mata merah menahan emosi.

Tangan Arkan perlahan menerima buku itu, membukanya dengan ragu.

Saat matanya membaca nama-nama di lembar pertama, ekspresinya berubah dan senyumnya hilang, digantikan tatapan kosong dan bibir yang bergetar.

“Su… suamimu?” bisiknya, suaranya parau.

Husna menunduk, air matanya jatuh ke lantai.

“Ya, Kan. Aku menikah dengan Jovan. Sudah lama.”

Ia menjatuhkan buku nikah itu ke ranjang dan menyandarkan tubuhnya dengan lemas.

“Semuanya berubah, ya…” gumamnya lirih, pandangannya kosong menatap langit-langit.

Sementara di sisi lain, Jovan meraih tangan Husna.

Arkan menatap Husna dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Nafasnya tersengal, tapi suaranya terdengar tegas penuh emosi.

“Na, kalau kamu benar-benar masih peduli padaku, kumohon, ceraikan dia. Aku mencintaimu terlebih dahulu, Na. Aku yang dulu ada di sampingmu sebelum semuanya berubah.” ucap Arkan.

Husna hanya bisa terdiam. Tangannya mengepal di pangkuan, air matanya menetes tanpa bisa ia tahan.

“Arkan…” suaranya lirih, “keadaannya sudah berbeda sekarang…”

Namun Arkan menggeleng keras, menatapnya dengan tatapan penuh rasa sakit.

“Berbeda karena apa? Karena aku kecelakaan? Karena aku lupa sebagian masa lalu? Na, aku masih orang yang sama! Aku masih cinta kamu… aku masih ingin kita seperti dulu!”

Husna menunduk, bahunya bergetar. Ia tidak sanggup menatap Arkan yang begitu hancur.

Jovan yang sejak tadi berdiri di samping Husna akhirnya melangkah maju, suaranya rendah tapi tegas.

“Arkan.”

Arkan menoleh dengan tatapan tajam, “Kenapa? Kamu mau bilang apa lagi?”

Jovan menatapnya tanpa emosi berlebihan, tapi setiap kata keluar dengan ketegasan penuh.

“Dia istriku. Dan dia juga seorang ibu. Kamu tidak bisa seenaknya meminta dia menceraikan suaminya hanya karena masa lalu.”

Arkan mengepalkan tangan di atas ranjang, matanya menatap Jovan dengan marah.

“Tapi aku yang mencintainya lebih dulu! Kamu cuma datang di tengah kehancuran hidup kami!”

Jovan menarik napas dalam-dalam, menahan emosinya.

“Mungkin kamu mencintainya lebih dulu, tapi aku yang menemaninya saat dia jatuh. Aku yang menjaga dia ketika dia terluka, dan aku yang melihat sendiri bagaimana dia berjuang untuk hidup.”

Suasana ruangan menjadi sunyi. Hanya suara detak jam dan desahan napas Arkan yang terdengar.

Husna menggenggam kedua tangannya, air mata mengalir di pipinya.

“Arkan, aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Aku sudah menjadi istri Jovan, dan aku akan tetap di sisinya. Aku berhutang banyak padamu, tapi hatiku sekarang miliknya.”

Arkan menatapnya lama, lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Bahunya gemetar menahan perasaan yang tak bisa ia ungkapkan.

Jovan menunduk sebentar, lalu meraih tangan Husna dan membawanya keluar perlahan, meninggalkan Arkan yang hanya bisa menatap punggung mereka menjauh dengan mata berkaca-kaca.

Melihat Husna yang pergi, Arkan kan berteriak memanggil Husna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!