Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Pertarungan Kelompok yang Menentukan
"Kami butuhmu," jawab Kaelen jujur. "Kami tahu kau kuat. Kami juga ingin menjadi lebih kuat. Kami akan bekerja sama."
Kenzo menatap mata Kaelen, dan ia melihat ketulusan. Ia mengangguk. "Baiklah. Tapi aku tidak akan banyak bicara."
Mereka kini memiliki empat anggota. Kaelen, Patra, Mita, dan Kenzo. Mereka hanya butuh satu orang lagi. Mereka mencari ke sekeliling, dan akhirnya, mereka menemukan seorang gadis pendiam dengan sebuah kapak. Gadis itu adalah Tenma.
Awalnya, Tenma menolak. Ia tidak percaya pada orang lain. Tapi setelah Kaelen menjelaskan tentang tujuan mereka, ia akhirnya setuju.
Keesokan harinya, ujian kedua dimulai. Setiap tim akan bertarung lima lawan lima di arena. Tim Kaelen, yang terdiri dari Kaelen, Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma, masuk ke arena. Mereka akan bertarung melawan tim lain yang terdiri dari murid-murid berbakat, termasuk Aprace dan timnya.
Pertarungan dimulai. Tim Kaelen harus bertarung melawan tim yang lebih kuat. Kaelen, dengan Katana Jiwa-nya, Patra dengan sarung tangan besinya, Mita dengan tongkatnya, Kenzo dengan dua pedang Blade-nya, dan Tenma dengan kapaknya. Mereka semua bekerja sama, saling melindungi, dan saling membantu.
Namun, tim Aprace terlalu kuat. Aprace, dengan kekuatan auranya yang stabil, menyerang mereka dengan presisi. Timnya juga bekerja sama dengan sempurna. Tim Kaelen terdesak. Patra dan Tenma terluka, Mita kewalahan, dan Kenzo mulai kelelahan.
Kaelen, yang melihat teman-temannya terluka, merasa marah. Ia tidak ingin kalah. Ia memejamkan mata, dan ia memfokuskan semua energinya. Katana Jiwa di tangannya bersinar dengan cahaya yang sangat terang, dan ia mengayunkan pedangnya.
Sebuah ledakan aura emas muncul dari Katana Jiwa, dan ledakan itu menghantam tim Aprace. Mereka semua terlempar ke belakang, dan mereka tak sadarkan diri.
Kaelen, dengan kekuatan yang tak terduga, telah memenangkan pertarungan. Namun, ia tidak bangga. Ia hanya merasa lega. Ia telah melindungi teman-temannya, dan ia telah membuktikan, sekali lagi, bahwa ia layak berada di Qpo Xeas.
Aprace keluar dari arena dengan langkah cepat dan wajah yang memerah karena amarah. Di belakangnya, timnya yang kalah membuntuti dengan kepala tertunduk. Kekalahan dari tim Kaelen yang diremehkan adalah tamparan keras bagi ego mereka, terutama bagi Aprace, anak dari Korporasi Kolbe yang selalu menganggap dirinya yang terbaik. Dia menggertakkan giginya, tatapan matanya penuh kebencian saat melirik Kaelen dari kejauhan.
"Dia pasti marah sekali," gumam Mita, yang duduk di samping Kaelen di tribun penonton.
"Biarkan saja," jawab Patra, tangannya diletakkan di bahu Kaelen. "Kita menang karena kita memang lebih baik."
Kenzo dan Tenma hanya mengangguk setuju. Mereka tahu, kemenangan ini tidak hanya diraih dari kekuatan individu, tapi juga dari kerjasama tim.
Selanjutnya, mereka menyaksikan tim-tim lain bertarung. Ada yang menggunakan senjata unik, seperti bola energi atau tali laser. Ada pula yang memiliki kemampuan aneh, seperti ilusi atau manipulasi gravitasi. Kaelen melihat betapa luas dan beragamnya kekuatan para MUT. Ia menyadari, Qpo Xeas bukanlah tempat untuk orang lemah.
Ujian kedua akhirnya selesai. Instruktur, dengan suara tegas, mengumpulkan semua murid. "Selamat kepada para tim yang berhasil!" katanya. "Ujian ini kami adakan bukan hanya untuk menguji kekuatan kalian, tetapi juga untuk menguji kerjasama tim. Kemampuan untuk saling percaya, mendukung, dan bertarung sebagai satu kesatuan adalah kunci untuk ujian berikutnya."
Para murid yang kalah menunduk, menyadari kelemahan mereka. Mereka terlalu fokus pada kekuatan individu, dan mereka lupa bahwa pertarungan di luar sana tidak hanya bisa dimenangkan dengan kekuatan pribadi.
"Ujian kenaikan kelas ketiga, yaitu misi keluar, akan dilaksanakan seminggu lagi," lanjut instruktur. "Gunakan waktu ini untuk berlatih, dan kuatkan ikatan tim kalian. Di luar sana, kalian tidak bisa bertarung sendirian."
Satu minggu. Waktu yang singkat untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang tidak diketahui. Kaelen dan timnya tahu, mereka harus menggunakan waktu ini dengan bijak.
Setiap hari, mereka kembali ke ruang latihan. Namun, kali ini, latihan mereka lebih terfokus pada kerjasama. Mereka berlatih simulasi misi, di mana mereka harus saling melindungi dan menyelesaikan tugas bersama-sama.
Kaelen, dengan Katana Jiwa-nya, belajar untuk mengandalkan timnya. Ia belajar untuk tidak bertarung sendirian. Patra, dengan kekuatan fisiknya, belajar untuk melindungi yang lain. Mita, dengan tongkatnya, belajar untuk menyerang dari jarak jauh. Kenzo, dengan dua pedang Blade-nya, belajar untuk menjadi penyerang utama, sementara Tenma, dengan kapaknya, belajar untuk menjadi pertahanan tim.
"Di luar sana, kita akan menghadapi musuh yang tidak kita kenal," kata Kaelen. "Kita harus percaya satu sama lain."
Semua anggota tim mengangguk. Mereka tahu, di luar sana, mereka tidak hanya akan bertarung untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kehormatan tim. Mereka adalah tim, dan mereka akan berjuang sebagai satu kesatuan.
Setelah seminggu penuh latihan yang berfokus pada kerja sama tim, Kaelen, Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma merasa lebih siap. Mereka memutuskan untuk bersantai di kantin, menikmati waktu istirahat sebelum misi keluar yang akan datang.
Saat mereka sedang berbincang santai, seorang pemuda dengan rambut cepak dan tubuh kekar mendekati meja mereka. Di belakangnya, berdiri empat anggota timnya. "Kaelen," sapanya, dengan tatapan yang penuh rasa hormat. "Aku melihat pertarunganmu melawan Drakon. Itu luar biasa."
Kaelen merasa canggung, namun ia tetap tersenyum. "Terima kasih."
"Aku ingin mengajak timmu untuk latihan tanding," lanjut pemuda itu. "Banyak tim lain yang melakukan hal ini untuk mengukur kemampuan mereka. Kami ingin melihat seberapa kuat timmu."
Kaelen menoleh ke arah teman-temannya. Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma mengangguk setuju. Mereka tahu, ini adalah kesempatan bagus untuk menguji kemampuan mereka sebagai tim.
"Kami terima tantanganmu," jawab Kaelen.
Keesokan harinya, Kaelen dan timnya bersiap di ruang latihan. Lawan mereka, tim dari pemuda berambut cepak, sudah menunggu.
Lonceng berbunyi, dan latihan tanding pun dimulai. Kaelen dan timnya menggunakan semua yang mereka pelajari selama seminggu terakhir. Mereka bergerak sebagai satu kesatuan. Patra melindungi Mita, yang menyerang dari jarak jauh. Kenzo dan Tenma melindungi Kaelen, yang menjadi penyerang utama dengan Katana Jiwa-nya.
Namun, tim lawan juga tidak bisa diremehkan. Mereka memiliki strategi yang unik, dan mereka menyerang balik dengan kekuatan yang tak terduga. Pertarungan itu sangat sengit, dan kedua tim saling menyerang dan bertahan.
Di tengah pertarungan, Kaelen melihat kelemahan pada tim lawan. Mereka terlalu fokus pada kekuatan individu, dan mereka lupa akan kerja sama tim. Kaelen, dengan Katana Jiwa, berhasil menembus pertahanan mereka, dan ia mengalahkan pemimpin tim lawan.
Lonceng berbunyi, dan Kaelen dan timnya menang. Mereka berlima bertepuk tangan, merasa puas dengan hasil latihan tanding mereka. Mereka tahu, mereka telah menjadi tim yang lebih baik, tim yang lebih kuat. Mereka siap menghadapi ujian berikutnya.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉