NovelToon NovelToon
OB Cantik Kesayangan Tuan Kenzo

OB Cantik Kesayangan Tuan Kenzo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ersy 07

Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencuri Tampan

  Tidak sampai 10 menit Gendhis sudah selesai malan dan sebagian makanan yang masih ada ia sengaja sisihkan dan disimpan didalam paperbag kembali. "Alhamdulillah kenyang" ucap Gendhis seraya mengelus perutnya yang sedikit buncit. Sebelum pergi Gendhis membersihkan meja meskipun tidak ada noda apapun diatasnya. "Pak bos, saya sudah selesai dan saya mau kembali kerja" ucap Gendhis saat ini sudah berdiri didepan meja kerja Kenzo. Kenzo yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya langsung menghentikan gerakan jarinya yang sejak tadi sibuk mengetik sesuatu. "Sebentar" jawab Kenzo singkat seraya mengambil ponselnya yang berada tidak jauh dari jangkauannya. "Sebutkan butuh berapa biaya untuk belanja selama 1 bulan memasakkan bekal makan siang untuk saya" tanya Kenzo menatap Gendhis sekilas. Gendhis yang ditanyai hanya melongo mendengar perkataan bosnya barusan. "Sebentar pak, maaf bukannya perjanjian awal hukuman saya hanya 1 Minggu kenapa sekarang berubah menjadi 1 bulan??" Tanya Gendhis bingung. Kenzo yang mendengar perkataan Gendhis expresi wajahnya langsung berubah dingin. "Apa kamu lupa atau pura pura lupa nona Gendhis?!" sahut Kenzo dengan nada menyindir. "Bukan gitu pak, saya taunya hanya 1 Minggu hukuman saya dan untuk perkataan anda tadi saya anggap hanya bercanda pak" ucap Gendhis. "Tapi dalam kampus hidup saya tidak ada yang namanya bercanda apapun yang saya katakan mutlak harus dilakukan, mengerti nona Gendhis?!" jawab Kenzo dengan tatapan mata tajam setajam silet. " Tap.. tapi pak..." belum selesai Gendhis berbicara Kenzo langsung mengangkat sebelah tangannya pertanda Gendhis disuruh berhenti berbicara. "Tidak ada penolakan, jalani hukumanmu atau silahkan angkat kaki dari perusahaan saya!" ucap Kenzo tegas dengan tatapan tajam. "Ba..baik pak, saya akan lakukan hukuman saya" jawab Gendhis mengalah dari pada dipecat. "Nah gitu kan bagus, sekarang sebutkan butuh uang berapa untuk belanja selama sebulan untuk bekal saya?" tanya Kenzo seraya membuka aplikasi m-banking miliknya. "Saya tidak tau pak, terserah pak bos mau memberi uang berapa nanti saya akan pergunakan sebaik baiknya" jawab Gendhis. " Berapa nomor rekeningmu?" tanya Kenzo. Gendhis langsung menyebutkan nomor rekening miliknya. Tanpa mengatakan apapun Kenzo segera mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening Gendhis. "Ting" terdengar notifikasi pesan masuk di ponsel Gendhis. Namun Gendhis sengaja tidak melihat isi pesan tersebut karena saat ini waktu istirahat sudah habis. Gendhis segera pamit kepada bosnya untuk kembali kerja dan Kenzo hanya mengangguk kepalanya. Gendhis yang sudah keluar dari ruangan bosnya, segera berlari memasuki lift kusus karyawan dengan tangan membawa paperbag berisi makanan. Sebelum kembali bekerja Gendhis menyempatkan pergi ke loker untuk meletakkan paperbag kedalam loker.

    Sedangkan putri sudah melanjutkan pekerjaannya seraya menunggu kedatangan Gendhis. Dari jauh Putri melihat temannya berjalan mendekatinya. Putri menyambut Gendhis dengan wajah kawatir sekaligus lega akhirnya temannya sudah kembali. "Gendhis kamu enggak kenapa napa kan?, pak Kenzo enggak ngapa ngapain kamu kan?" tanya Putri secara beruntun. Gendhis yang tadinya tersenyum melihat temannya namun senyumannya kembali redup saat temannya menyebut nama bosnya. "Aku enggak apa apa kok, yaudah ayo kita kerja lagi" ajak Gendhis mengalihkan pembicaraan mereka. Beruntung Putri nurut dan enggak banyak tanya. Akhirnya 2 gadis cantik tersebut melanjutkan pekerjaan mereka dengan tenang tanpa obrolan.

    Sedangkan Kenzo setelah kepergian Gendhis tiba tiba expresi wajahnya berubah dingin lagi. Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar "Masuk" sahut Kenzo. Sean masuk dengan membawa tumpukan berkas penting yang harus ditandatangani Kenzo selaku CEO. "Sean apa saja jadwalku hari ini?" tanya Kenzo seraya membuka lembaran berkas untuk ditandatangani. "Jadwal anda hari ini ada pertemuan dengan Pak Tian jam 10 pagi di restoran Melati" jawab Sean. " Hem, baiklah kamu boleh keluar" ucap Kenzo kembali fokus dengan pekerjaannya.

                      >>>>>>>>>

   "Bu, pak Farel berangkat sekolah dulu assalamualaikum.." ucap Farel berpamitan mencium punggung tangan kedua orang tuanya sebelum berangkat sekolah. "Loh Farel kok berangkat duluan nak, kamu enggak bareng bapak saja??" tanya Bu Halimah saat melihat putranya sudah bersiap berangkat sekolah. " Enggak buk, Farel berangkat sekolahnya bareng sama temen Farel, tuh anaknya sudah nungguin didepan" jawab Farel seraya menunjuk seseorang remaja manis bernama Danis teman sekelas Farel. " Oh yaudah kalau gitu, kamu dan temanmu hati hati dijalan ya nak" pesan Bu Halimah sebelum anaknya keluar rumah. "Iya bu, assalamualaikum.." pamit Farel tersenyum simpul. " Wa'alaikum salam.." jawab Bu Halimah mengantarkan putranya sampai teras rumah. "Bude kami berangkat dulu assalamualaikum " pamit Danis teman Farel. " Iya nak, wa'alaikum salam hati hati ya bawa sepedanya" ucap Bu Halimah tersenyum. "Siap bude" jawab Danis tersenyum. Bu Halimah menatap kepergian anaknya dengan tatapan sendu " Maafkan kami belum bisa membelikan sepeda untukmu nak, insya Allah kalau bapak dan ibu sudah ada tabungan pasti kami akan belikan sepeda untukmu" gumam Bu Halimah. Sedangkan Bu Dina melihat tetangga samping rumahnya dengan tatapan mengejek "Mangkanya Bu Halimah belikan sendiri sepeda untuk Farel, masak sering numpang sana temannya. Kan kasihan Danis Bu, rumahnya jauh loh apalagi harus jemput Farel juga" sindir Bu Dina dengan nada sinis. "Maaf Bu Dina, bukannya kami enggak mau belikan sepeda untuk Farel tapi memang kami belum punya tabungan cukup untuk beli sepeda untuk Farel" jawab Bu Halimah kalem. "Masak sih enggak punya uang, bukannya anakmu Gendhis kerja dikota besar. Manfaatkan dong anakmu, kan pasti udah gajian" sinis Bu Dina. Bu Halimah tidak menjawab perkataan tetangganya, wanita paruh baya tersebut hanya tersenyum kecil meskipun dalam hati mulai kesal dengan perkataan tetangganya. "Maaf Bu Dina, saya tinggal dulu mau lanjut bersih bersih" ucap Bu Halimah langsung masuk kedalam rumahnya. "Oh dasar, dibilangin kok malah pergi" gerutu Bu Dina seraya masuk kedalam rumahnya.

Pak Dedi yang mendengar ribut ribut dari luar rumah hanya bisa menghela nafas panjang, ia tau siapa biang masalah diluar kalau bukan istrinya sendiri. Terkadang pak Dedi heran dengan sikap istrinya, dulu istrinya adalah wanita anggun dan lembut. Namun sejak istrinya tau bahwa dimasa lalu Bu Halimah dan dirinya adalah mantan kekasih sejak saat itu sikap istrinya berubah drastis. Bu Dina sering kali merasa cemburu berlebihan dan sering kali bersikap tidak baik dengan keluarga Bu Halimah terutama kepada Bu Halimah. Lamunan pak Dedi buyar saat mendengar suara pintu ditutup cukup keras "Brakk". "Astaghfirullah Buk!!, ada apa lagi sih buk?, enggak capek apa hampir setiap hari kamu marah marah enggak jelas kayak gitu. Bapak sampai enggak enak sama para tetangga dengan sikap ibu yang sering kali bertengkar dengan keluarga pak Hasan. Tolong bu jangan bersikap seperti itu, lagi pula apasih yang membuat kamu begitu membenci Bu Halimah. Dia enggak salah apa apa sama kita, dia orang baik sama semua tetangganya termasuk sama kita juga" tegur pak Dedi kepada istrinya. Bu Dina yang mendengar suaminya membela Bu Halimah hatinya terasa sakit sekaligus kecewa dengan sikap suaminya. "Bela terus mantan kamu itu, toh sejak dulu sampai sekarang dia adalah wanita yang selalu kamu cintai. Ingat ya pak, dulu kamu yang melamar aku untuk menjadi pendampingmu bukan aku yang mengejar ngejar cintamu. Kalau aku tau disini tempat tinggal mantanmu kekasihmu aku pasti menolak ajakanmu membangun rumah dikampung ini. Aku benci Halimah, setiap melihat wajah Halimah mengingatkan aku tentang hubunganmu dengan kamu pak huhuhu... " tangis Bu Dina pecah ia menangis dengan memegang dadanya yang terasa sesak. Pak Dedi langsung membantu istrinya duduk disofa dan segera mengambilkan segelas air putih untuk istrinya. "Minum dulu buk" ucap pak Dedi menyodorkan segelas air putih kepada istrinya. Dan Bu Dina menerima gelas yang berisi air putih tersebut langsung ia minum hingga air tersisa setengah gelas. Pak Dedi meletakkan gelas tersebut diatas meja " Sekarang ibu istirahat dulu ya, biar bapak ambilkan sarapan untuk ibu" ucap pak Dedi lembut. "Enggak usah, ibu enggak lapar" tolak Bu Dina langsung bangun dari duduknya berjalan masuk kedalam kamarnya. Pak Dedi yang melihat sikap istrinya hanya bisa mengelus dadanya "Seandainya kamu tau Bu, aku sudah lama mengikhlaskan Halimah menikah dengan Hasan. Karena pria brengsek inilah yang dulu meninggalkan wanita yang dicintainya. Namun setelah aku tau bahwa Hasan adalah pria yang tepat untuk Halimah aku mulai ikhlas merelakan Halimah dimiliki orang lain. Aku pun sudah terlanjur menikahi kamu karena perjodohan kedua orang tua kita" ucap pak Dedi dalam hati.

\>\>\>\>\>\>\>\>\>

Malam harinya Gendhis sudah selesai memasak untuk makan malam bosnya. Ada beberapa hidangan yang disajikan diatas meja. Gendhis sengaja menunggu kedatangan bosnya baru ia pamit pulang. Sebenarnya ia bisa saja langsung pulang namun Gendhis tidak memiliki keberanian meninggalkan apartemen sebelum bosnya datang. 1 jam berlalu 2 jam berlalu namun belum ada tanda tanda bosnya datang namun Gendhis masih sabar menunggu kedatangan bosnya. Hingga jam menunjukkan pukul 10 malam Gendhis tertidur diatas sofa sangking lelahnya ia tidak sadar tertidur pulas diatas sofa.

"Ceklek" pintu terbuka nampak wajah lelah Kenzo saat masuk kedalam apartemen namun saat membuka pintu hal pertama yang ia lihat adalah seseorang tidur diatas sofa. Kenzo paling tidak suka jika sofa kesayangannya dipakai tidur. Namun entah mengapa melihat wajah lelah gadis cantik tersebut yang saat ini tertidur pulas membuat amarahnya hilang dalam sekejap. Kenzo melangkah pelan mendekati sofa yang terdapat seseorang yang beberapa hari ini sering kali menganggu pikirannya. Kenzo berjongkok tepat didekat sofa dimana nampak jelas wajah cantik Gendhis tertidur pulas. Sangking nyenyaknya bibir mungil Gendhis sedikit terbuka sehingga nampak menggemaskan. Tatapan mata kenzo terfokus pada bibir merah alami yang sedikit terbuka. Tiba tiba terlintas ide jahil dipikiran Kenzo, pria tampan tersebut mengambil ponselnya yang ada di saku jasnya. Ia mengarahkan camera tepat ke wajah Gendhis yang tertidur pulas. Camera sengaja difokuskan ke bagian bibir Gendhis yang sedikit terbuka. Setelah puas mengambil beberapa gambar, Kenzo buru buru menyimpan ponselnya. Namun Kenzo tidak langsung membangunkan Gendhis justru pria tampan tersebut sengaja duduk dilantai karena merasa belum puas melihat expresi lucu Gendhis saat tidur. Sejak tadi mata tajam namun teduh itu menatap lekat kearah bibir mungil Gendhis. "Aku bukan pria alim yang tidak pernah merasakan yang namanya berciuman dengan seorang wanita. Aku sudah beberapa kali berciuman dengan Nabila namun hanya sebatas ciuman saja. Tapi entah mengapa saat melihat bibir gadis ini tiba tiba aku ingin merasakan kenikmatan berciuman dengannya. Kenzo apa yang kamu pikirkan, jangan gila kamu" gumam Kenzo memukul kepalanya pelan. Namun ada rasa penasaran yang begitu kuat ingin mencicipi manisnya bibir mungil milik Gendhis. Kenzo sengaja mengusap lembut rambut Gendhis untuk memastikan bahwa Gendhis benar benar tertidur pulas. Dan benar saja saat Kenzo mengelus lembut kepala Gendhis, bukannya bangun Gendhis semakin nyenyak tidurnya. Kenzo sudah tidak tahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Gendhis saat jarak mereka tinggal beberapa senti Kenzo bisa merasakan hembusan nafas lembut Gendhis. Tatapan matanya tak lepas dari bibir mungil Gendhis dan "Cup" Kenzo berhasil mengecup singkat bibir tersebut. "Lembut dan kenyal, sepertinya dia masih belum pernah berciuman dengan seorang pria. Jika itu benar maka aku lah pria pertama yang mengambil ciuman pertamanya" gumam Kenzo tersenyum bangga. Awalnya ia berniat hanya mengecup sebentar namun melihat Gendhis masih nyenyak tidur Kenzo kembali mendaratkan kecupan kecil dibibir Gendhis. Yang tadinya hanya sekilas namun saat ini Kenzo ingin merasakan lebih dari sebuah kecupan. Kenzo melumat lembut bibir Gendhis cukup lama hingga Gendhis bergerak karena merasa tidurnya merasa terusik. Kenzo buru buru melepaskan ciumannya sebelum pemilik bibir terbangun dari tidurnya. Dan benar saja tak lama setelah Kenzo berdiri kembali baru Gendhis terbangun dari tidurnya. "Ehem, sepertinya nyenyak sekali ya tidurnya" ucap Kenzo pura pura menyindir namun dalam hatinya saat ini seperti ada petasan meledak ledak dalam dadanya. " Eh maaf pak saya ketiduran, sekali lagi saya minta maaf pak" ucap Gendhis takut terkena marah oleh bosnya. Gendhis buru buru melihat jam dinding yang saat ini menunjukkan jam 22 30 malam. "Astaghfirullah ya Allah pak, maaf saya ketiduran sampai jam segini. Bapak mau makan biar saya hangatkan dulu masakannya karena saat ini pasti sudah dingin. Tapi maaf pak, nanti setelah saya siapkan makan untuk bapak saya pamit pulang keburu malam pak" ucap Gendhis langsung berdiri duduknya berjalan menuju meja makan untuk menghangatkan masakan yang sudah dingin. "Tidak usah di panasi, saya langsung makan saja saya sudah lapar" sahut Kenzo ikut menyusul ke meja makan. Pria tampan tersebut langsung duduk anteng dikursi meja makan. Gendhis segera mengambilkan nasi dan beberapa lauk dan diletakkan didepan bosnya. "Ini pak, silahkan makan" ucap Gendhis setelah meletakkan sepiring nasi beserta lauk pauk tidak lupa segelas air putih. "Kamu duduklah temani saya makan, tidak mungkin saya makan semuanya yang ada berakhir ditong sampah" ancam Kenzo sebelum Gendhis menolak ajakannya. Dan benar saja Gendhis langsung duduk tanpa disuruh 2x. "Setelah semua kamu bereskan, kamu langsung istirahat saja pakai kamar tamu" ucap Kenzo tiba tiba. " Enggak usah pak, saya pulang saja lagi pula kan dekat hanya setengah jam udah sampai kos" tolak Gendhis. " Ini perintah bukan tawaran, mengerti!" ucap Kenzo dengan nada tegas. Akhirnya mau enggak mau Gendhis menginap di apartemen bosnya malam ini.

**Assalamualaikum teman teman semua, maaf ya beberapa hari saya enggak update cerita karena sibuk dengan acara keluarga. Jadi mohon maaf author sering kali absen update, sekali lagi saya minta maaf 🙏🙏😊**

1
Erny Ersy07
Tetap semangat untuk q sendiri 😘😘
Bunda HB
gk pa2 OB yg penting baik ,jujur dan sholeha.dri pda artis tpi udh rusak 🤭🤭🙏🙏
Erny Ersy07: insya Allah kak 😊
total 3 replies
Aini Epi
lajuttt kakkkkk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!