NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Percintaan Konglomerat / Hamil di luar nikah / Fantasi Wanita / Berondong / Playboy
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 28

“Iya,” jawab Anton tanpa ragu. “Gue nggak mau ada kecurigaan ngawur. Kalau lo bersih, semuanya lebih gampang. Gue bisa ngelindungin lo dari gosip.”

Kevin langsung duduk di tepi ranjang, wajahnya mantap. “No problem, Ton. I’m ready. Aku nggak pernah nyentuh barang kayak gitu. Jadi kalo lo minta tes urine atau darah, I’ll do it. Sekarang juga kalau perlu.”

Mendengar itu, Anton sedikit lega. “Bagus. Gue bakal atur supaya tesnya secepat mungkin, biar clear. Lo tenang aja, ini semua demi nutup mulut orang-orang yang mau jatuhin SilverDawn... atau jatuhin lo.”

Kevin lalu bersuara pelan, “What if the people at the lab know me? What if they recognize me and start asking questions?”

(Kalau orang di lab itu kenal aku gimana? Kalau mereka ngenalin aku dan mulai nanya-nanya)

Anton mendesah, lalu menjawab tenang, menimbang semua kemungkinan.

“Kita mikirin itu. Makanya aku pilih lab kecil yang privat, bukan lab besar yang rame. Tapi kalau lo khawatir mereka kenal, kita bisa atur supaya orang-orang yang kerja di sana nggak cerita ke siapa-siapa. Kita kasih uang agar mereka tutup mulut.”

Kevin terkejut mendengar kata-kata itu, lalu suaranya menurun.

“You mean bribe them?” (Maksud kamu sogok mereka)

Anton mengangguk, menjawab cepat agar Kevin tak salah paham.

“Bukan buat ngubah hasil, Kev. Jangan salah paham. Kita nggak mau manipulasi apa pun. Hasil tes itu harus bersih dan jujur. Maksud gue ‘tutup mulut’ itu supaya staf lab nggak cerita ke wartawan atau orang luar kalau ada temuan aneh di studio supaya masalah serbuk itu tetap internal dan nggak jadi berita besar sebelum kita klarifikasi.”

Kevin menelan ludah. Ia mengulang lagi, gelisah.

“So you’re saying we pay them to... keep quiet about finding something in the studio, not to change the test?” (Jadi maksud kamu kita bayar mereka supaya... diam soal nemu sesuatu di studio, bukan buat mengubah hasil tes)

“Betul,” kata Anton. “Kita harus jaga privasi ini sampai kita tahu persis siapa dan kenapa. Kalau sampai staf lab keburu cerita, besok pagi headline bisa makin panjang dan bisa nyeret nama lo dan grup ke skandal yang lebih besar. Kita urus secara internal dulu: tes, bukti, lalu panggil semua yang terkait. Kalau perlu, gue yang negosiasi. Lo jangan ikut campur biar keadaan nggak makin gegabah.”

Di ujung telepon Kevin menghela napas panjang. Ada kelegaan kecil karena Anton menawarkan solusi tapi juga rasa tidak enak di dadanya. Ia menjawab singkat.

“Okay. Do it. But keep it clean. No lies.”

(Oke. Lakukan. Tapi jaga cara kita. Jangan ada kebohongan)

Anton menutup pembicaraan dengan nada meyakinkan, “Iya, gue urus. Lo istirahat dulu. Nanti gue kabarin.”

Lalu telepon dimatikan. Di kedua ujung saluran, masing-masing menimbang risiko dan harga yang harus dibayar demi menjaga rahasia bukan hasil tes, melainkan fakta bahwa ada sesuatu yang ditemukan di tempat latihan mereka.

Anton mencoba menelpon Kenji untuk memastikan keberadaannya, tapi nada sambung terus berbunyi tanpa jawaban. Ia menghela napas berat, menatap layar ponselnya yang kini terasa begitu sepi. Di kursi belakang, Riku dan Eren hanya saling pandang mereka tahu pasti, telepon Anton tidak diangkat lagi oleh Kenji.

Dengan kesal yang ditahan, Anton akhirnya meminggirkan mobilnya di sisi jalan. Ia menunduk sejenak, mencoba berpikir jernih di tengah kekacauan pikiran yang semakin menumpuk. Lalu jemarinya mulai mengetik pesan cepat.

“Kenji, besok datang ke studio. Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Jangan sampai kamu nggak hadir.”

Pesan terkirim. Anton menatap layar beberapa detik lebih lama, berharap ada tanda baca ‘read’ muncul di bawah pesan itu. Tapi nihil. Ia menaruh ponselnya di pangkuan, mengusap wajahnya perlahan.

“Dia nggak akan bales, ya?” tanya Eren pelan.

Anton hanya menggeleng. “Entah kenapa, rasanya Kenji makin aneh. Tapi besok, apapun yang terjadi, semuanya harus dibicarakan.”

_____

Sementara itu di apartemen Meira.

Rasanya seluruh tenaga di tubuhnya terkuras habis. Amarah yang tadi membuncah kini berganti jadi rasa lemas dan sesak di dada. Meira terduduk di lantai, punggungnya bersandar pada sofa yang porak-poranda. Napasnya masih tersengal, sementara air mata jatuh tanpa disadari.

Di tangan kanannya, ponsel itu masih tergenggam erat. Layarnya menyala menampilkan ikon chat WhatsApp, nama My Kevin terpampang di sana. Dengan jari yang bergetar, ia membuka percakapan mereka. Sunyi. Hanya pesan-pesan lama yang masih tersimpan.

Tatapannya jatuh pada foto profil Kevin. Wajah itu... teduh seperti biasa. Dengan wajah yang tegas di sana seolah menertawakan semua kekacauan hidupnya malam ini.

Perlahan, Meira mengusap layar itu dengan ujung jarinya, seolah belaian kecil itu bisa menembus jarak dan waktu.

“Kevin...” bisiknya parau. Air matanya menetes lagi. Ia ingin menelponnya sungguh ingin. Tapi rasa takut menahannya takut suaranya pecah, takut Kevin tahu betapa hancurnya dirinya sekarang.

Meira akhirnya memberanikan diri. Ia akhirnya menekan ikon telepon di layar WhatsApp itu.

Dari speaker ponsel terdengar nada khas bukan sambungan, tapi bunyi tuut... tuut... pendek seperti sinyal sibuk.

Alis Meira berkerut. Ia menatap layar itu lebih lama, memastikan pandangannya tidak salah.

Hatinya serasa diremas.

“Oh... jadi dia lagi nelpon orang lain,” bisiknya, separuh kecewa, separuh berusaha menerima.

“Ya udah... mungkin dia sibuk,” katanya pelan, tapi matanya mulai berkaca-kaca.

Ia menurunkan ponselnya ke pangkuan, membiarkan layar meredup bersama napasnya yang berat.

Meira menekan ikon telepon itu lagi. Nada sibuk.

Ia mencoba lagi. Masih sama.

Sekali lagi. Masih tak berubah.

Nafasnya mulai tersengal. Ia memejamkan mata, menahan air mata yang sudah menggantung di ujungnya.

“Kevin pasti sibuk...” gumamnya lirih, berusaha menenangkan diri sendiri. “Gue nggak boleh marah... nggak boleh marah...”

Ponsel itu jatuh di sampingnya, layar menyala dengan foto profil Kevin yang semakin buram oleh air mata.

Meira menunduk, lalu melihat pantulan bayangan dirinya di permukaan lantai yang dingin seorang gadis berambut kusut, wajah basah karena air mata, mata sembab.

Sejenak ia seperti berhadapan dengan “dirinya” yang lain.

Sosok Meira yang tampak kecil, lemah, tak berguna.

“Bener kata si Erick...” desisnya dengan suara bergetar, “...orang kayak gue emang sampah. Gue sadar kok, gue cuma beban di hidup lo, Erick."

Kata-kata itu keluar seperti umpatan pada dirinya sendiri, menyayat lebih dalam daripada semua yang pernah ia dengar dari ayah biologisnya sendiri.

Ia memeluk lututnya erat-erat, terisak pelan di ruangan yang makin terasa hampa.

1
Aksara_Dee
seakan dia yang diajak masuk ya🤣
Aksara_Dee
iya emang ih, pernyataan cinta di saat jadi temenan iyu lbh asik kayak racun mematikan, jd illfeel.
Aksara_Dee
agak susah terwujud sih kayaknya kalau sama Kevin, Mey.
musti pake bodyguard berapa banyak 😅
D. A. Rara
buset Kevin cute bngt Thor😍
Dee: Aku sendiri jg gemez liat visualnya😆
total 1 replies
D. A. Rara
Meira udah diluar batas kewajaran, aku takut Kevin kenapa2 Thor🫣
Dee: Kevin bakalan terjerat, krn Kevin terlalu baik
total 1 replies
Aksara_Dee
kelakuan manager! yg penting rating dan cuan
Aksara_Dee: lama-lama Anton yg ambisi tenar
total 2 replies
Aksara_Dee
mey? melambung ya mei 🤔
Dee: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Aksara_Dee
ketika itu dia belum tahu harga susu yang mahal dan popok yang wajib ada di daftar belanja bulanan.

dia pikir punya anak banyak ngak mumed 😅
Aksara_Dee: royalti lagunya juga bs buat dana pensiun 😅
total 2 replies
Aksara_Dee
jika tidak ada telinga yang mendengarkan keluh kesahmu, ada kertas kosong yang selalu teduh menjadi media mengukir lukamu, Mei.
Aksara_Dee: aku ngerti 😉
total 2 replies
D. A. Rara
kak up nya yg bnyk donk
Dee: Cari mood yg tepat, Kak
total 1 replies
D. A. Rara
Ini sih udah ngk bener, Kevin kamu harus hati²
Dee: Iya, udah mulai posesifnya, padahal bukan siapa2
total 1 replies
Aksara_Dee
eehh jangan yaa
Dee: Hihi..😁
total 1 replies
Aksara_Dee
repot kalau beda keyakinan gini 🥺
Dee: Always thinking the worst,
total 1 replies
Aksara_Dee
ntar tak bayangin dulu ya, suaranya siapa ini
Dee: Nggak terinspirasi dari siapa2 kok, cuma hasil menghaluku aja. Tapi mungkin secara nggak sadar kebawa suasana dari film2 bertema obsesi yg pernah aku tonton 😅
total 5 replies
Aksara_Dee
nah bener tuh, kevin bisa illfeel
Aksara_Dee
Aseekk... jika duit bicara begini nih 🤭
Dee: Betul itu Kak
total 9 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dee: Wah, makasih ya Kak Randa Kencana. Senang banget kamu suka. Tungguin lanjutannya ya
total 1 replies
D. A. Rara
lampu kuning Kevin udah mulai ngerasa kepemilikan ini😱
Dee: Bener banget, Kak
total 1 replies
Aksara_Dee
agak-agak emang Lora ini
Dee: Iya, kena penyakit mental
total 1 replies
Aksara_Dee
warning Kev... tiatii
Aksara_Dee: yap betul. dan itu nggak mudah
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!