NovelToon NovelToon
Rush Wedding

Rush Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Yatim Piatu / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebuah kecelakaan beruntun merenggut nyawa Erna dan membuat Dimas terbaring lemah di ruang ICU. Di detik-detik terakhir hidupnya, Dimas hanya sempat berpesan: "Tolong jaga putri saya..." Reza Naradipta, yang dihantui rasa bersalah karena terlibat dalam tragedi itu, bertekad menebus dosanya dengan cara yang tak terduga-menjodohkan Tessa, putri semata wayang Dimas, dengan putra sulungnya, Rajata. Namun Rajata menolak. Hatinya sudah dimiliki Liora, perempuan yang ia cintai sepenuh jiwa. Tapi ketika penyakit jantung Reza kambuh akibat penolakannya, Rajata tak punya pilihan selain menyerah pada perjodohan itu. Tessa pun terperangkap dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Ia hanya ingin hidup tenang, tanpa harus menjadi beban orang lain. Namun takdir justru menjerat mereka dalam ikatan yang penuh luka. Bisakah Tesha bertahan di antara dinginnya penolakan? Dan mungkinkah kebencian perlahan berubah menjadi cinta?

Kalian ngapain?

Tadinya Tessa berniat tidur lagi setelah perjalanan panjang dari Bandung ke Jakarta. Tubuhnya masih terasa lelah, matanya pun sempat terasa berat. Namun, rasa kantuk itu langsung sirna ketika mendengar permintaan Rajata yang tiba-tiba.

"Bukan, maksud gue kita—seranjang"

Kalimat sederhana itu membuat detak jantung Tessa sedikit kacau. Ia tahu mereka sudah menikah, tapi ini pertama kalinya Rajata secara langsung mengajaknya tidur seranjang. Bahkan saat dibandung saja laki-laki itu mengalah tidur dibawah dengan menggunakan matras.

Begitu Rajata masuk ke kamar mandi, Tessa malah bangkit dari tempat tidur. Ia merasa gelisah dan memilih keluar dari kamar.

"Nggak jelas banget tuh orang. Gara-gara dia jadi nggak ngatuk lagi kan gue!" gerutu Tessa sambil menuruni tangga, kakinya telanjang menyentuh dinginnya lantai marmer.

"Masak aja deh," gumamnya pelan.

"Daripada nggak ngapa-ngapain."

Rumah terasa sepi. Renata, Carissa, dan Reza belum pulang, membuatnya merasa sedikit lega. Untuk pertama kalinya sejak tinggal di sini, ia bisa bernapas lebih leluasa.

Matanya menyapu sekeliling ruang. Hampir sebulan tinggal di rumah ini, tapi baru sekarang ia benar-benar memperhatikan—rumah dua lantai yang sederhana tapi rapi. Ada kesan hangat, walau tetap terasa asing baginya.

"Kapan gue bisa ngerasa nyaman tinggal disini" gumamnya pelan, sebelum melangkah ke dapur.

Selesai mandi, Rajata melangkah keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Matanya menyapu kamar, mencari sosok Tessa. Tapi tak ada siapa pun di sana.

Ia sempat ingin mencarinya ke lantai bawah, namun tubuhnya terasa terlalu lelah. Tanpa pikir panjang, ia melemparkan diri ke atas kasur dan menarik selimut.

Sementara itu, di bawah, Tessa sedang berjongkok di depan kulkas. Matanya menyapu isi rak satu per satu—ada ayam, udang, beberapa sayuran, dan sisa bumbu yang masih lengkap.

"Hmm... bikin ayam lada hitam aja kali ya," gumamnya pelan.

Ia mengeluarkan potongan ayam dari wadah, lalu mengambil paprika dan bawang bombay yang masih segar. Ia tak berniat memasak terlalu banyak—hanya cukup untuk dua porsi. Dirinya dan Rajata.

Tangannya mulai bergerak otomatis, menyiapkan bahan-bahan dengan gerakan yang terlatih.

Ini pertama kalinya Tessa memasak untuk Rajata. Rasanya aneh—campur aduk, antara ragu dan peduli.

"Nggak tahu dia mau makan atau nggak... yang penting gue masih peduli sama perutnya," batinnya sambil menumis bawang putih.

Aroma harum menyebar, mengisi dapur yang sunyi. Tangannya sibuk menambahkan potongan ayam, lalu lada hitam, kecap asin, dan sedikit saus tiram.

Ponselnya yang tergeletak di atas meja dapur bergetar. Tessa sempat menoleh, tapi memilih tetap fokus pada wajan di depannya.

"Pagi-pagi gini, siapa sih yang ngechat?" gumamnya lirih.

Setelah memastikan masakannya matang, ia mematikan kompor dan baru kemudian meraih ponsel yang sejak tadi tak berhenti bergetar.

Ternyata dari grup kecil teman kampusnya yang hanya berisi dirinya, Putri, Diana, dan Raisa.

...PARA PEJUANG TOGA!...

Diana Falika

Guysss!! Besok tim basket Cakrawala tanding, nonton yukkk!

Raisa Liliana

Gasss gassss! Ayok deh! @Putrinafisa @Tessaalodia kalian gimana guys?

Putri Nafisa

Gue ayok aja, gue otw balik dari Bandung nih. Lagi di kereta.

Diana Falika

Waah take care, Put! Lo bawa oleh-oleh nggak?!

Raisa Liliana

Oleh-oleh mulu otak lo.

Putri Nafisa

wkwk bawa banyak kok. Aman.

Diana Falika

Mantap! Btw @Tessaalodia gimana? Ikut nggak?

^^^Tessa Alodia K. ^^^

^^^Gue juga ikut deh ^^^

Putri Nafisa

Lo udah balik dari Bandung, Tes?

Raisa Liliana

Lohh lo juga abis dari Bandung, Tess? Ngapain?

Tessa tak membalas. Ia memilih mengabaikan notifikasi itu. Toh, besok juga mereka pasti akan memberondongnya lagi dengan pertanyaan. Ia sudah hafal betul dengan gaya teman-temannya.

Tanpa banyak pikir, ia meletakkan ponsel dan mulai membereskan dapur. Takut nanti Renata pulang dan melihat dapur berantakan—bisa-bisa dia kena omel.

Rajata sebenarnya mencoba tidur, tapi tidurnya tak nyenyak. Perutnya mulai terasa lapar, dan aroma masakan dari dapur perlahan menyusup ke dalam kamar, menggoda indra penciumannya.

Ia mengerang pelan, menggeliat di atas ranjang. Mau tak mau, matanya terbuka dengan kesal.

"Bau-nya enak banget..." gumamnya, lalu mendengus. "Sialan, jadi nggak bisa tidur nyenyak, kan."

Dengan malas, ia bangkit dari ranjang, mengacak rambutnya yang masih setengah basah, lalu melangkah keluar kamar—menuruni tangga sambil menggerutu pelan.

Langkah kaki Rajata terdengar menuruni tangga, berat dan malas. Tessa yang sedang mencuci wajan sontak menoleh, sedikit terkejut.

Rajata berdiri di ambang pintu dapur, rambutnya masih berantakan, matanya setengah mengantuk, tapi hidungnya jelas bekerja dengan baik.

"Ini... lo yang masak?" tanya Rajata dengan suara serak, begitu duduk di meja makan.

"Hmm," gumam Tessa singkat. Ia menyusul ke meja makan sambil membawa dua piring.

Dengan gerakan cepat tapi tetap tenang, ia mengambilkan nasi, ayam lada hitam, dan sedikit capcay untuk Rajata, lalu meletakkannya di hadapan laki-laki itu.

"Ini yakin bisa dimakan kan?" Rajata mengangkat alis, nada suaranya terlihat was was.

Tessa menoleh tajam, sinis.

"Kalau lo ragu sama masakan gue, ya nggak usah dimakan,"

Ia hendak menarik kembali piring Rajata, tapi tangan laki-laki itu langsung menahan.

"Yaelah, gitu aja marah. Gue cuma nanya!"

"Besok gue tanding basket. Jadi nggak mau ambil risiko kalo tiba-tiba sakit gara-gara masakan lo."

Tessa tidak menggubris. Ia hanya duduk di seberang, membuka nasinya pelan, lalu mulai menyuapkan satu sendok ke mulutnya sendiri. Rajata memperhatikan sebentar, lalu mulai ikut makan.

Beberapa detik hening. Hanya suara sendok menyentuh piring. Sampai akhirnya Rajata bergumam sambil mengunyah:

"Masakan lo... lumayan juga."

Tessa mendengus.

"Tadi aja lo ogah-ogahan makan."

"Itu karena gue belum tau rasanya." Rajata nyengir. "Sorry deh. Tapi besok pagi... masakin gue lagi ya?"

Tessa tidak langsung menjawab. Matanya menatap Rajata, mencoba membaca ekspresi laki-laki itu—serius atau cuma bercanda.

"Bisa nggak?" ulang Rajata, kali ini lebih lembut.

Tessa mengangguk pelan.

"Bisa."

Rajata langsung bersorak kecil, seperti anak kecil yang baru dikabulkan permintaannya.

Tessa cepat-cepat menunduk, menyembunyikan pipinya yang mulai memanas.

"Duh... jangan baper, Tess," bisiknya dalam hati sambil memaksakan suapan.

Tessa berdeham, mencoba mencairkan suasana.

"Ehhm... besok tanding jam berapa?" tanyanya pelan, tanpa menatap Rajata.

"Jam 1 siang," jawab Rajata sambil terus makan.

Tessa mengangguk pelan.

"Kenapa? Mau nonton gue?" tanya Rajata cepat, nadanya sedikit menggoda.

"Temen-temen gue ngajakin sih... tapi gue masih pikir-pikir dulu," ucap Tessa cepat, sengaja supaya Rajata nggak besar kepala.

Rajata menyipitkan mata.

"Lo harus dateng! Lo harus lihat gimana kerennya gue di lapangan."

Tessa berdecak kesal.

"Males banget kalo lo udah mulai mode narsis gini."

Rajata tertawa kecil, santai.

"Haha... harusnya lo seneng. Nggak banyak yang tahu sisi gue yang satu itu."

Tessa baru akan membalas, tapi ponselnya tiba-tiba berdering di atas meja. Ia melirik sekilas, lalu mengangkat alis.

Arjuna.

"Halo?"

"Kenapa, Jun?"

Mendengar nama itu, Rajata refleks menghentikan kunyahannya. Tenggorokannya terasa penuh, seolah-olah nasi yang baru saja masuk mendadak berubah jadi batu.

"Lo besok ada acara nggak, Tes?" suara Arjuna terdengar santai dari seberang.

"Besok?" Tessa melirik sekilas ke arah Rajata yang diam menatapnya. "Nggak ada sih. Emang kenapa, Jun?"

"Mau nonton basket bareng nggak?" Ucap Juna diseberang sana.

Tessa tersenyum kecil, lalu menjawab dengan nada riang berlebihan.

"Oh, nonton basket? Boleh, boleh banget!"

Ia sengaja melirik Rajata dengan tatapan jahil. Ia tahu laki-laki itu sensitif soal Arjuna, walau tak pernah benar-benar mengaku. Dan entah kenapa, hari ini Tessa ingin sekali membuat Rajata kesal.

Benar saja, Rajata sudah berdiri dari kursinya, terlihat hendak merebut ponsel dari tangan Tessa.

Tessa cepat-cepat berdiri dan menjauh, sambil terus berbicara ke ponsel.

"Okee okee. Sampai ketemu besok yaa, Juna!"

Ia menutup telepon sambil menyeringai puas. Rajata menatapnya, wajahnya datar—tapi rahangnya mengeras.

"Lo besok di rumah. Nggak boleh ke mana-mana," ucap Rajata tiba-tiba, dengan nada setengah serius.

Tessa memutar badan, menatapnya bingung.

"Hah? Gimana sih, katanya disuruh nonton lo tanding?"

Rajata mendengus.

"Nggak jadi. Lo di rumah aja."

Ia melangkah mendekat.

"Sini ponsel lo, gue batalin janji lo sama si wayang jelek itu."

Tessa langsung mundur selangkah, refleks menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya.

"Ih, apaan sih, Ja!"

”Namanya Juna—Arjunaa” ucap Tessa sengaja dengan nada menggoda, lengkap dengan senyum jahil dan suara yang dilebihkan.

"Sini nggak, ponsel lo."

"Nggak mau!"

Rajata makin mendekat. Tessa memutar arah dan mulai berlari kecil memutari meja makan, tertawa panik sementara Rajata mengejarnya dengan langkah cepat.

Tessa berusaha berbelok cepat di ujung meja, tapi karpet kecil di bawah kakinya bergeser. Keseimbangannya goyah. Ia hampir terjatuh ke belakang.

"Aaa—"

Namun sebelum tubuhnya benar-benar ambruk, tangan Rajata sigap menangkapnya. Lengan kekar itu melingkar di pinggang Tessa, menahannya dalam posisi nyaris jatuh.

Beberapa detik mereka terdiam.

Napas mereka beradu, mata bertemu, dan suasana yang semula riuh mendadak berubah jadi sunyi.

Rajata memeluk erat punggung Tessa yang hampir jatuh. Tubuh mereka berhenti dalam posisi canggung—terlalu dekat.

Hingga tiba-tiba, suara Carissa memecah keheningan.

"Kalian ngapain?"

Tessa dan Rajata sontak menoleh. Carissa berdiri di ruang tengah menenteng koper, matanya membelalak, alisnya terangkat tinggi.

Di belakangnya, Reza dan Renata menatap mereka dengan ekspresi tak kalah terkejut. Wajah lelah karena perjalanan jauh seketika berubah menjadi tegang dan penuh tanya.

Yaaaah... kegep deh!

Duh, gimana ya reaksi Carissa, Reza, sama Renata ngelihat pasangan ini? Hihi, kira-kira bakal diapain yaaa?

Jangan lupa like dan komen ya guys\~ biar aku makin semangat lanjutinnya! 💬💖

1
sjulerjn29
thor namanya sama🤭😂
jangan2...
⭐⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 𝙿𝚊𝚝𝚛𝚒𝚌𝚔_
So switt
Rezqhi Amalia
smngt thor
SHanum
ya begitulah rasanya tidur di sofa selamat, skrg tau kan rasanya
SHanum
/Sob//Sob//Sob/
SHanum
bu Renata punya anak gadis juga loh, coba bayangan klu anak ibu yg digituin
SHanum: nnti bilangin ke bu Renata ya
Muffin: Iya yaaa nggak mikir kesana mungkin dia kak kwkw
total 2 replies
SHanum
Ya Allah jangan sampai aku dipertemukan calon mertua seperti bu Renata /Sob/
SHanum: Aamiin..
/Facepalm//Facepalm/
Muffin: Semoga yaaa kak. Semoga dipertemukan dengan mertua yang baik. Btw ini renata blm apa apa loh hehe
total 2 replies
SHanum
seperti ini yang dinamakan sahabat sllu ada baik suka maupun duka
SHanum
mulai nih breaking news/Facepalm/
Ningsih,💐♥️
baru awal jadi menantu, sudah dimusuhi mertua....
kasihan, malang benar nasibmu Tessa
Muffin: Ada rajata nnti yang jadi pahlawan kesianhannya kak hehe
total 1 replies
Opi Sofiyanti
kadang orng tuh hrs di gtu in dl y, br keluar tanggung jwb nya...
Muffin: Bener sih. Emng harus dikasih paham dulu br ngerti
total 1 replies
Opi Sofiyanti
🥰🥰🥰🥰
Dewi Ink
kasian Tessa, punya mertua kayak Renata
Muffin: Justru yang diindosiar itunudh dibuat soft banget kak. Realitanya lebih parah. Pantengin aja terus Renata nnti aku kasih paham mertua kalo di real life gimana aslinya kekw
Dewi Ink: seperti kisah indosiar/Grin/
total 3 replies
Lonafx
nahh gini kan keren si Rajata 😎 Semoga bisa selalu jadi pelindung Tessa dari mertua yg terdeteksi 'bukan mertua idaman'/Facepalm/
Lonafx: kalau nakal, getok aja palanya Thor 😅
Muffin: Semoga rajata baik terus yaa😌😌
total 2 replies
Ella
Mertua modelan bgni cocok suntik rabies klau bukan krna ulah suamimu, tesa tdk akan jdi anak yatim piatu.dasar nene garong🤣
Muffin: Nah bener, agak gatau diri emng hehe
total 1 replies
Alsyafara Khalisa
baru di awal bab udah di buat mewek aja.
Athena_25
nah loh, sport jantung nggk tuh mak lampir, ayo tess, ksh pelajaran tuh si lampir biar tau rasa🤣
Muffin: Nanti kita kasih paham dia
total 1 replies
Athena_25
oh tidakkk, bisa-bisa si juna dikirim ke pluto oleh raja 🤭
Drezzlle
semoga Tessa bisa beneran jatuh cinta dengan Rajata
Muffin: Semoga ya kak 🥹
total 1 replies
HNP
💜💜💜🌹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!