Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 28
GODAAN HALUS
Seperti yang dikatakan oleh Charlie, Selena mendatangi Nora saat itu juga, sedangkan Isabelle yang duduk bersama Alma di ruang perapian, sekilas menoleh ke arah Selena yang harus menuruti perintah bosnya.
“Kenapa kau melihat Selena?” tanya Alma terheran.
“Tidak ada. Dia wanita yang tangguh!” kata Isabelle tersenyum kecil menatap gadis itu.
“Hm. Dia memang tangguh dan pandai bermain pistol.” Kata Alma yang hanya dibalas senyuman kecil oleh Isabelle. Hingga wanita cantik berambut pendek pirang itu beralih menatap ke arah Han yang baru tiba dan hendak pergi ke ruangan Charlie.
“Han! Aku rasa tidak saat ini, kau akan mengganggu Mr. Charlie!” kata Isabelle sedikit keras hingga pria itu terdengar dan menoleh sedikit mengernyit heran dan menghampirinya. Tentu, dia tahu apa yang Isabelle maksud.
Sementara Alma memperhatikan kedua orang dewasa itu.
“Apa kalian sudah menikah?” tanya Alma yang membuat keduanya menatap ke arahnya.
“Memangnya ada apa?” tanya Isabelle yang masih menikmati perbincangan itu.
Han sendiri juga tidak Kebersamaan dan ikut duduk di sana. “Tidak... Hanya saja kalian cocok! Aku berharap tuan Charlie juga menemukan seorang ratu untuknya!” kata Alma yang membuat keduanya tersenyum kecil.
Isabelle merangkul anak itu. “Tenang saja, itu akan terjadi. Hanya tunggu beberapa hari! Benar Han?!”
Pria itu nampak tak tahu harus menjawab apa selain mengangguk paksa dan tersenyum tipis. Tentu, dia tak kalah tampan dari bosnya sehingga terkadang Alma suka melihatnya.
Sementara di kamar, Clara mencoba menghentikan tangisannya saat dia benar-benar tak tahu harus apa. Namun keadaannya saat ini, diketahui oleh Miles. Anak itu mengetuk pintu dan membuat Clara harus menghentikannya air matanya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Miles menatap Clara.
“Yah! Maksudku... tidak terlalu baik!” kata Clara yang masuk dan diikuti oleh Miles.
Anak laki-laki itu menatap Clara yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap lurus dengan jejak mata basah. “Aku bertanya langsung kepada Charlie soal orang tuaku.” Kata Clara yang cukup mengejutkan Miles.
Sejauh ini mereka tak pernah berani bertanya soal itu ke Charlie. Sebelum bertanya, Clara sudah menatapnya. “Selena yang mendorongku untuk bertanya jika ingin tahu jawabannya. Dan aku sudah mendapatkan jawaban itu.”
“Apa yang dikatakannya?”
Clara terdiam beberapa saat ketika ia menarik nafas dalam-dalam. “Damian mengatakan kepadaku kalau orang tua kami dibunuh oleh Charlie, saat aku bertanya seperti itu kepada Charlie, dia tidak begitu jelas menjawabnya hanya saja... Dia bilang hidup ku dan Damian hampir diambang Kematian jika saja Charlie tidak mengangkat kami sebagai anak nya.” Jelas Clara yang membuat Miles terdiam mengingat dirinya juga.
“Dia merawat kita hanya untuk dijadikan pengikutnya kelak. Dia ingin kita menjadi anak buahnya.” Kata Clara yang begitu menyedihkan.
“Lalu sekarang kita harus apa? Aku mendengar hukuman Selena— dia akan diperintahkan untuk membunuh kita jika tidak berhasil merubah kita dalam waktu tiga hari, dan sekarang tersisa satu hari.” Jelas Miles yang mengejutkan Clara, namun gadis itu tersenyum miris akan kehidupan mereka di ruang sebesar Bellucci.
Mereka berdiam terdiam, hingga Miles kembali menatap Clara. “Apa menurutmu... Selena akan membunuh kita? Termasuk Alma?”
Seketika gadis itu menoleh, menatap dalam seolah di lubuk hatinya dia sangat yakin, Selena lain dari pengasuh yang lain. “Aku tidak tahu.” Jawabnya menggeleng kecil.
Sementara di ruangan Charlie. Selena mengetuk pintu kamar pria itu sebelum masuk. Hingga suara berat nan dingin dari dalam kamar, membuat Selena sempat tertegun.
“Aku harus masuk ke ruangan yang sudah membuatku telanjang? Yang benar saja...” gumam Selena yang mencoba tenang agar tidak teringat akan kejadian waktu itu.
Saat dia melenggang masuk ke kamar luas bernuansa dark namun menenangkan. Selena tegang saat melihat Charlie si pria mafia tampan dan tegas yang baru saja membuka jubah tidurnya sambil berjalan ke arah ranjang. Dia hanya bertelanjang dada, namun itu sangatlah menggoda. “Oleskan minyak itu ke punggung ku. Berikan aku pijatan terbaikmu, seperti kau melakukan penyamaran saat sedang membunuh seseorang.” Kata Charlie yang hanya menoleh sekilas.
Ya, Selena mengingat nya. Dia pernah menyamar menjadi tukang pijat erotis sebelum akhirnya membunuh musuh bandit yang saat itu memang suka akan pijatan erotis.
Melihat Charlie yang berbaring tengkurap, Selena nampak bimbang, namun dia memberanikan diri untuk mendekatinya dan duduk di tepi ranjang. Dengan perlahan, Selena menuangkan minyak dengan aroma wangi khas, lalu menyentuh punggung bertatto itu dengan telapak tangannya dan meratakannya.
Charlie sempat menoleh ke kanan saat dia merasakan sentuhan tangan Selena.
“Itu yang pertama untukmu?” tanya Charlie yang sekilas membuat Selena terdiam gugup.
“Em... Yeah! Ma-maksudku... Aku fokus dengan profesi ku saat itu, aku tidak pernah meluangkan waktu bercinta seperti itu.” Jelas Selena terus terang meski dia benar-benar malu bila mengatakannya.
Sementara Charlie menikmati pijatan tersebut, dia merasa rileks.
“Sepertinya... Suasan hati mu sedang baik, Mr. Charlie!” kata Selena yang ingin mencairkan suasana tegang nya sendiri.
“Jika itu terjadi, mungkin aku tidak akan meminta semua ini.” Kata Charlie sedikit membuat Selena berkernyit. Hingga tanpa sadar tubuh depannya hampir menabrak punggung Charlie.
Charlie menoleh perlahan, menatap Selena dengan mata hijaunya yang dalam, seperti menembus ke lapisan hatinya yang paling rapuh. “Jangan terlalu dekat, Selena. Aku bisa kehilangan kendali,” ucapnya pelan, namun justru dengan nada yang terdengar semakin menegangkan.
Selena menghentikan gerakan tangannya sejenak, tapi tubuh Charlie terasa hangat di bawah jemarinya. Wangi minyak itu bercampur dengan aroma tubuhnya, membuat dada Selena terasa sesak tanpa tahu sebab. “Ke-kendalikan dirimu, Mr. Charlie. Aku hanya melakukan tugasku.”
“Sungguh?” Charlie kembali menatap ke depan, namun bibirnya melengkung tipis. “Kau bergetar. Aku bisa merasakannya.”
Pertanyaan itu membuat wanita itu kehilangan ritme pijatannya. “Kau terlalu percaya diri,” sahut Selena cepat, mencoba menutupi kegugupannya.
Namun Charlie justru tertawa pelan — suara beratnya seperti menggema di antara dinding ruangan yang remang. “Setiap wanita yang berani menyentuhku... selalu mencuri kesempatan.”
Selena menelan ludah, napasnya mulai tidak beraturan. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri, cepat dan tak menentu. “Aku bukan salah satu dari mereka,” katanya hampir berbisik.
Charlie menoleh, tubuhnya sedikit berbalik hingga jarak mereka nyaris tak lebih dari beberapa senti. Tatapan itu menusuk. “Kau yakin? Karena tanganmu berkata lain.”
Selena langsung menarik tangannya, tapi Charlie menahan pergelangan tangannya dengan lembut— bukan dengan kekuatan, melainkan sesuatu yang membuat darahnya berdesir aneh.
“Mungkin... aku seharusnya tak membiarkanmu melakukan ini,” katanya dengan nada rendah, seolah bicara pada dirinya sendiri.
Selena menatapnya bingung. “Apa maksudmu?”
Pria itu terlentang, menarik Selena hingga mereka begitu dekat. “Your touch makes me excited. (Sentuhan mu berhasil membuatku bergairah.)” kata Charlie terus terang, tentu dia bukan pria baik-baik. Kehidupan gelapnya penuh gairah dan ambisi, Selena tahu itu, dan sekarang dia sendiri terjebak.
best thooooorrrr👏👏👏👏👏👏