NovelToon NovelToon
40 Hari Sebelum Aku Mati

40 Hari Sebelum Aku Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Fantasi / Reinkarnasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

Bagaimana rasanya jika kita tahu kapan kita akan mati?
inilah yang sedang dirasakan oleh Karina, seorang pelajar SMA yang diberikan kesempatan untuk mengubah keadaan selama 40 hari sebelum kematiannya.
Ia tak mau meninggalkan ibu dan adiknya begitu saja, maka ia bertekad akan memperbaiki hidupnya dan keluarganya. namun disaat usahanya itu, ia justru mendapati fakta-fakta yang selama ini tidak ia dan keluarganya ketahui soal masa lalu ibunya.
apa saja yang tejadi dalam 40 hari itu? yuk...kita berpetualang dalam hidup gadis ini.

hay semua.... ini adalah karya pertamaku disini, mohon dukungan dan masukan baiknya ya.

selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34. Ada Yang Menghindar

“Pagi mama.”

“Pagi anak mama cantik…”

Bu Nurma yang sedang asik menyiapkan sarapan di dapur menoleh ke arah Karina yang berjalan malas keluar dari kamarnya.

“Kok tumben mama masih di rumah jam segini? Mama gak ke florist ma?”

Karina duduk di kursi makan, mengambil air putih lalu meneguknya.

“Enggak. Hari ini gak ada pesanan.”

“Gak jaga florist berati?”

“Hari ini Dimas yang kesana gantiin mama.”

“Uhuk….”

Karin menyemburkan air putih yang baru saja ia seruput dari gelasnya. Tersedak kaget mendengar jawaban ibunya.

“Karin… Pelan-pelan ah minumnya. Kok bisa kesedak gitu sih?!”

Bu Nurma reflek mematikan kompornya. Meraih beberapa lembar tisu di nakas dapur dan memberikan kepada Karin yang masih terbatuk-batuk.

“Kenapa sih minum air putih aja kok ampe kesedak gitu Karin.”

Tubuh Karin membungkuk terguncang-guncang oleh tebukan ibunya di punggung hingga batuknya mereda.

“Dimas? Ke florist hujan hujan gini? Hari Sabtu?”

“Ah kamu mah, bikin mama kaget aja ih.”

Bu Nurma kembali menyalakan kompornya dan melanjutkan menyelesaikan Sup ayam yang ia tinggalkan.

“Maaf ma hehe…”

Lantai yang basah karena semburan air minum Karin membuatnya jelalatan mencari kain pel.

“Memang apa yang salah kalau Dimas bantuin mama jagain toko? Kan juga kalau sabtu cuma buka setengah hari.”

“Bukan itu ma.”

Karin berjongkok mulai mengelap lantai.

“Tumben aja hari Sabtu dia mau bangun pagi buat jagain toko. Apalagi hujan gini. Ajaib banget itu anak.”

“Dia sengaja bangun pagi buat ke toko, biar hari ini mama jagain kamu sekalian instirahat katanya.”

“Wuidih… Kesambet apa tuh anak?”

“Hust, kok gitu sih. Bagus kan malah. Artinya dia perhatian sama kakaknya, sama mamanya.”

Karin nyengir mendengar pembelaan ibunya untuk adiknya.

Bukan soal perhatian dan kasih sayang Dimas sebetulnya yang membuatnya kaget. Tapi Karin merasa beberapa hari ini Dimas seperti menyibukan diri. Seolah ia sengaja untuk tidak tinggal diam di rumah. Ataukah mungkin Dimas sedang berusaha untuk menghindarinya?

Entah, yang jelas Karin merasa sedikit aneh.

Karin beres mengeringkan lantai tepat saat ibunya menyajikan sup ayam panas untuk sarapan.

“Matang ini supnya. Mama juga dah buat perkedel jagung kesukaan kamu. Ayo sarapan, minum obatmu. Obatmu masih kan?”

Karin mengangguk, mengambil piring dari rak disamping kompor.

“Masih, tapi hari ini terakhir. Sore nanti habis obat Karin.”

“Badanmu sudah sehat betul?”

“Sudah ma, tenang aja… Udah sehat Karin.”

Bu Nurma menuangkan sup ayam ke dalam mangkuk kecil untuk Karin yang mulai nyemil perkedel jagung.

“Habisin makannya, mandi, istirahat lagi ok?”

“Ma, boleh gak Karin nyusul Dimas ke toko, gabut nih dirumah.”

“Gak usah aneh-aneh deh ah! Udah tau hujan begini. Badan juga baru aja sembuh. Udah mau keluyuran lagi. Udah, istirahat di rumah. Bentar lagi juga adeknya pulang. Heran deh, ada-ada aja kamu tuh.”

Karin nyengir kena omel ibunya. 

Sesuap demi sesuap ia menikmati nasi dan sup ayam buatan Nurma di hadapannya. Dengan perasaan sedikit kesal karena jelas-jelas ia tahu Dimas menghindarinya. Dimas paling tidak suka kalau hari liburnya harus terganggu dan harus bangun pagi. Tapi kali ini, ia sengaja menawarkan diri untuk membantu ibunya bekerja di toko pagi-pagi. Rasanya sulit untuk dipercaya.

Ada yang disembunyikan adiknya, ya itu pasti.

“Sepertinya Dimas menemukan sesuatu tentang toko kue yang mengirim parcel untuk mamanya.”

Gumam Karin dalam hati sementara ibunya mencuci peralatan bekas memasak tadi.

“Ma, mama inget gak siapa yang mama tolongin waktu kecelakaan di deket florist mama?”

“Yang mana?”

“Itu loh, yang sering kirimin mama kue itu. Candra Candra itu lho.”

“Oh, Candra Kirana. Inget. Ya itu, Candra Kirana namanya.”

“Orangnya kaya apa?”

“Erm… masih muda. Umurnya sekitar 30an tahun. Kenapa?”

Bu Nurma melepaskan celemek yang sedikit basah terkena cipratan air cucian perabot dapur, menggantungnya di samping kulkas lalu duduk menemani putrinya sarapan.

“Gak papa sih ma, heran aja. Kok sampai hari ini masih terus kirimin mama parcel. Padahal kan itu udah lama kejadiannya. Emang parah ya kecelakaannya?”

“Kalau mama gak narik tangganya ngejauhin trotoar, bisa jadi dia meninggal.”

Bu Nurma mengernyitkan keningnya, mengingat peristiwa mengerikan itu.

“Gimana ceritanya sih ma?”

“Jadi, dulu itu. Candra itu lagi berdiri di dekat gerobak es buahnya pak Bewok. Pas banget waktu itu mama juga lagi jalan mau beli es buah. Udah deket gerobak, dari jauh ada mobil box pencet-pencet klakson, jalannya oleng. Kayaknya rem blong. Eh tau tau rodanya naik sampai trotoar. Jadi mama tarik itu tangannya Candra ngejauh dari trotoar.”

Nurma berdiri dan menggerak gerakan tangannya mempraktikan kejadian di waktu itu.

“Akhirnya mobil box itu nabrak beberapa motor yang parkir di sekitar situ. Trus brenti tuh abis nabrak tiang listrik di depan ruko ruko deket toko mama itu.”

“Ada korban jiwa gak?”

“Syukurnya sih gak ada. Mama bisa lari sama si Candra. Pak Bewok sama penjual kue molen disebelahnya bisa menghindar walaupun kayaknya sempet jatuh.”

Karin mengangguk angguk. Jadi pantas saja, sampai hari ini Candra masih mengirim mama parcel tanda terimakasih itu, batin Karina.

"Mama pernah ketemu lagi setelah peristiwa itu?"

"Kalau ketemu sih gak, tapi sesekali dia telpon mama nanyain kabar mama. Itu aja."

"Oh jadi mama punya nomernya?"

"Ada. Kenapa?"

"Minta dong ma."

"His, ngapain? Buat apa?"

"Karin pengen juga kali nicip kuenya atau puding ya. Besok besok kalau pengen kan bisa order ke sana."

Nurma memincingkan matanya penuh selidik. Karin berusaha bersikap biasa. Ia tak mau ibunya curiga bahwa ia sedang coba merangkai satu demi satu potongan petunjuk yang ia belum tau arahdan ujungnya kemana. Setenang mungkin Karin melanjutkan sarapannya, walaupun sebenarnya degup jantungnya sedang berpacu lebih cepat.

"Jangan minta gratisan ya!"

"Enggak lah mama, Karin bayar lah."

Nurma tersenyum lega, dan Karin tertawa, jauh lebih lega.

***

1
Soraya
semangat thor updatenya
Soraya
jgn jgn nek mojang itu putri
Benny Benny saputra
terus
Soraya
apa mungkin Pak bewok penjualan es itu budiman
Soraya
mampir thor
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Sangat kreatif
mamak
keren mb Dy,
Tiga Dara: hey... sapa nih??
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!