NovelToon NovelToon
Jika Aku Dipelukmu

Jika Aku Dipelukmu

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.

Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28 : Keputusan Yang Berakhir Pengorbanan

Fonix menatap Jinan dengan mata yang penuh dengan pertanyaan. Jika menyangkut soal penyakit dan kesehatan, Jinan lebih ahli soal itu. Fonix menyadari bahwa penyakit jantung bawaan yang diderita oleh Freya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan. Fonix merasa takut akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada kekasihnya. Ia berharap Jinan bisa memberikan penjelasan yang lebih detail tentang penyakit tersebut dan bagaimana cara mengobatinya.

Jinan menyadari kekhawatiran Fonix dan memberikan senyum yang menenangkan. Ia mengambil tempat duduk di belakang meja kerja dan mulai menjelaskan tentang penyakit jantung bawaan. "Penyakit jantung bawaan adalah kondisi yang kompleks dan memerlukan perawatan yang tepat," jelas Jinan.

"Apa ada cara untuk menyembuhkannya?" Tanya Fonix.

"Sangat sulit, Mereka yang mengalami penyakit jantung bawaan, biasanya tidak bisa bertahan." Ucap Jinan Santai. Namun, Fonix tidak bisa sesantai itu setelah mendengar penjelasan dari Jinan.

"Lalu, bagaimana jika di ganti dengan jantung yang lain?" Tanya Fonix.

"Transplantasi jantung maksudmu?" Tanya Jinan. Fonix mengangguk.

"Kemungkinan bisa berhasil dengan melakukan operasi. Tapi, meski persentase keberhasilannya cukup besar, Tidak akan ada orang yang rela mengorbankan jantungnya sendiri." Ucap Jinan. Saat ini, Jinan belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Fonix.

Fonix memejamkan mata dalam-dalam, "Aku mengerti, terimakasih atas penjelasanmu.." Ucap Fonix.

"Kau akan pergi?" Tanya Jinan.

"Ayah akan menikah sebentar lagi. Aku harus ikut andil dalam persiapan." Jawab Fonix.

"Baiklah, sampai jumpa lagi.." ucap Jinan.

Fonix meninggalkan klinik Jinan dengan perasaan yang berat. Ia merasa khawatir tentang kondisi Freya dan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Ia juga merasa sedih karena tidak ada solusi yang mudah untuk menyembuhkan penyakit jantung bawaan yang diderita oleh Freya.

Setelah meninggalkan klinik, Fonix kembali ke mobilnya dan mulai mengemudi menuju Fenidelity Group.

...***...

Fonix mengemudi menuju Fenidelity Group dengan pikiran yang masih dipenuhi dengan kekhawatiran tentang Freya. Setelah tiba di perusahaan Fenidelity Group, Fonix keluar dari mobilnya, menatap gedung tinggi itu. Ia tidak bisa membayangkan, sekeras apa ibunya membangun perusahaan ini.

Fonix langsung menuju ruang kerjanya, yang berada di lantai tertinggi. Semua pegawai telah mengetahui tentangnya. Mereka semua membungkuk hormat ketika berpapasan. Fonix mengangguk pelan dengan tampang datar dan dingin. Setibanya di rumah kerjanya, Fonix disambut dengan hangat oleh Himea.

"Tuan muda, selamat datang. Sekarang anda telah resmi menjadi pemimpin perusahaan ini." Ucap Himea.

"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu.." Fonix berjalan ke ujung ruangan, menatap hamparan kota Tokyo dari balik jendela.

"Apa ada masalah, tuan muda?" Tanya Himea.

Fonix menghela Nafas, "Aku mungkin akan segera menyusul ibu." Ucapan Fonix membuat Himea tersentak.

"Tuan muda, apa maksud anda?"

"Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan kekasihku, selain dengan mendonorkan jantung. Dan aku sudah memutuskan untuk mendonorkan jantungku padanya." Ucap Fonix.

Himea terkejut dengan keputusan Fonix. Ia tidak bisa membayangkan bahwa Fonix akan rela mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan kekasihnya. "Tuan muda, apakah anda sudah memikirkan ini dengan matang?" Tanya Himea dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Fonix menoleh ke arah Himea, dengan mata yang penuh dengan tekad. "Aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku tidak bisa membiarkan Freya pergi tanpa melakukan apa-apa. Aku harus mencoba segala cara untuk menyelamatkannya."

"Apa yang spesial dari gadis itu, sehingga anda rela mengorbankan jantung anda?" Tanya Himea.

"Freya adalah seseorang yang sangat spesial bagiku. Dia satu-satunya gadis yang berani melawan ayah demi melindingiku. Aku rela melakukan apa saja untuk menyelamatkannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawaku sendiri."

Himea menghela napas, ia bisa merasakan betapa besar cinta Fonix kepada Freya. "Saya mengerti, tuan muda. Tapi, apakah anda yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat? Apakah anda sudah memikirkan tentang akibatnya bagi perusahaan dan keluarga anda?"

Fonix mengangguk, ia tahu bahwa keputusannya akan memiliki akibat yang besar. Tapi, ia tidak bisa membiarkan kekhawatiran itu menghalangi langkahnya. "Aku sudah memikirkannya. Jika hal terburuk terjadi nanti, Aku ingin Freya yang memimpin perusahaan ini." Ucap Fonix.

"Tuan muda.." Himea nampak masih keberatan.

"Ayah akan menikah sebentar lagi, aku akan meminta maaf padanya, karena tidak akan bisa hadir. Dan, jangan beritahu siapapun tentang ini." Ucap Fonix tegas.

Himea menghela nafas, "Saya mengerti.." Himea membungkuk.

...***...

Keputusannya sudah bulat, dan Fonix tidak akan mundur lagi. Fonix melajukan mobilnya untuk pulang ke kediaman Tantra. Dia harus berpamitan pada ayahnya, untuk pulang ke Indonesia.

Fonix tiba di kediaman Tantra dengan perasaan yang berat. Ia tahu bahwa ia harus berpamitan dengan ayahnya, tapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah semua ini berakhir. Ketika masuk ke dalam rumah, Fonix terkejut ketika mendapati ayahnya, tengah berciuman di ruang tamu bersama Veranda.

"Bisakah kalian melakukannya di tempat lain?" Seiya dan Veranda sontak terkejut. Fonix datang tanpa tanda.

"Anak nakal, kau membuat kaget." Ucap Seiya.

"Jangan salahkan aku.." ucap Fonix berjalan ke arah kamarnya.

"Kamu mau kemana setelah ini?" Tanya Veranda.

"Aku akan kembali ke Indonesia, aku hanya ingin berpamitan.." ucap Fonix.

"Ayah harap kekasihmu segera sembuh. Ayah sangat ingin dia hadir di pernikahan nanti.." ucap Seiya.

Fonix terdiam, "Aku tidak bisa berjanji soal itu." Ucap Fonix.

...***...

Langkah yang berat di mulai di sini. Fonix telah menaiki pesawat menuju Indonesia. Dia telah mengurus semuanya di jepang. Tapi mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Fonix menatap keluar jendela pesawat, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang Freya dan keputusannya untuk mendonorkan jantungnya. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang berat.

Pesawat mulai terbang stabil, dan Fonix merasa sedikit lebih tenang. Ia memikirkan tentang semua yang telah terjadi, dari pertama kali bertemu Freya hingga keputusannya untuk mendonorkan jantungnya. Fonix merasa bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, walaupun itu berarti mengorbankan nyawanya sendiri. Ia hanya ingin menyelamatkan Freya, dan jika itu berarti harus mengorbankan dirinya sendiri, maka itu tidak masalah.

Setelah beberapa jam terbang, pesawat akhirnya mendarat di bandara di Indonesia. Fonix keluar dari pesawat dan langsung menuju ke rumah sakit tempat Freya dirawat.

Ketika tiba di rumah sakit, Fonix langsung menuju ke ruangan Freya. Namun, ia terkejut ketika mendapati kedua orang tua Freya berada di lorong, serta ibunda Freya yang menangis di pelukan suaminya.

"Om, Tante.."

Fonix mendekati kedua orang tua Freya dengan perasaan yang berat. Ia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa, Om? Tante?" tanya Fonix dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Ayah Freya menoleh ke arah Fonix, wajahnya terlihat sedih. "Fonix, kamu sudah pulang?" Tanya ayah Freya.

"Apa yang terjadi, bagaimana kondisi Freya?" Tanya Fonix.

Ibunda Freya langsung memeluk Fonix dengan erat, sembari menangis. Fonix tau ada yang tidak beres di sini.

"Freya... kondisinya semakin parah. Dokter mengatakan bahwa ia tidak punya banyak waktu lagi." Fonix merasa seperti dipukul oleh kata-kata ayah Freya. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Freya.

"Tidak... tidak mungkin," ucap Fonix dengan suara yang bergetar.

Ibu Freya menangis lebih keras, "Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, Fonix. Kami tidak ingin kehilangan Freya.." Fonix merasa sedih dan tidak berdaya.

1
Riding Storm
Boleh kasih saran?? /Applaud/
Riding Storm: Wkwk, sama aja. Kalau males ya gak bakal ada yang berubah. Semangat, Kak.
Miss Anonimity: Udah lama pengen di Revisi, tapi masih perang sama rasa males.
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!