Arga, seorang remaja yang lahir dari darah daging ayahnya sendiri, tumbuh di rumah besar yang justru terasa asing baginya. Kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi penjara dingin — penuh tatapan acuh, hinaan, dan kesepian.
Ayah yang dulu ia panggil pelindung kini tak lagi memandangnya. Cinta dan perhatian telah dialihkan pada istri baru dan anak-anak tiri yang selalu dipuja. Sementara Arga, anak kandungnya sendiri, hanya menjadi bayangan yang disuruh, diperintah, dan dilukai tanpa belas kasihan.
Namun di balik luka dan penghinaan yang menumpuk, Arga menyimpan api kecil dalam hatinya — tekad untuk bertahan, dan bangkit dri penderitaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Resepsi Kemenangan
Tiga bulan berlalu setelah Bulan Madu. Skandal Tuan Haryo mereda, tetapi ketegangan politik tetap tinggi. Arga dan Laila, yang kini secara terbuka diakui sebagai pasangan menikah, merencanakan resepsi pernikahan mereka. Mereka memilih Central Data Tower Nusantara yang hampir selesai sebagai lokasi—sebuah deklarasi simbolis tentang fondasi hubungan dan proyek yang kokoh.
"Dina, pastikan setiap sudut Tower memiliki jammer anti-siber yang disamarkan sebagai dekorasi," perintah Arga kepada kepala teknisnya, yang kini bertindak sebagai Wedding Organizer sekaligus Kepala Keamanan Tertinggi.
"Sistem keamanan sudah terenkripsi 512-bit, Tuan Alpha," lapor Dina, tampak lelah tetapi penuh semangat. "Tapi daftar tamu VIP... itu adalah area rawan terbesar kita."
Laila melihat daftar tamu. Hampir semua musuh dan skeptis mereka diundang. Perwakilan Dewan Proyek, politisi yang terkait Tuan Haryo (kini dalam pengawasan), perwakilan Kejagung, dan bahkan Ayah Arga (Rendra) dan Ayah Vino (Tuan Dharma), yang diizinkan hadir di bawah pengawasan ketat, sebagai simbol 'rekonsiliasi'.
"Aku ingin mereka semua ada di sana," kata Laila, suaranya dingin dan tegas. "Aku ingin mereka menyaksikan bahwa mereka tidak berhasil menghancurkan kami. Ini bukan hanya resepsi pernikahan. Ini adalah Resepsi Kemenangan Integritas."
"Dan aku ingin mereka melihat cincin di jarimu," tambah Arga, mencium tangan Laila. "Cincin itu adalah signature kami. Tidak ada yang bisa menggantinya."
Arga menambahkan satu detail lagi. "Pastikan ada display hologram besar di ruang resepsi. Tampilkan kode AI Logic Nusantara di latar belakang. Tapi pastikan itu adalah dummy code. Core code yang sebenarnya harus terisolasi total."
Malam itu, Central Data Tower Nusantara bermandikan cahaya. Ruang resepsi di puncak tower menawarkan pemandangan kota yang menakjubkan. Laila, mengenakan gaun pengantin yang elegan (bukan power suit), tampak bersinar. Arga, mengenakan tuxedo putih, berdiri di sampingnya. Mereka adalah simbol power couple yang tak terkalahkan.
Saat tamu-tamu VIP tiba, suasana tegang terasa.
Tuan Dharma dan Rendra: Mereka hadir dengan wajah kaku. Rendra terlihat lelah tetapi matanya memancarkan rasa bersalah saat melihat Arga dan Laila. Tuan Dharma, meskipun sedang diselidiki, mempertahankan sikapnya yang sombong.
"Selamat, Laila," kata Tuan Dharma, mencoba tersenyum. "Kau adalah arsitek yang brilian. Kau benar-benar berhasil membersihkan Nusantara."
"Terima kasih, Tuan Dharma," balas Laila, sopan. "Semua berkat bimbingan Anda dan keberanian Suami saya untuk membongkar kebenaran." Laila menekankan kata Suami saya dan kebenaran.
Rendra hanya menatap Arga. "Kau menang, Arga. Kau berhasil merebut segalanya dariku."
"Saya tidak merebut, Ayah," balas Arga, tenang. "Saya hanya membangun fondasi yang jujur. Itu yang seharusnya Anda ajarkan pada saya."
Sekutu Tuan Haryo: Beberapa politisi yang terkait skandal Tuan Haryo mencoba mendekati Laila.
"Selamat, Nyonya Wardhana. Kami berharap Anda tidak membawa dendam lama. Kami ingin mendukung Nusantara di bawah kepemimpinan Anda," kata salah satu politisi.
"Tentu saja," balas Laila, senyumnya tidak sampai ke mata. "Saya tidak punya dendam. Saya hanya punya transparansi. Dan saya akan memastikan setiap supplier dan dana yang masuk ke Nusantara dapat diakses publik. Karena suami saya mengajari saya untuk selalu mengenkripsi integritas."
Saat pesta mencapai puncaknya, Dewan Proyek memberikan pidato selamat. Di belakang mereka, layar hologram menampilkan kode AI Logic Nusantara—seperti yang diminta Arga, dummy code yang cantik.
Tiba-tiba, lampu di ruangan berkedip. Display hologram kode itu mulai berkedip liar, dan teks-teks aneh muncul di layar.
PESAN DI LAYAR: "KODE INI ILEGAL. PROYEK INI HARUS DIHENTIKAN. PEMILIK ASLI KODE MENGAMBIL KEMBALI KEPEMILIKAN!"
Semua tamu panik. Ini adalah serangan siber langsung ke jantung resepsi.
Arga segera meraih Laila, sementara Dina dan tim keamanannya bergegas.
"Mereka menyerang display! Bukan core kita! Mereka mencoba menciptakan kekacauan dan keraguan," kata Arga, tenang. "Ini adalah serangan psikologis."
Namun, salah satu politisi senior, Bapak Tirta, yang selama ini diam, maju ke depan.
"Nyonya Wardhana! Tuan Wardhana! Kode di layar itu adalah bukti bahwa kode yang kalian gunakan adalah curian! Saya, sebagai perwakilan dari Jaringan Integritas, menuntut Dewan segera membatalkan kontrak Nusantara dan menyerahkan proyek ini kepada pihak yang benar-benar bersih!"
Bapak Tirta menunjuk ke arah Arga. "Tuan Alpha adalah kriminal! Dia dan istrinya harus ditangkap!"
Ini bukan serangan siber. Ini adalah serangan legal-politik yang menggunakan timing serangan siber untuk menciptakan kepanikan.
Laila dan Arga saling pandang. Ini adalah momen yang mereka tunggu.
Arga maju ke depan, mematikan mikrofon Chairman Dewan, dan memegang mikrofon itu. Keheningan segera menyelimuti ruangan.
"Bapak-bapak dan Ibu-ibu," kata Arga, suaranya tenang dan berwibawa. "Serangan ini adalah upaya terakhir dari mereka yang takut pada transparansi dan integritas."
Arga menatap Bapak Tirta. "Anda menuduh kami menggunakan kode curian. Anda menuduh saya kriminal."
Arga menoleh ke layar, yang masih menampilkan tulisan kode ilegal.
"Kode yang Anda lihat di layar itu, Bapak Tirta, memang ilegal," Arga mengakui. "Karena itu adalah dummy code yang saya tanam sebagai umpan. Tapi kode yang sebenarnya? Itu sah, bersih, dan tidak tersentuh."
Arga menoleh ke Laila. Laila tersenyum. Ia maju, dan Arga memberikan mikrofon itu kepadanya.
"Bapak-bapak, perkenalkan diri saya sekali lagi," kata Laila, suaranya tegas, penuh otoritas. "Saya, Laila Diandra, adalah Arsitek Utama Nusantara."
Laila menunjuk ke layar hologram yang kini padam. "Kode AI Logic yang sebenarnya, yang mengendalikan setiap fondasi dan server di kota ini, adalah kode yang didaftarkan secara legal atas nama saya, Laila Diandra, sebagai developer tunggal."
Laila mengangkat tangannya, memperlihatkan cincin pernikahan Arga.
"Dan saya, Laila Diandra Wardhana, telah memastikan bahwa Proyek Nusantara tidak bisa disentuh oleh intrik politik mana pun. Karena kami telah memisahkannya dari semua jaringan lama, termasuk jaringan yang Anda wakili, Bapak Tirta."
Laila mengeluarkan flash drive kecil dari gaunnya (yang diam-diam diselipkan Arga) dan mencolokkannya ke port darurat di podium.
Display hologram itu kembali menyala. Kali ini, ia menampilkan satu baris kode yang memancarkan cahaya keemasan:
LailaWardhana.AI.PureCode final signature
Kode ini adalah kunci terakhir yang membuktikan AI Logic Nusantara murni dan bebas dari korupsi Tuan Dharma, Rendra, Vino, dan semua yang berusaha menjebak kami," kata Laila. "Ini adalah fondasi legal dan teknis dari Nusantara. Dan sekarang, Dewan, Kejagung, dan publik, silakan verifikasi kebenarannya."
Bapak Tirta dan sekutunya pucat, menyadari mereka telah jatuh ke dalam jebakan terakhir Arga dan Laila. Serangan mereka hanya menjadi panggung untuk pengumuman kemenangan pasangan itu.
Dewan Proyek, melihat signature kode yang bersih itu, segera menyetujui pernyataan Laila. Arga dan Laila, dengan bukti sah kode di tangan Laila, kini menjadi pemilik tak terbantahkan dari Proyek Nusantara.
Resepsi pernikahan kembali ke mode perayaan. Musik dimainkan, dan para tamu, yang tadinya tegang, kini memberikan standing ovation untuk pasangan yang berhasil mengalahkan korupsi.
Arga menarik Laila ke tengah dance floor. Mereka menari di bawah display yang kini menampilkan signature code mereka yang bersinar.
"Kau luar biasa, Istriku," bisik Arga, memeluk Laila erat-erat. "Kau adalah arsitek, hacker, dan Queen yang paling brilian."
"Hanya karena aku punya King yang membuatku berani," balas Laila, tersenyum.
Di sudut ruangan, Rendra dan Tuan Dharma melihat Arga dan Laila menari. Mereka melihat kegagalan mereka dan kemenangan generasi baru.
"Dia benar-benar menang," bisik Rendra kepada Tuan Dharma. "Dia membangun fondasinya sendiri."
Arga dan Laila menari. Di jari Laila, cincin pernikahan mereka bersinar.
"Semua sandiwara sudah selesai, Laila," kata Arga, menatap mata istrinya. "Tidak ada lagi Tuan Alpha atau Ratu Nusantara. Hanya ada kita."
"Hanya Arga dan Laila Wardhana. Mitra Abadi," balas Laila.
Mereka berciuman, di tengah perayaan yang kini terasa lebih manis dari kemenangan politik mana pun. Nusantara, kota masa depan, akhirnya memiliki fondasi yang kokoh, baik secara struktur maupun cinta.
Dihina, disakiti, diabaikan — hingga akhirnya ia memilih pergi, membawa luka yang berubah jadi kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, dunia berbalik.
Anak yang dulu diremehkan, kini berdiri di atas cahaya keberhasilannya.
mari masuk ke dunia Tuan alfa