NovelToon NovelToon
GAZE

GAZE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:910
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla_Matcha23

“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”

Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.

Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.

Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.

Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.

Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 - ASET YANG SEDANG TUMBUH

6 bulan sebelumnya,

Nama Yu Liang dikenal publik, bukan karena peran besar, tapi karena wajahnya yang bersih dan karismatik di setiap iklan. Bagi media, ia adalah bintang muda yang sedang naik daun.

Bagi Chen Wei, ia adalah “aset yang sedang tumbuh” Kata yang sering diucapkannya sambil tersenyum samar.

..

Malam itu,

Mereka duduk di ruang kantor agensi. Di meja, tumpukan berkas kontrak baru terbuka, penuh tanda tangan dan cap perusahaan.

Chen Wei memutar bolpoin di jarinya, menatap Yu Liang yang masih membaca halaman terakhir dengan kening berkerut.

“Kenapa kontraknya berubah?” tanya Yu Liang pelan. “Sebelumnya bagi hasilnya enam puluh empat puluh… sekarang lima puluh lima puluh.”

Chen Wei menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatapnya lama.

“Itu sementara. Perusahaan sekarang lagi krisis. Nanti jika pendapatan naik, aku pastikan bagiannya kembali.”

Yu Liang mengangguk pelan, meski ada sesuatu di nada suara Chen Wei yang terasa aneh. Tapi seperti biasa, dia tidak berani membantah.

Chen Wei tersenyum tipis.

“Dunia hiburan ini keras, Liang. Orang sepertimu… terlalu polos jika kau berjalan sendirian.”

Ia berdiri, merapikan jasnya, lalu menepuk bahu Yu Liang seperti biasa. Tapi kali ini genggamannya sedikit lebih kuat dari biasanya seolah ada peringatan yang tak diucapkan.

Beberapa minggu berikutnya, jadwal Yu Liang mendadak padat.

Pemotretan, undangan makan malam, pertemuan dengan sponsor. Chen Wei selalu ada di sisinya, menuntunnya, memperkenalkannya pada orang-orang berpengaruh. Para produser, investor, dan pejabat yang tertawa terlalu keras saat berbicara.

“Liang, malam ini kau harus ikut jamuan dengan Tuan Luo,” kata Chen Wei sambil menyalakan rokok di luar hotel.

“Dia punya koneksi ke dua stasiun besar. Kalau kau mau main drama utama tahun depan, kau harus datang.”

“Tapi aku belum selesai syuting hari ini…”

“Kau pikir jadi bintang cuma masalah akting?” potong Chen Wei cepat.

Ia menepuk pipi Yu Liang perlahan.

“Belajarlah berbicara manis, tahu kapan harus senyum, dan kapan harus diam. Itu pelajaran paling mahal di dunia ini.”

Yu Liang terdiam.

Dia tidak suka tatapan orang-orang itu, mereka melihatnya bukan sebagai aktor, tapi sesuatu yang bisa dibeli.

..

Malamnya,

Di ruang makan pribadi hotel, Chen Wei duduk di sampingnya, tertawa bersama para pejabat dan produser.

“Anak ini masih baru,” katanya sambil menuang anggur. “Tapi potensinya besar. Kalau Tuan Luo suka, saya pastikan dia ikut proyek Anda.”

Yu Liang hanya menatap gelas di depannya.

Tawa di sekelilingnya terdengar jauh. Ia merasa seperti boneka di panggung yang dikendalikan benang halus.

Ketika jam menunjukkan lewat tengah malam, Chen Wei mendekat dan berbisik di telinganya.

“Jangan buat mereka kecewa malam ini, Liang. Itu bukan permintaan, itu perintah.”

Yu Liang menoleh cepat, menatap manajernya dengan ekspresi bingung dan takut. Namun senyum Chen Wei tak pernah berubah.

Lembut, dingin, dan penuh perhitungan.

Dan malam itu, di bawah cahaya lampu hotel yang terlalu terang, sesuatu dalam diri Yu Liang mulai retak.

..

Han Yue Entertainment,

Udara sore terasa berat. Di ruang rapat berpanel kaca itu, Chen Wei duduk dengan jas rapi, wajahnya teduh seperti biasanya. Namun di balik senyum tenang itu, sesuatu telah berubah.

“Kontrak barumu sudah disetujui,” ujarnya pelan, menyerahkan map hitam pada Yu Liang.

Aktor muda itu membuka lembar demi lembar kertas, alisnya sedikit berkerut.

“Ini bukan yang kemarin kau tunjukkan kepadaku,” suaranya tenang, namun mengandung tanda tanya.

Chen Wei menyandarkan tubuh, menatap Yu Liang lama-lama sebelum tersenyum samar.

“Sedikit revisi. Hanya bagian kerja sama eksternal dan representasi acara. Kau tahu kan, itu hal biasa di industri ini.” Yu Liang menatapnya lekat.

Ia belum tahu, kalimat ringan itu adalah awal dari kehancuran hidupnya.

“Kerja sama eksternal?” ulangnya pelan.

“Tapi di sini tertulis semua kegiatan di luar produksi akan diatur langsung oleh agensi. Aku bahkan tidak bisa menolak undangan tanpa izin tertulis.”

Chen Wei terkekeh pendek. “Itu hanya formalitas. Jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya. Kau hanya perlu fokus menjadi bintang utama.”

Di balik senyum itu, Chen Wei menyembunyikan ambisi barunya. Ia baru saja mendapat tawaran dari seorang pejabat penting di Komite Perfilman.

Tawaran yang datang dengan imbalan besar dan syarat yang sederhana, kendalikan Yu Liang.

Chen Wei menghadiri jamuan eksklusif di hotel mewah, tempat para penguasa industri hiburan berkumpul.

Lampu temaram, tawa rendah, dan gelas anggur beradu.

“Bagaimana dengan aktor muda itu?” tanya seorang pria paruh baya berjas mahal, menatap Chen Wei dengan senyum penuh makna.

“Dia akan datang… cepat atau lambat,” jawab Chen Wei sambil meneguk anggurnya, matanya memantulkan cahaya lampu seperti belati.

Setiap panggilan teleponnya terdengar lebih tegas, setiap senyumannya terasa lebih dingin. Ia mulai memperkenalkan Yu Liang ke “orang-orang penting” di industri, tapi setiap pertemuan itu menyisakan rasa tidak nyaman yang tidak bisa dijelaskan oleh Yu Liang.

..

Ballroom Hotel Yujing, Beijing.

Suara musik jazz mengalun pelan, berpadu dengan riuh rendah tawa para tamu berjas hitam dan gaun gemerlap.

Lampu kristal berkilau lembut di langit-langit, tapi suasananya terasa menyesakkan, seperti udara yang terlalu manis untuk dihirup.

Chen Wei berjalan lebih dulu, tangannya menepuk bahu Yu Liang ringan.

“Jangan tegang. Mereka semua hanya ingin mengenalmu,” katanya dengan nada lembut.

Lembut tapi tajam seperti pisau yang diselipkan di balik senyum. Yu Liang mengangguk pelan. Ia mengenakan setelan formal abu-abu yang disiapkan oleh Chen Wei, terlalu sempurna, terlalu rapi.

Matanya menyapu ruangan. Pejabat, produser, aktris, semua dengan senyum plastik yang sama.

“Chen Wei! Akhirnya datang juga.” Suara berat seorang pria terdengar.

Ia berperawakan besar, berusia sekitar lima puluhan, dengan jam tangan emas mencolok. Matanya menyipit menilai Yu Liang dari ujung kepala hingga kaki.

“Ini dia aktor mudamu itu?”

Chen Wei tersenyum profesional. “Yu Liang. Pemeran utama City Mirage.”

Pria itu tertawa pendek. “Anak muda berbakat, ya? Datang, duduk di sini. Kita harus bicara soal masa depanmu.”

Yu Liang tersenyum kaku.

Di dalam dirinya, ada sesuatu yang tidak tenang. Meja itu dikelilingi oleh orang-orang berpengaruh, tapi tatapan mereka… tidak seperti tatapan profesional. Seolah-olah mereka sedang memilih barang lelang, bukan berbicara dengan manusia.

Salah satu dari mereka menepuk punggung tangannya. “Kau punya aura bagus, Liang. Dunia hiburan butuh wajah-wajah seperti kau.”

Ucapan itu disambut tawa yang terlalu keras, terlalu palsu. Chen Wei ikut tertawa, tapi matanya sama sekali tidak tertawa.

Beberapa menit kemudian, gelas-gelas diisi ulang. Musik semakin lambat. Seorang aktris senior duduk di sebelah Yu Liang, mencondongkan tubuh, berbisik pelan di telinganya.

“Jika kau ingin bertahan lama di dunia ini… belajar menunduk, dan tersenyum. Jangan pernah menolak siapa pun yang memberi kesempatan.”

Kata-kata itu membuat dadanya bergetar aneh. Ia menoleh ke Chen Wei, seolah mencari penjelasan. Tapi Chen Wei hanya mengangkat gelasnya, memberikan isyarat agar dia menyesuaikan diri.

Malam itu, Yu Liang baru menyadari, dunia yang selama ini ia impikan penuh cahaya, ternyata dibangun di atas kesepakatan gelap dan tawa yang beracun.

Lagi, Xia terbangun.

Kali ini, potongan-potongan kejadian beberapa bulan lalu berkelebat begitu jelas di benaknya. Ia langsung terduduk, napasnya memburu. Berbeda dari sebelumnya, kini ia tak lagi memerlukan media apa pun untuk melihat masa lalu Yu Liang, bahkan dalam tidurnya pun, semua itu datang begitu saja.

Sudah sebulan berlalu sejak ia ditunjuk menjadi dokter penanggung jawab Yu Liang. Sejak saat itu, kecurigaan Chen Wei padanya makin terasa berat. Dan yang lebih aneh, ia tak pernah lagi bertemu dengan Yu Liang.

Entah karena kebetulan atau karena memang disengaja, mungkin Chen Wei telah membawanya pergi.

1
Om Ganteng
Lanjut thorrr💪
Om Ganteng
Yang Xia
Om Ganteng
Chen Wei
Om Ganteng
Yang Xia/Determined/
Om Ganteng
Yu Liang/Sob/
Om Ganteng
Thor... apa ini Yu Menglong?
Zerine Leryy
Thor, Yu Liang... seperti Yu Menglong/Sob//Sob/
Zerine Leryy
Guang Yi keren...
Zerine Leryy
Bagus, lanjutkan Thor... Semoga ceritanya bagus sampai akhir/Good//Ok/
Zerine Leryy
Yang Xia dibalik Yang Grup, Guang Yi dan Feng Xuan 👍 perpaduan keragaman yang keren
Zerine Leryy
Ceritanya bagus, Sangat jarang ada Ceo wanita yang tangguh seperti Yang Xia.
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jelek nggak banget!
Yue Sid
Aduh, cliffhanger-nya bikin saya gak tahan nunggu, ayo lanjutkan thor!
Gladys
Asik banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!