Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara. Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya.
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Diacuhkan Thania
Keesokan harinya, seperti biasa aktifitas Shaina adalah pergi ke kantor. Hari ini Shaina datang lebih pagi dari biasanya karena dia harus prepare untuk meeting. Seperti biasa dia ditugaskan untuk presentase di depan para peserta rapat. Jadi Shaina harus betul- betul menguasai materi rapat agar di bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sampai di depan lift Shaina bertemu dengan Bimo yang sedang menunggu pintu lift terbuka.
"Hei Bimo..." ucap Shaina sambil menepuk pundak Bimo hingga membuatnya kaget.
"Shaina...mengagetkan saja kau ini...." ucap Bimo. Dan Shaina pun tertawa.
"Tumben pagi- pagi kamu sudah datang...?'' tanya Shaina.
"Iya, kebetulan hari ini aku bangun pagi, jadi berangkat lebih pagi..." jawab Bimo.
"Kamu sendiri kenapa pagi- pagi sudah datang ...?'' tanya Bimo.
"Biasa mau prepare buat rapat..." jawab Shaina.
Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Shaina dan Bimo segera masuk ke dalam lift. Karena hari masih pagi, lift pun kosong, hanya ada mereka berdua saja.
"Sha... Tadi malam kamu lembur sampai jam berapa...?" tanya Bimo.
"Jam delapan..." jawab Shaina.
"Aku masih penasaran deh sama kamu. Sebenarnya apa sih yang membuat kamu kemarin dihukum oleh tuan Sagara...?" tanya Bimo.
"Jadi kamu mau tahu...?'' sahut Shaina. Dan bimo pun mengangguk.
Shaina lalu merangkul pundak Bimo. Kebetulan badan Bimo lebih pendek dari Shaina, jadi saat Shaina merangkul pundak Bimo seperti sedang merangkul adiknya.
"Ayo ceritakan padaku...." ucap.Bimo.
Shaina lalu menceritakan pada Bimo jika saat dia diberi ijin cuti untuk menyembuhkan sakit di pergelangan tangannya, Shaina malah jalan- jalan di mall. Dan apa yang dilakukan oleh Shaina ternyata diketahui oleh Sagara. Jadilah Shaina kena hukuman.
"Hah....? Hahaha..." Bimo tertawa mendengar cerita Shaina.
"Iihhh... Ketawa lagi..." Shaina mencubit pipi Bimo sedangkan tangannya masih merangkul pundak Bimo.
"Aduh...aduh...." Bimo meringis.
"Lagian kamu ada- ada saja, ijin sakit malah keluyuran, ya itulah akibatnya..." ucap Bimo.
"Namanya juga bosan...." sahut Shaina.
"Eh tapi Sya... Kok tuan bisa tahu kamu keluyuran ke mall...? Memangnya dia melihatmu langsung di mall...?'' tanya Bimo.
"Aku juga nggak tahu dia tahu dari mana..." jawab Shaina.
"Berarti kamu lagi apes..." ucap Bimo.
Dan tak lama kemudian pintu lift terbuka. Shaina dan Bimo keluar dari lift dan berjalan menuju ke ruang divisi keuangan masih sambil merangkul pundak Bimo.
"Hei gadis berandal...!'' tiba- tiba seseorang memanggil dengan suara lantang dari arah lift khusus CEO. Shaina dan Bimo yang kaget pun langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang dan ternyata di sana telah berdiri Sagara yang sedang melipat kedua tangan di depan dadanya, dengan sorot mata tajam.
"Tu...tuan..." ucap Shaina dan Bimo.
"Selamat pagi tuan...." ucap Shaina dan Bimo terlihat gugup takut kena marah, walaupun mereka tidak merasa membuat kesalahan.
Sagara maju beberapa langkah mendekat ke arah Shaina dan Bimo.
"Apa- apaan ini....!'' Sagara memenepuk tangan Shaina yang masih berada di pundak Bimo.
Iya, saking tidak fokusnya, Shaina tidak sadar jika tangannya masih ada di pundak Bimo. Shaina segera menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya.
"Apa kalian sedang berkencan...! Ini kantor..! Bukan tempat kencan...! Pagi - pagi sudah mesra- mesraan...." ucap Sagara kesal.
"Pletak...pletak...!'' Sagara menyentil dahi Shaina dan Bimo.
"Auw...." bisik Shaina dan Bimo meringis karena dahinya sakit kena sentil Sagara.
"Tu..tuan..." Shaina dan Bimo mengusap- usap dahinya.
"Kenapa...? Hah...?'' tanya Sagara.
"Kami nggak mesra- mesraan kok..." ucap Shaina. Bimo pun membenarkan ucapan Shaina dengan mengangguk sambil mengusap keningnya.
"Tidak mesra- mesraan bagaimana...? Kamu dengan seenaknya merangkul pundaknya..." sahut Sagara sambil melirik Bimo.
"Perempuan macam apa kamu ini... Tangannya tidak bisa dikondisikan, main rangkul laki- laki sesuka hati..." ucap Sagara pada Shaina.
"Kamu juga... Dirangkul malah diam saja...!'' sambung Sagara pada Bimo kemudian dia kembali menyentil dahi keduanya.
"Pletak...pletak..."
"Auw... Tuan..." Shaina dan Bimo kembali meringis sambil mengusap dahinya.
Sagara menatap keduanya dengan kesal kemudian menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Jangan diulangi lagi...mengerti...?'' ucap Sagara.
"I..iya tuan...." jawab Shaina dan Bimo.
"Dan kamu gadis berandal..." ucap Sagara sambil menunjuk wajah Shaina.
"I..iya tuan..." sahut Shaina.
"Kau sudah persiapkan materi rapat untuk presentase...?'' tanya Sagara.
"Su..sudah tuan..." jawab Shaina.
"Bagus... Persiapkan semuanya. Rapat akan dilakukan pukul sepuluh...'' ucap Sagara.
"Iya tuan..."
"Ingat... Jangan berani mesra- mesraan di perusahaan saya, kalau masih berani melakukannya... nih..." ucap Sagara sambil memperlihatkan jarinya yanh siap untuk menyentil dahi Shaina dan Bimo.
"I... Iya tuan... Kami tidak akan berani melakukannya lagi..." sahut Shaina dan Bimo sambil menutup dahinya dengan telapak tangannya.
"Bagus..." ucap Sagara kemudian dia pergi dari hadapan Shaina dan Bimo menuju ke ruang kerjanya.
"Oh astaga...dahikuuuu...." Bimo memegangi dahinya yang masih terasa panas akibat disentil dua kali oleh Sagara.
"Ah cemen... kamu baru pertama kali disentil kan...? Aku sudah beberapa kali, setiap tuan kesal sama aku...." ucap Shaina.
"Pertama kali juga sakit..." sahut Bimo.
"Lagian dia kenapa sih, kamu kan bukan siapa- siapanya tuan, kenapa dia marah hanya karena kamu merangkul pundakku..? Kecuali kalau yang merangkul pundakku itu nona Thania, wajarlah dia ngambek..." ucap Bimo sambil tersenyum membayangkan jika Thania merangkul pundaknya.
"Yee... Maunya kamu..." Shaina memukul pelan kepala Bimo. Dan Bimo pun nyengir.
"Tapi tuan memang nggak jelas orangnya... Suka marah tanpa sebab. Dasar menyebalkan..." ucap Shaina.
"Ehem.." tiba- tiba suara seseorang berdehem mengagetkan Shaina dan Bimo yang masih berdiri di depan Lift
"Eh...ada sekertaris Jo..." ucap Shaina sambil tersenyum.
"Pagi sekertaris Jo..." ucap Bimo.
"Kalian sedang membicarakan siapa...?'' tanya sekertaris Jo.
"Ehm...enggak kok... Kami tidak membicarakan siapapun. Iya kan Bimo...?'' sahut Shaina.
"I..iya..." jawab Bimo.
Sekertaris Jo menatap wajah Shaina dan Bimo secara bergantian, kemudian tanpa bicara apapun lagi dia berlalu begitu saja dari hadapan Shaina dan Bimo. Shaina dan Bimo pun segera masuk ke tuang divisi keuangan. Dan Shaina segera mempelajari materi rapat hari ini.
Tak lama kemudian, dua sahabat Alvian dan Arsil datang. Dan tak lama kemudian Thania menyusul.
"Selamat pagi nona Thania..." ucap Alvian dan Arsil yang selalu caper pada Thania.
"Pagi..." jawab Thania sambil tersenyum datar ke arah mereka. Thania lalu duduk di meja kerjanya.
"Hai nona Thania..." ucap Shaina sambil tersenyum seperti biasa dan melambaikan tangan kanannya.
Namun Shaina merasa aneh dengan sikap Thania yang tidak seperti biasanya. Iya, Thania terlihat cuek padanya, bahkan dia tidak menyahut sapaannya. Thania malah fokus untuk menyalakan komputernya. Shaina yang merasa diabaikan oleh Thania pun merasa bingung. Shaina lalu kembali fokus pada materi rapat.
Kemudian datang lah Fandi manager divisi keuangan. Mereka menyapa Fandi dan setelah itu Fandi pun masuk ke ruang kerjanya.
Pukul sembilan lebih empat puluh lima menit, sekertaris Jo datang ke ruang divisi keuangan untuk memeriksa persiapan dokumen yang harus dibawa ke ruang rapat.
"Bagaimana persiapannya, ingat ya ini adalah rapat yang sangat penting, jika kita memenangkan tender, perusahaan kita akan untung besar. Namun jika kita kalah tender, kita juga akan rugi besar. Kalian berdua harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin...'' ucap Sekertaris Jo kepada Shaina dan Fandi.
"Baik sekertaris Jo..." ucap Shaina dan Fandi.
Sagara pun datang ke ruang divisi keuangan.
"Kalian sudah siap...?'' tanya Sagara.
"Siap tuan...'' jawab Shaina dan Fandi.
"Ayo kita berangkat..." ucap Sagara.
"Saya ikut...'' ucap Thania sambil bangun dari duduknya.
Sagara dan yang lainnya pun menoleh ke arah Thania.
"Nona... Sebaikanya nona di sini saja, nona bisa membantu pekerjaan Bimo, Alvian dan Arsil..." ucap sekertaris Jo.
"Saya mau ikut rapat..." ucap Thania.
Sekertaris Jo lalu menoleh ke arah Sagara.
"Biarkan dia ikut..." ucap Sagara.
Sagara, sekertaris Jo, Fandi, Shaina dan Thania segera keluar dari ruang divisi keuangan kemudian mereka masuk ke lift untuk turun ke lantai dasar.
"Oh ya ampun..." ucap Shaina.
Mereka yang hendak masuk ke dalam lift tiba- tiba langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Shaina yang ada di barisan paling belakang.
"Ada apa Sha...?'' tanya Fandi yang ada di samping Shaina.
"Ehm..." ucap Shaina sambil menggigit bibir bagian bawah.
"Ada berkas yang ketinggalan..." sambung Shaina.
"Kamu gimana sih, kan tadi saya sudah bilang sama kamu agar dicek semuanya..." Fandi menyalahkan Shaina.
"Iya tapi... Tadi..."
"Hei gadis berandal..." ucap Sagara.
"I..iya tuan..." jawab Shaina.
"Sini..." ucap Sagara sambil menggerakkan telunjuknya agar Shaina mendekat.
Shaina menelan ludah sambil, dia panik karena sudah dipastikan dia akan kena marah bahkan mungkin lebih dari itu. Iya, tentu saja Sagara pasti akan marah karena dia sudah berkali- kali mengingatkan Shaina agar mempersiapkan semuanya dengan baik dan teliti. Namun tetap saja Shaina melakukan kecerobohan.
"Sini..." Sagara mengulangi ucapannya.
"I..iya tuan..." dengan langkah perlahan Shaina melangkah mendekat ke arah Sagara.
Thania, sekertaris Jo dan Fandi menoleh ke arah Shaina.
"Saya sudah berkali- kali ingatkan padamu kan gara tidak ceroboh. Tapi kamu tidak pernah mendengarkan perkataan saya. Kau tetap saja ceroboh..." ucap Sagara.
"Ma...maaf tuan..." sahut Shaina.
Tangan kiri Sagara lalu memegang dahi Shaina kemudian tangan kanannya menyentil dahinya.
"Pletak..."
"Auw....ssshhhttttt...." Shaina meringis sambil memegangi dahinya yang panas terkena sentilan.
Melihat hal itu sekertaris Jo nampak menghela nafas. Sedangkan Thania hanya menatap datar keduanya.
"Kenapa berkas penting bisa kamu lupakan sedangkan boneka ini tidak pernah kamu lupa bawa ke mana kamu pergi..." ucap Sagara sambil mengambil boneka kesayangan Shaina dari tangannya.
"Ma..maaf tuan..." sahut Shaina sambil mengusap dahinya yang masih sakit.
"Cepat ambil berkasnya...saya hitung sampai tiga puluh detik. Kalau dalam tiga puluh detik kamu belum kembali, kamu akan saya sentil lagi...'' ucap Sagara.
"Ba...baik tuan..." Shaina segera lari kembali ke ruang divisi keuangan untuk mengambil berkas yang ketinggalan.
Sementara itu Sagara menatap boneka kesayangan Shaina yang ada di tangannya. Sagara mengeleng- gelengkan kepalanya dan tersenyum sinis ke arah boneka lusuh tersebut.
Dan di samping , Thania terus menatap wajah Sagara. Entah apa yang ada di pikiran Thania, tapi yang jelas raut wajah Thania menggambarkan rasa tidak suka.
Tidak sampai tiga puluh detik, Shaina pun kembali dengan membawa berkas yang ketinggalan. Iya, tentu saja, Shaina lari dengan cepat sehingga dia bisa datang tepat waktu.
"Tuan.. Berkasnya sudah saya ambil. Saya bisa mengambil dengan tepat waktu kan...'' ucap Shaina.
Sagara melirik sekilas ke arah Shaina kemudian dia menghela nafas.
"Ayo berangkat..." ucap Sagara.
"Ta..tapi tuan..." sahut Shaina.
"Apa lagi...? Apa ada yang ketinggalan lagi...?'' tanya Sagara.
"Ti..tidak... Ta..tapi itu boneka saya..." jawab Shaina sambil menunjuk boneka yang ada di tangan Sagara.
Namun Sagara bukannya mengembalikan bonek lusuh itu , tapi dia malah memasukkan boneka itu ke dalam saku jasnya. Kemudian Sagara masuk ke dalam lift diikuti oleh sekertaris Jo dan yang lainnya. Thania yang melihat apa yang dilakukan oleh Sagara terhadap boneka Shaina pun terlihat sedikit kesal. Iya, Thania merasa apa yang dilakukan oleh Sagara kepada Shaina terlalu berlebihan dan tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang CEO kepada bawahannya.
Iya, mungkin di mata orang lain yang melihat sikap Sagara kepada Shaina adalah bentuk dari ketegasan seoarang bos kepada bawahan, karena jelas di situ Sagara terlihat galak kepada Shaina hingga menyentil dahinya. Tapi tidak dengan mata Thania. Menurutnya apa yang dilakukan oleh Sagara kepada Shaina agak aneh dan janggal.
"Kenapa kamu masih di situ, ayo cepat masuk..." ucap Sagara yang sudah berada di dalam lift, sedangkan Shaina masih bengong di luar lift.
"I..iya tuan..." Shaina segera masuk ke lift.
Di dalam lift Shaina dan Fandi berdiri di belakang, Sagara, Thania dan sekertaris Jo.
Thania yang ada di samping Sagara sesekali melirik ke arahnya. Namun seperti biasa Sagara terlihat bisa saja dengan wajah tanpa ekspresi.
Sampailah mereka di parkiran mobil. Sekertaris Jo membukakan pintu mobil untuk Sagara. Begitu juga dengan Shaina yang membuka pintu, dia hendak masuk ke mobil Sagara. Namun dengan tiba-tiba Thania menyerobot masuk ke dalam mobil Sagara terlebih dulu dengan sedikit menyenggol pundak Shaina.
Shaina pun menoleh ke arah Shaina yang sejak di ruang kerja tadi merasa aneh dengan sikap Thania.
"Shaina... Naiklah di depan..." ucap sekertaris Jo.
"Ba..baik ..." Shaina segera naik ke mobil duduk di samping sekertaris Jo. Sedangkan Fandi seperti biasa naik mobil sendiri.
"Oh ya ampun... Apa yang kamu lakukan Shaina, kenapa kamu dengan pedenya mau duduk di samping tuan Sagara, apa kamu tidak lihat ada nona Thania..iih dasar bodoh..." batin Shaina kesal pada dirinya sendiri.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Rapat pun dimulai, dan tibalah Shaina untuk presentase. Dan di saat itulah Thania kembali dibuat tidak nyaman oleh sikap Sagara terhadap Shaina. Iya, selama Shaina melakukan presentase, Sagara terus menatap wajah Shaina bahkan nyaris tanpa berkedip.
Thania mengepalkan kedua telapak tangannnya yang berada di bawah meja rapat. Nafas Thania memburu
"Kenapa kamu melihat Shaina seperti itu kak...? Apa yang ada di dalam pikiran kamu...?'' ucap Thania sambil mengeratkan kepalan tangannya.
Bersambung....
ta ttp aja jadi gosip orang ga ada yg tau kalau kamu mudah berpisah hemmmmm memang 1/2 ons susah ga mau upgrade 😂😂
ini juga tuan saga aja yg masih stuck di 1/2 ons 🤦🤦🤦
Dih dulu nolak Sekarang cemburu Thania...Thania..
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
eh, sekarang dia yg cemburu sagara dekat dengan shania .. tapi kalau memang sagara mulai ada rasa dengan shania, segeralah urus perceraian resmimu dengan thania biar dia nyesek telah menolak dirimu.