Selma, pewaris utama keluarga konglomerat terpandang, dikhianati di malam pengantinnya. Dengan mata kepalanya sendiri, Selma menyaksikan suami yang dia cintai malah beradu kasih di atas ranjang bersama saudari tirinya.
Hati Selma semakin pedih mengetahui ibu tiri dan kedua mertuanya juga hanya memanfaatkannya selama ini. Semua aset keluarganya direnggut sepihak.
"Kalian semua jahat, kalian tega melakukan ini..."
Di tengah laut yang disertai badai dan hujan deras, Selma dibuang oleh suami dan adik tirinya, lalu tenggelam.
Namun, sebelum air menguasai penuh paru-parunya, seorang perempuan sekecil tinkerbell bercahaya biru muncul di hadapannya dengan suara mekanis yang bergema di kepala Selma.
[Ding! Sistem Waktu Eri Aktif. Apakah Anda ingin menerima kontrak kembali ke masa lalu dan membalas dendam?]
IYA!
Begitu Selma membuka mata, dia terbangun di tubuhnya saat berusia 16 tahun. Di kesempatan keduanya ini, Selma berjanji akan menghancurkan semua orang yang mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Gara-gara Kakak Kelas
Matahari pagi menyusup lewat jendela-jendela tinggi, menerpa meja makan panjang. Devano duduk di kepala meja dengan jas rapi. Di sebelahnya, Selma yang mengenakan jersey olahraga sekolah sedang menikmati fruit parfait dalam mangkok kaca bening. Mata gadis itu setengah mengantuk karena semalaman begadang menyelesaikan tugas-tugas ketertinggalannya juga belajar trading.
Para pelayan berdiri berbaris sejajar sepanjang dinding, semua seperti statue hidup dan napas mereka serempak.
Awalnya, suasana masih seperti pagi biasa, tetapi begitu Devano menyebut kalau dia bertemu dengan Livia, sendok kecil di jari Selma terlepas, jatuh dengan bunyi nyaring di tengah kesunyian ruang makan megah itu.
"WHAT?" Kening Selma berkerut. Seorang pelayan bergerak memungut sendok Selma atas intruksi Madam Teresa lalu diganti dengan sendok kecil yang baru.
"Sejak kapan papa sedeket itu sama mamanya Debora sampai mau ngajak dia makan malam di rumah kita?" Selma meraih gelas air dan meneguknya cepat.
"Papa nggak sengaja ketemu sama mama Debora, sayang. Dan, papa rasa… papa cocok dengan dia. Tapi kenapa anak papa syok begitu? bukannya selama ini kamu yang excited cerita soal mamanya Debora ke papa."
Selma terdiam. Tidak mungkin kan dia bilang terus terang kalau Debora dan mamanya punya niat jahat mendekati keluarga Pradipta. Sekarang dia belum pegang bukti kuat.
"Emm, cuma syok aja, Paa, karena selama ini papa tidak pernah kepikiran mencari pengganti mama."
"Ya, papa berpikir seperti itu, tapi sekarang papa rasa papa butuh seseorang… untuk mendampingi papa." Devano mengulas senyum datar. Selma bisa melihat sinar kesepian di mata papanya.
Tapi, tidak boleh. "Tante Livia nggak boleh sampai nikah sama papa."
"Aku harus bongkar kedoknya sebelum papa benar-benar jatuh ke rayuan penyihir jahat itu."
Selma menyunggingkan senyum lalu meraih tangan Devano, mengusap punggung tangan papanya pelan dengan ibu jari. "Oke, pa, aku setuju kok, papa ngundang mereka makan malam."
Devano mengangkat sudut bibirnya lembut. "Makasih, yah, putri kesayangan papa…"
***
Di sekolah, Selma mengikuti pelajaran olahraga yang diadakan di gimnasium indoor. Sepuluh teman sekelasnya bermain dodgeball. Termasuk di antaranya Kyrann, Debora dan juga Julio. Selma belum bisa ikut main karena masih mengenakan tongkat. Alhasil, dia hanya menonton di dekat lapangan, duduk di bangku.
Selanjutnya, tatapan gadis itu beralih ke lapangan sisi kanan, terlihat siswa-siswi grade 12 yang juga mengikuti pelajaran olahraga. Mereka bermain bola voli. Homeroom A2.
Kenapa selma tahu? Karena di sana ada kapten klub Lacrosse yang pernah menembak Selma namun berakhir di tolak. Namanya Damian.
"Dulu aku nolak cowok secakep dan sepopuler itu karena mendewakan Julio di hati aku," kata Selma dalam hati pada Eri, yang seperti biasa mengambang di sebelahnya.
"Kamu dikelilingi banyak pemuda tampan, tapi kamu memilih tukang selingkuh, Selma." Eri cengengesan.
"Ya karena dulu aku nggak tahu Julio itu sebrengsek apa." Selma terus mengarahkan pandangannya pada kakak kelas bernama Damian itu. Tanpa sadar, ada dua orang yang terus-menerus memperhatikan Selma.
Pertama, Kyrann dan yang satunya lagi tentu pacar Selma, si Julio.
Kalau Kyrann, dia tahu kalau Damian kakak senior yang populer itu pernah menyatakan cinta pada Selma waktu grade 10. Melihat Selma memperhatikan kapten Lacrosse tersebut, apa iya Selma akan membuka hatinya kembali pada mantan cowok yang menembaknya?
Sementara Julio, dia merasa terganggu. Tidak biasanya Selma menatap cowok lain selain dirinya. Dan, itu membuat Julio resah. Apa Selma mulai berpaling hati?
Tidak bisa dibiarkan. Dia sudah dijodohkan dengan Selma. Jadi Selma miliknya. Meski dia punya hubungan gelap dengan Debora, tentu dalam hati paling terdalamnya dia tetap menginginkan Selma. Siapa yang tidak mau dengan gadis cantik dan kaya raya seperti Selma?
Debora hanya pelampiasan Julio karena Selma yang tidak mau menuruti hasratnya dan juga karena sikap posesif Selma.
Kedua cowok itu masih di tengah lapangan, bermain dodgeball, tapi matanya masih tertuju pada Selma.
Sementara, Debora merasa kebakaran dalam hati karena Julio yang memperhatikan Selma.
Tak lama kemudian, Damian sang kakak senior menghampiri Selma. Dia duduk di sebelah Selma.
"Hai, Selma, long time no see…" sapa Damian.
Selma mengulas senyum. "Hai, Kak Damian."
"Aku nggak nyangka loh ternyata rambut kamu aslinya secantik ini," puji Damian.
"Makasih, Kak."
"Tapi, nggak cuma rambut kamu deh yang beda."
"Oh ya?"
"Iya, biasanya kalau aku nyamperin atau sekedar nyapa, kamu pasti nggak bales dan langsung lari ke pacar kamu." Damian mengukir senyum miring yang tipis.
"Hehehh, itu karena aku pengen berubah, Kak. Aku udah nggak mau posesif kayak dulu lagi sama pasangan aku dan sampai ngekang dia. Aku juga pengen lebih buka diri untuk temenan sama orang lain."
"That’s great, Selma. Kamu jadi lebih dewasa pemikirannya sekarang."
"Ya gitu deh, Kak, belajar dari hal yang lalu-lalu bikin kita lebih bijak memilih apa yang harus kita lakuin dan nggak perlu dilakuin."
Damian manggut-manggut dengan senyuman yang tak lepas dari bibir.
Mereka lanjut mengobrol soal kondisi Selma. Sementara, Kyrann dan Julio semakin kepanasan di tengah lapangan.
Begitu kelas selesai, Julio menggendong Selma ala bridal style. Langkahnya cepat meninggalkan gimnasium. Kyrann menatap punggung Julio sambil merapikan posisi kacamatanya. Sementara, Debora hanya bisa mengepalkan tangan. Ternyata dia belum sepenuhnya menguasai Julio.
"Kita mau ke mana, babe?" tanya Selma. "Kita harus ganti pakaian, ruangan gantinya udah lewat," protes Selma. Julio tidak menggubris. Cowok berambut lurus itu terus melangkah.
Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah tempat sepi dan tersembunyi di antara belakang gimnasium dan tribun lapangan outdoor.
Julio menurunkan Selma, membiarkan tongkat Selma jatuh ke tanah dan mengurung gadis itu di dinding. Tatapannya tajam penuh amarah. Selma bisa merasakan dinginnya tembok yang menyentuh punggungnya.
Jantungnya berdetak tak karuan menatap Julio yang rahangnya mengeras. "Dia kenapa sih?"
"Apa maksud kamu ngobrol sama cowok lain kayak gitu?" tanya Julio datar.
"Y..ya… nggak ada maksud apa-apa." Selma meremas celana traininggnya.
"Tapi aku perhatiin kamu selalu liatin dia dari tadi." Julio mendekatkan wajahnya.
Selma sedikit memalingkan wajah. "Aku punya mata, jadi aku bisa aja merhatiin siapapun."
"Nggak, Selma, kamu selama ini cuma bisa natap aku lama." Julio lalu mencengkram pundak Selma sampai gadis itu meringis kecil. "Ahh!"
"Kamu mulai tertarik sama cowok lain?"
"Engh… Julio… sakit…"
"See… kamu bahkan nggak manggil baby kayak biasanya."
"Kamu duluan yang manggil nama aku barusan." Selma menghempaskan tangan besar Julio. Dia mengangkat dagunya sedikit mendongak, menatap Julio dengan mata berkilat menantang. "Kamu juga biasa liatin cewek-cewek lain selama ini dan kalau aku cemburu kamu selalu bilang aku posesif dan bilang itu cuma hal sepeleh, CUMA LIATIN, NGGAK ADA APA-APA!" Selma menekankan. "Itu kata kamu!"
"Aku juga cuma liatin Kak Damian doang, nggak punya perasaan apa-apa, harusnya ini nggak jadi masalah."
"…yang masalah itu… kalau kita udah tahu kita punya pasangan, tapi kita diam-diam naruh hati sama orang lain dan bermain di belakang pasangan kita."
Wajah Julio semakin mengetat. Dia kemudian merapatkan badannya ke Selma dan menunduk dalam untuk meraih bibir gadis itu. Tapi, dengan cepat Selma memalingkan wajahnya yang sudah memerah karena amarah.
"Julio kamu ngapain sih!"
"Aku mau cium kamu, babe!"
Selma terus mendorong dada Julio dan akhirnya Julio menjauh dengan sendirinya karena kesal.
"SEE!? Kamu selalu kayak gini tiap aku ngajakin kamu ciuman! Kita udah kenal lama, babe, kita juga udah dijodohkan, tapi kamu selalu nolak buat sekedar ciuman!"
"Seenggaknya kamu bikin hati aku yang cemburu jadi tenang dengan ciuman kamu, but you always like this!"
Selma menatap napasnya yang memburu. Dia lalu menatap Julio. "Nggak semua harus tentang ciuman, kamu juga tahu kalau aku mau kita melakukan hal-hal kayak gitu setelah nikah."
"Emang semua harus tentang kamu, yah, Selma." Julio mendesah kasar, lalu berbalik meninggalkan Selma sendirian di area remang itu.
Sementara Selma dia menelan saliva dan melirik Eri yang sedari tadi hanya menonton sambil makann popcorn hologramnya.
Dan, dibalik dinding lain, ada Kyrann yang bersender. Dia sejak tadi mendengarkan percakapan pasangan kekasih itu.
Kyrann pikir, hubungan Selma dan Julio sudah sejauh apa karena dijodohkan bahkan saat masih dalam kandungan. Tapi, ternyata mereka tidak melakukan apa-apa seperti gaya pacaran anak zaman now.
Dan, entah kenapa Kyrann merasa lega mendapatkan fakta tentang Selma itu.
yg datang kyrann pasti