Anabela Velove gadis cantik yang kini beranjak dewasa. Selama ini dia hanya hidup berdua dengan daddy angkatnya. Dia tak pernah tahu, kalau laki-laki yang selama ini menyayanginya, adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan orang tuanya.
Sampai suatu malam, akhirnya dia tahu kalau Benigno Amstrong adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan kedua orang tuanya untuk selamanya. Anabela pun akhirnya tahu, kalau Daddy angkatnya seorang Mafia kejam.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah takdir menyatukan mereka? Akankah Anabela memaafkan Benigno, menghapus rasa dendamnya atas kematian kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya di karya "Terjerat Cinta Daddy Mafia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terulang Kembali
Benigno terdiam, membuat Ana menjadi penasaran. Dia guncang tubuh Benigno cukup keras, membuat Benigno merasa kesakitan.
"Apa yang terjadi dengan Daddy?" Ana menatap wajah Benigno serius.
"Ti—tidak kenapa-kenapa. Kamu tak perlu khawatir! Ya sudah, Daddy ke kamar dulu beristirahat," ucap Benigno mengalihkan. Dia memilih berbohong pada Ana. Dia langsung pergi meninggalkan Ana.
"Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Daddy?" Ana berkata dalam hati. Dia merasa curiga.
"Aku tak ingin terlihat lemah di hadapan Ana."
Benigno sudah membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia begitu merindukan ranjangnya. Hingga tak butuh waktu lama, dia sudah tertidur nyenyak. Semewah apapun rumah sakit, tetap saja tak membuat dia merasa nyaman selama di sana.
"Sepertinya, Daddy benar-benar tidur. Sudah satu jam lebih aku menantinya dia turun, tapi sampai ini dia tak juga turun," Ana berkata lesu.
Sejak tadi dia terlihat gelisah, seakan semuanya terasa salah. Dia juga terlihat uring-uringan. Dia merasa daddynya mengabaikan dirinya. Hingga akhirnya dia merasa tak sabar, dan memutuskan untuk menemui daddynya di kamar.
Ana mengetuk pintu dan memanggil-manggil Benigno dari luar, membuat Benigno akhirnya terbangun dari tidurnya. Dengan mata masih mengantuk, dia terpaksa turun dari ranjang, dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa, An? Daddy ingin istirahat dulu," ucap Benigno.
Bukannya menjawab, Ana justru langsung menerobos masuk, dan naik ke ranjang. Benigno hanya bisa menghela napas panjang, melihat tingkah anak angkatnya itu.
"Dad, sekali-kali aku ingin sekali nonton bioskop sama Daddy. Bosan aku di Mansion terus. Daddy pun tak memperbolehkan aku berpacaran," protes Ana.
"Ya. Tapi, nanti ya! Daddy belum bisa janji kapan bisanya," sahut Benigno. Dia sedang tak ingin berdebat dengan anak angkatnya yang keras kepala.
Benigno sudah membaringkan tubuhnya di ranjang kembali. Sepertinya, dia masih membutuhkan pemulihan. Tubuhnya masih terasa lemas.
Keisengan Ana pun muncul. Dia selalu saja menjadi wanita peng*goda, mencari perhatian Benigno.
"Dad—"
Ana melirik ke arah Benigno yang memejamkan matanya.
"Ehm, kenapa?" Benigno menjawab tanpa membuka matanya.
"Sebenarnya, kemarin itu Daddy kemana? Mengapa tak memberi kabar padaku? Apa Daddy tak merindukan aku?" serentetan pertanyaan terlontar dari bibir Ana.
"Itu lebih baik. Jika tidak, kamu pasti akan merengek menyuruh Daddy pulang," jawab Benigno cuek. Dia masih enggan membuka matanya.
"Selalu saja bersikap dingin!" umpat Ana.
Ana merasa kesal, karena Benigno masih saja memejamkan matanya. Hingga akhirnya dia menyerang bibir Benigno. Mau tak mau akhirnya Benigno membuka matanya. Sebagai seorang laki-laki dewasa tentu saja hal itu membuat dia berhasrat.
"Ternyata, harus seperti itu. Membuat Daddy membuka mata," goda Ana sambil memainkan alisnya.
"Selalu saja, membuat Daddy tak mampu menahannya."
Ana justru tersenyum, kala membuat Daddynya terpancing. Percintaan panas melepas rindu, akhirnya terjadi. Semakin lama, hawa panas menjalar di tubuh mereka. Mereka menjadi bergelora.
Lagi-lagi Benigno tak mampu menahannya. Menumpahkan cairan hangat di rahim Ana.
"Daddy membuang di dalam lagi?" protes Ana.
"Iya, maaf. Setelah ini, Daddy akan menyuruh pelayan membelikan obat peluntur untuk kamu minum. Tak perlu khawatir, kamu tak akan hamil. Meskipun kita melakukannya berkali-kali," Benigno meyakinkan Ana.
"Jika aku sampai hamil. Daddy harus menikahi aku. Jika tidak, aku akan gugurkan anak ini," ancam Ana.
Benigno akan berusaha, hal itu tak akan pernah terjadi. Dia masih saja bersikeras tak ingin menikah. Padahal, dia sudah mengenal baik Ana. Dia tak mungkin mengkhianatinya. Hanya saja, pemikiran buruk itu selalu hadir di pikirannya.
"Ini apa?" tanya Ana, yang kini memegang bekas operasi di da*da Benigno.
"Apa yang terjadi pada Daddy? Katakan padaku!" Ana terlihat penasaran, memaksa Benigno untuk menjawab.
"Sudahlah! Kamu tak perlu tahu. Yang terpenting sekarang, Daddy berada di samping kamu," sahut Benigno.
Benigno memilih menutupinya dari Ana. Tak ingin Ana tahu, apa yang terjadi padanya. Ternyata, tak cukup satu kali. Tak lama kemudian, Benigno menginginkannya kembali. Setelah beberapa lama terpisah, hari ini mereka bersama kembali.
Kali ini Benigno meminta Ana yang memimpin permainan. Posisi Ana yang berada di atas tubuh Benigno. Kamar tersebut, menjadi saksi bisu pergulatan panas mereka.
"Ayo kita bersihkan dulu, sisa-sisa percintaan kita!"
Ana bersikap manja, meminta Benigno menggendongnya ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, mereka mandi bersama. Benigno memandikan Ana, layaknya seorang bapak yang memandikan Anaknya.
"Setelah ini, kamu pakai pakaian kamu, dan segera kembali ke kamarmu! Apa kamu sudah makan? Daddy akan meminta pelayan mengantarkan makanan ke kamar," ucap Benigno.
"Aku ingin tidur bersama Daddy. Pokoknya, aku tak ingin kembali ke kamar. Apa Daddy tak merindukan aku? Sepertinya, Daddy hanya menginginkan tubuhku saja," Ana menggerutu.
"Kamu yang menggoda! Ya sudah sana kembali ke kamar. Daddy ingin beristirahat dulu," usir Benigno.
Ana tetap pada pendiriannya, dia tetap ingin tidur di kamar. Hingga akhirnya Benigno menurutinya. Dia meminta pelayan, mengantarkan makanan ke kamar.
