NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Berakhir Bahagia (Menikahi Gadis Amnesia)

Pernikahan Paksa Berakhir Bahagia (Menikahi Gadis Amnesia)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta Seiring Waktu / Suami amnesia / Menyembunyikan Identitas / Gadis Amnesia
Popularitas:303.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

“Gunduli kepala mereka, jika mereka tetap tidak mau mengakui kesalahan mereka! Bisa-bisanya mereka berzin.a di lingkungan kita!” ucap warga menggebu-gebu penuh amarah.

Entah ibli.s apa yang merasuki warga. Hingga mereka menghakimi Hasan dan gadis amnesia yang bersamanya, dengan sangat keji. Hanya karena warga memergoki Hasan dan gadis tersebut tengah berpelukan di dalam mobil bersuasana gelap. Kedua sejoli itu dituduh akan melakukan zina. Ditambah lagi, keduanya tidak bisa menyerahkan kartu identitas.

Bukan hanya mobil Hasan yang remuk setelah diamuk warga. Karena Hasan juga terluka parah. Si gadis amnesia yang dituduh menjadi pasangan zina Hasan, juga nyaris dibotaki. Padahal alasan kedua sejoli itu bersama karena kecelakaan lalulintas yang sebelumnya keduanya alami. Hasan tak sengaja menabrak si gadis dan membuat si gadis menjadi amnesia total. Keduanya yang tidak saling kenal, tengah saling menguatkan satu sama lain melalui pelukan.

Namun, demi menyelamatkan nyawa satu sama lain, kedua sejoli itu menerima untuk dinikahkan paksa. Lantas, pernikahan seperti apa yang akan keduanya miliki jika alasan mereka menikah saja karena fitnah yang begitu keji?

[Merupakan bagian dari novel : Kembar Genius Kesayangan Bos Mafia Kejam & Rujuk Bersyarat Turun Ranjang ]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)

“Kok jadi enggak nyaman gini ...?”

“Enggak nyaman banget ....”

Galau total, itulah yang Hasan rasakan. Ia yang masih ada di dalam rumahnya dan Cinta, jadi gelisah luar biasa. Jiwa dan raganya memang ada di sana. Namun pikirannya berkelana tak jelas hanya karena memikirkan Cinta.

Apalagi ketika tatapannya tertuju pada bingkai foto di atas televisi ruang keberadaannya. Di bingkai foto tersebut mengabadikan foto kebersamaannya dan Cinta. Dengan wajah sama-sama penuh luka, mereka tersenyum ke arah kamera. Malahan di foto tersebut, Hasan yang merangkul Cinta.

“Cinta sudah mengundurkan diri. Bilangnya sih, mau keluar kota. Pengin cari pengalaman baru, katanya! Namun, ... memangnya Cinta enggak cerita ke kamu?” ucap ibu Chole yang tentu saja bersandiwara. “Hubungan kalian baik-baik saja, kan?”

Balasan kabar terbaru Cinta, yang Hasan dapatkan dari ibu Chole, malah membuat beban hidup Hasan bertambah berkali lipat.

“Hasan ...?” lembut ibu Chole sengaja menghampiri Hasan yang duduk di sofa tunggal di ruang kerjanya. “Kamu baik-baik saja? Coba minum dulu.” Ia meraih sebotol air mineral yang sudah tersedia di tengah meja, kemudian memberikannya kepada Hasan.

Hasan tetap diam, bengong karena terlalu sibuk memikirkan Cinta. Bukan hanya karena Hasan merasa bersalah, tapi juga karena Hasan khawatir.

“Cinta pergi ke mana, sementara dia amnesia?” pikir Hasan yang malah buru-buru pamit ke ibu Chole. Selain itu, Hasan juga tidak sadar, tadi ibu Chole sampai menawari bahkan hendak membantunya minum.

“Mau ke mana? Hati-hati!” cerewet ibu Chole masih bersandiwara.

Ibu Chole melepas kepergian Hasan, hingga depan pintu ruang kerjanya. Ia yang awalnya pura-pura khawatir, jadi tersenyum bahagia. “Sepertinya, kisah mereka akan semakin menarik!” pikirnya. Apalagi hanya karena terlalu fokus, Hasan sampai tak menggubris arahan maupun tegurannya. Dan ibu Chole yakin, alasan Hasan hilang arah memang karena terlalu sibuk sekaligus mengkhawatirkan Cinta.

“Kalau ada, biasanya disia-siakan. Apalagi kalau si doi sibuk berkorban. Kalian makin enggak tahu diri dan berpikir, mereka-mereka yang rela berkorban buat kalian, akan selalu begitu. Hingga kalian dengan entengnya mengabaikan. Nah, kalau sudah pergi begini, baru terasa, kan? Oh iya, jangan lupa juga. Yang sudah enggak dimiliki kita, tapi dimiliki tetangga, biasanya jadi lebih menggoda!” batin ibu Chole jadi cekikikan.

***

Mencari dan terus mencari, itulah yang Hasan lakukan. Hasan terus melangkah, menelusuri jalanan tanpa kenal waktu. Hasan sadar, dirinya sudah mirip orang gila. Masalahnya, Hasan sangat mengkhawatirkan Cinta.

“Bagaimana kalau dia kenapa-kenapa?!” kesal Hasan.

Terik mentari hari ini sudah memanggang tubuh Hasan. Ia berkeringat parah, dan ia berhenti melangkah, tapi terus mengawasi sekitar. Hasan sangat berharap bisa menemukan Cinta segera.

“Setidaknya andai kita sudah tidak sama-sama. Setidaknya aku harus memastikan kamu ada di tempat yang aman!” Karena yang Hasan inginkan, Cinta yang amnesia dan tidak memiliki tujuan, tetap tinggal di rumah mereka. Biar Hasan saja yang pergi.

***

“Papa, Mama, enggak bisa bantu!” sergah ibu Cinta langsung menyikapi Hasan dengan tegas. Ia juga sengaja menggenggam sebelah tangan sang suami yang duduk di sebelahnya. Ia menatap pak Syam penuh peringatan, agar suaminya itu tidak membantu Hasan cuma-cuma.

Pertemuan itu terjadi di apartemen milik keluarga Hasan, dan memang ada di Jakarta. Apartemen yang biasa menjadi tempat tinggal Hasan sekeluarga, ketika mereka di Jakarta.

Sedangkan alasan ibu Cinta menyikapi sang putra dengan tegas, tak lain karena Hasan sudah menceritakan semuanya. Ibu Cinta marah, bahkan sangat marah. Apalagi, belum ada tiga hari mereka membiarkan Hasan pendekatan dengan Cinta yang jelas-jelas merupakan istrinya.

Dari balik tembok sebelah, Hasna mengintip kebersamaan orang tuanya dengan Hasan. Selain itu, Hasna juga sudah menyimak pertemuan di ruang keluarga tersebut. Hasna tahu kenyataan Hasan yang sudah melakukan kesalahan fatal kepada Cinta.

“Kasihan si Cinta. Laki-laki memang suka seenaknya. Si Rain juga begitu!” sebal Hasna yang memilih masuk ke dalam kamarnya sambil menahan jengkel.

“Ma, Pa, aku mohon—” Hasan tak hentinya merengek. Ia sampai bersimpuh sambil mendekap lutut kedua orang tuanya.

Akan tetapi, ibu Cinta tetap dengan keputusannya. Hasan wajib mencari Cinta sendiri sebagai wujud tanggung jawab Hasan. Sementara pak Syam, tentu tidak berani menentang keputusan sang istri, dan Hasan tahu itu.

“Setidaknya kalau orang-orang Papah bantu, ... itu bisa bikin aku mengantarkan Cinta ke keluarga aslinya,” mohon Hasan.

“Kenapa enggak dari awal? Kenapa baru sekarang kamu berpikir seperti itu? Kami harus tegas begini, agar kamu bisa jauh lebih menghargai! Dia pasangan kamu, dia istri kamu! Coba sekarang bayangkan, andai Hasna, atau malah Mama yang dibegitukan sama papa kamu. Kamu marah, kan?” balas ibu Cinta masih menyikapi Hasan dengan tegas.

Hasan terduduk lemas dan kedua tangan yang awalnya mendekap lutut orang tuanya, berangsur bertumpu ke lantai.

“Terus, aku harus bagaimana?” tanya Hasan.

“Enggak tahu ... coba saja kamu pulang. Mana tahu istrimu sudah di rumah!” balas ibu Cinta masih sewot. Ia yang tak memakai cadar juga sampai melirik sinis sang putra. Karena tak beda dengan Hasna, ia juga kecewa dengan keputusan Hasan.

“S—San,” ucap pak Syam.

Namun belum apa-apa, ibu Cinta langsung mengomel, “Sudah, suruh usaha sendiri. Suruh pulang saja ke rumahnya. Sudah jadi suami, harus lebih bertanggung jawab!”

Pak Syam langsung diam, tapi kemudian, setelah sampai menghela napas dalam, pak Syam juga menasihati Hasan.

“Coba kamu pulang. Mana tahu istrimu sudah pulang,” ucap pak Syam.

Memikirkan pulang, Hasan juga jadi ingat Nadim. Pemuda itu sempat menggenggam sebelah tangan Cinta, tapi Cinta justru marah. Cara Nadim kepada Cinta, seolah Nadim mencintai bahkan terobsesi. Hanya saja, tampaknya saat itu, nasib cinta Nadim, masih bertepuk sebelah tangan.

Sekitar satu jam setengah kemudian, akhirnya Hasan sampai di depan rumahnya. Hasan kembali memakai taksi.

Suasana rumahnya yang tetap sepi, membuat Hasan tetap tidak semangat. Hasan yakin, Cinta belum kembali. Hingga yang ada, Hasan malah lebih tertarik untuk menghampiri rumah Nadim. Hasan menekan bel di sebelah gerbang rumah Nadim, sebanyak dua kali. Sekitar tiga menit kemudian, seorang wanita paruh baya, keluar dari rumah. Namun di waktu yang sama, pajero hitam milik Nadim, menepi. Nadim baru pulang ke rumah.

Nadim berangsur keluar dari mobil kemudian menghampiri Hasan. Hasan tak sedikit pun menyapa dan hanya melongok, memastikan keadaan dalam mobil Nadim yang tidak disertai orang lain, apalagi disertai Cinta.

“Kenapa dia bersikap seperti itu?” pikir Nadim lantaran Hasan tak sedikit pun berucap kepadanya, tapi Hasan buru-buru mengecek keadaan dalam mobil Nadim.

Hasan yang akhirnya masuk ke rumahnya, melangkah loyo. Keberadaan kedua sepeda di teras membuat hatinya melow.

“Memang niat pergi, ya? Aku pikir, kamu hanya menggertak. Atau malah, kamu ingin aku mengejar kamu,” pikir Hasan masih belum bisa baik-baik saja.

“Pergi tanpa bisa dihubungi. Kamu beneran ahlinya bikin orang kelabakan!” sedih Hasan terduduk lemas di bangku kayu yang ada di teras sebelah pintu.

Diam-diam, Nadim melongok dari gerbang. “Sepi, ... terus si Hasan juga mirip orang gila. Cinta enggak ada, apa masih kerja?” pikir Nadim kembali masuk ke mobilnya. Ia putar balik dan tak masuk rumah. Padahal, sang ART sudah membukakan gerbang untuknya.

Nadim pergi ke rumah makan Cinta bekerja. Ia sengaja ingin memantau Cinta. Setelah lama menunggu dan makanan pesanan Nadim juga sudah datang, Nadim sengaja bertanya kepada pelayan yang mengantar makanannya.

“Cinta? Cinta sudah enggak kerja di sini, Kak,” balas pelayan pria tersebut dengan sangat santun.

“S—sejak, ... kapan?” refleks Nadim syok.

Nadim langsung mengaitkan kabar yang tengah ia dapat, dengan keadaan Hasan yang baginya, mirip orang gila.

“Lagian, si Hasan memang jadi agak laen. Soalnya dulu dia semanis itu ke Keina, kok sekarang mirip orang linglung?” batin Nadim yang malah memiliki pemikiran lain atas keadaan ini. Pemikiran yang juga membuatnya tersenyum semringah!

“Aku harus segera mempercepat perhodohanku dan Keina!” pikir Nadim.

1
Yuliana Tunru
Luar biasa
tuti raniati
👍
Mis Mimih
jadi nangis terus baca,y, yg sabar ya cinta
Tarsiah Asih
prasan amesia mulu kapan rmpungnya musibah mulu
Sarti Patimuan
Sudah baca ceritanya
Qory Wulandari
mbak novel tentang anak nya Hasan ya besar bakal ada gk mbak aku penasaran hehe
Fani Indriyani
wah novel athan yg baru dah nongol toh
Citra Dewi Nawang Wulan
wah siap baca ini kak ros. sudah sampai cerita si athan
Restoe Alive
Luar biasa
Hilmiya Kasinji
bagus pake banget
Sarti Patimuan
Ini kembaran Khalisa jodohnya janda ya . Seperti bapaknya jodohnya janda . Ditunggu kisahnya
Yanti
Biasa
Yanti
Buruk
Eka Chusnul Msi
🤣🤣🤣
Eka Chusnul Msi
dari awal baca netes terus ini air matanya 😭😭😭
Eka Pematasari
Luar biasa
Arin
/Heart/
Dede Exis
Luar biasa
Ades Astiti
Alhamdulillah SDH tamat aja..padahal masih seru kak....y sudah gpp...kn kak Ros masih lanjut di banyak novel lain ya..ttp jaga sehat dan semangat kak 💪💪💪
Ades Astiti
nah loh......hukum karma... makanya jangan mencuri ...🤣😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!