Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI PERTAMA IRMA
"Iya engga apa-apa. Yang penting aku sudah masak Mas." Nadin menghampiri suaminya dengan dua cangkir kopi susu yang baru selesai ia buat, ia duduk di seberang Reno yang sudah mengambil piring untuk diisi nasi. "Oh iya Mas, aku sudah dapat pembantu. Rencananya besok sudah bisa langsung kerja. " Imbuh Nadin.
"Siapa, kamu ada kenalan? " Reno memandangi istrinya.
"Ada tetangga sini, kasihan dia tinggal sendiri terus pas aku bilang lagi nyari pembantu di menawarkan diri. " Cerita Nadin dengan tangan yang sibuk mengisi piringnya.
"Kamu udah lama kenal sama dia? " Tanya Reno memastikan lagi karena takut jika istrinya itu gampang percaya dengan seseorang.
"Em, belum. Baru dua kali ini au ketemu. " Nadin berhenti sebentar untuk memandang ke arah suaminya.
"Jangan gampang percaya dengan orang baru sayang, kita kan engga tau dia aslinya bagaimana. Apa lagi ini baru ketemu dua kali. " Nasehat Reno karena ia takut justru istrinya itu bertemu orang yang akan merugikannya.
Tadinya Reno berencana untuk mencari pembantu dengan bertanya-tanya dengan orang sini terlebih dahulu, tapi istrinya keburu sudah bertemu seseorang yang menawarkan dirinya sendiri untuk bekerja dan istrinya mungkin tanpa pertimbangan langsung menyetujuinya.
"Dia kelihatan baik Mas, semoga saja benar-benar begitu. " Jawab Nadin mencoba meyakinkan.
Reno mencoba percaya dengan pilihan istrinya, jika istrinya cocok maka tidak masalah baginya. Obrolan mereka terus berlanjut mengenai beberapa hal, Reno juga sesekali menceritakan keadaan toko hari ini sampai mereka selesai dengan makan malam mereka.
...****************...
Nadin bangun jam lima pagi, ia memang sengaja bangun lebih pagi sebelum Irma datang. Sembari menunggu kedatangan Irma, Nadin menyiapkan sayuran yang akan ia masak untuk di jadikan sarapan. Tidak lama dari arah halaman depan ada orang yang memanggilnya, dari suaranya Nadin bisa menebak jika itu adalah suara dari Irma.
Sebelum keluar untuk menyambutnya, Nadin melirik sebentar jam di ponselnya yang baru menunjukkan pukul enam kurang tapi Irma sudah datang saja padahal kemarin ia menyuruhnya datang jam enam saja takut terlalu kepagian untuk Irma.
"Masuk Irma, kamu kok pagi sekali datangnya? " Nadin membuka pintu dan terlihat Irma yang sudah berada di teras karena sebelumnya Nadin sudah membuka pagar depan.
"Iya engga apa-apa Mbak, hari pertama saya ingin datang lebih pagi. " Jawab Irma denga wajah tersenyum.
Nadin mempersilahkan masuk dan mengajaknya berkutat di dapur, ia menjelaskan apa saja yang harus di kerjakan selama di tinggal bekerja. Untungnya Irma sudah terbiasa memasak sehingga ia bekerja di situ tidak hanya untuk beres-beres saja. Setelah menjelaskan kepada Irma, Nadin kembali menuju kamar untuk membangunkan suaminya.
Saat sampa di kamar ternyata suaminya sudah bangun dan sedang bermain ponsel dalam keadaan masih tiduran. Nadin menghampirinya dan ikut merebahkan diri di samping sang suami.
"ART-nya sudah datang?" Reno melihat istrinya yang menarik lengannya untuk di jadikan bantalan.
"Sudah, dia lagi aku suruh buat memasak buat sarapan. Oh iya, tadi pagi aku dapat pesan dari mama katanya nanti sore mau datang kesini. " Ujar Nadin sembari menutup matanya yang sedikit merasakan kantuk.
"Oh ya? Jam berapa mama datang kesini, nanti biar kita pulang lebih awal. " Tanya Reno menatap sang istri tiduran di atas lengan kirinya.
"Tidak apa-apa nanti kita pulang jam enam, kan di rumah sudah ada Irma, aku tadi juga sudah ngomong ke mama. " Nadin membuka matanya untuk menjawab suaminya.
Reno hanya berdehem saja untuk mengiyakan. Setelah pukul setengah tuju mereka baru ke luar dari kamar dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Di dapur, Irma juga sudah siap dengan yang ia kerjakan, Nadin bisa melihat masakan yang ia minta di buatkan sudah terhidang di meja makan. Reno yang akan berjalan ke arah kamar mandi menyapa Irma terlebih dahulu untuk berkenalan, ia tidak bisa seramah Nadin jika pada orang yang berbeda lawan jenis. Reno justru terkesan cuek menanggapi keberadaan Irma apalagi saat ia mengetahui jika ART-nya itu hampir seumuran dengan istrinya.
"Irma, aku berangkat dulu ya. Jangan lupa kamu sarapan, ambil aja makana apa yang kamu suka. " Ujarnya Nadin sebelum berangkat.
"Baik Mbak, hati-hati di jalan. " Irma menghentikan pekerjaannya untuk menjawab seruan dari Nadin.
Setelah itu Nadin dan suaminya berangkat, Reno terlebih dahulu mengantar istrinya itu ke toko baru dirinya menuju ke toko ponsel miliknya sendiri.
Nadin membuka gembok pintu tokonya, toko dengan nuansa coklat susu itu sudah ia jalankan sendiri sejak tiga tahun ini. Sedari kecil Nadin sangat suka ketika melihat mamanya membuat roti, sehingga ia sering meminta untuk di ajari. Mamanya mendukung penuh kesukaan anaknya itu, ia juga di sekolahkan di kejuruan tata boga seperti keinginan Nadin.
Sampai akhirnya Nadin yang sudah remaja semakin sering membuat roti dan kue, bahkan ia berani membawanya ke sekolah untuk ia jual tanpa merasa malu. Dari situ kedua orang tuanya memberikan modal setelah ia lulus sekolah untuk merintis usahanya. Awal-awal toko buka ia masih di bantu ibunya untuk membantunya sampai akhirnya ia memilih menjalankannya sendiri. Nadin juga tidak bersedia saat akan di carikan seorang karyawan untuk membantunya, menurutnya ia lebih suka jika mengurus tokonya sendirian meskipun terkadang sedikit kualahan juga ketika sedang rame.
Nadin mengelap etalase toko sebelum ia menjajarkan roti-roti dagangannya, ia melirik sebentar jam dinding yang masih pukul setengah delapan masih ada setengah jam lagi untuknya bersiap-siap sebelum membuka toko.
"Astaga kok aku lupa bilang Irma kalo mama nanti mau datang ya, lupa engga minta nomor ponselnya juga. " Nadin menepuk dahinya pelan.
...****************...
Sore harinya sebuah mobil sedan hitam memasuki halaman rumah Nadin, Irma yang mendengarnya buru-buru menghampiri ke halaman depan. Seorang wanita berjalan mengikuti mobil yang berjalan masuk, sepertinya ia yang membukakan pagar depan agar mobil itu bisa lewat.
Wanita itu berjalan terlebih dahulu untuk menghampiri Irma yang berdiri menatap heran pasalnya ia tidak di beritahu oleh Nadin jika hari ini akan ada yang datang. Meskipun begitu Irma tetap berlaku sopan, ia tersenyum dan sedikit menunduk untuk menyambut tamu tersebut.
"Kamu ART barunya Nadin ya, saya mamanya dan ini papanya Nadin. " Ujar wanita itu memperkenalkan diri dan juga pria yag baru keluar dari mobil.
"Benar Buk, nama saya Irma. Saya baru bekerja hari ini, mari Buk kedalam. " Irma mempersilahkan kedua orang tua Nadin masuk ke dalam.
"Saya tinggal kebelakang dulu ya Buk, Bapak sama Ibuk mau saya buatkan minum apa? " Irma menawarkan mereka berdua yang tengah duduk di sofa.
Jangan lupa tinggalkan like and comment ya, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅