Gita Gayatri Kusuma diajak oleh calon suaminya ke sebuah restoran yang berada di dalam hotel berbintang lima. Tanpa sepengetahuannya Gita, calon suaminya sudah membuat perjanjian dengan seorang Presdir muda yang bernama Zevan Abraham
Zevan Abraham membutuhkan wanita yang masih suci untuk ia tiduri semalam karena sudah lima tahun Zevan ditinggal koma oleh istrinya dan dia membutuhkan seorang wanita yang masih suci untuk memuaskan hasratnya semalam saja karena Zevan ingin memiliki keturunan dan calon suaminya Gita yang bernama Yoga yang ingin memenangkan tender, menawarkan Gita ke Zevan. Zevan berjanji meloloskan tendernya Yoga karena Zevan menyukai foto Gita Gayatri yang diperlihatkan oleh Yoga.
Bagaimana nasib Gita selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marah
Yoga memutuskan langsung pergi ke toko mebelnya karena ia malas untuk pulang dan Rosa berangkat sendiri ke kampus dengan wajah kesal. Rosa ngedumel di dalam taksi online, "Lihat saja nanti, aku akan kasih pelajaran sama Kak Gita kalau ketemu sama Kak Gita nanti di kampus"
Dan di dalam mobil mewahnya Zevan, Gita tengah melamun dan mengabaikan obrolan yang terjadi di antara Lena dan Raymond. Bahkan celotehannya Raymond yang berhasil membuat Lena tertawa lepas, tidak mempengaruhi perasaan Gita yang saat ini tengah galau.
Beberapa jam kemudian, Zevan Abraham berhasil sampai di basement perusahannya. Zevan bergegas masuk ke dalam lift khusus untuk CEO karena ia ingin bergegas menemui Gita untuk bertanya tentang luka di kepala Gita. Meskipun kepala Gita sudah boleh dilepas perbannya, Zevan tetap mengkhawatirkan kondisi Gita dan Zevan ingin bertanya ke Gita tentang hukuman untuk mama tirinya Gita.
Namun, saat pintu lift terbuka, Zevan langung dihadang oleh Bram. Bram langsung berkata, "Tuan muda, Hartawan mulai bergerak kembali. Tolong ikut saya ke ruangan saya. Ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan pada Anda"
Zevan menoleh ke pintu ruang kerjanya, lalu ia menghela napas panjang dan berkata, "Oke, kita ke ruangan kamu dulu. Tapi, jangan lama-lama! Aku ingin segera bertemu dengan Gita"
"Baik, Tuan muda" Sahut Bram.
Tiga puluh lima menit kemudian, Zevan keluar dari ruangannya Bram dan langsung dihadang oleh Raymond.
"Ada apa?"
"Non Gita keluar dari ruangan Anda. Mungkin Non Gita bosan duduk di dalam tanpa ada kegiatan jadi Non Gita jalan-jalan sebentar" Sahut Raymond.
"Sial! Gita jalan-jalan ke mana? Sama siapa?"
"Lena bilang kalau Non Gita ada di kafe bawah sekarang ini. Tentu saja sama Lena, Tuan" Sahut Raymond.
Zevan langung turun ke bawah dengan wajah ditekuk kesal dan Raymond langsung mengekor tanpa berani bersuara sedikit pun.
Gita yang tengah kacau pikirannya, akhirnya memutuskan untuk bermain basket. Kebetulan di beranda samping kafe ada lapangan basket mini dan ada bola basket menganggur di bawah ring basket.
Gita kemudian asyik bermain basket sendirian dan di saat ia berhasil memasukkan bola basket ke dalam keranjang sebanyak empat kali, dia dikejutkan dengan sapaan, "Bolehkah saya bermain dengan Anda, Nona?"
Gita menghentikan gerakannya mendribble bola lalu ia mendekap bola dan menoleh pelan ke asal suara.
Gita menautkan alis saya ia melihat ada pria sangat tampan tengah tersenyum sopan padanya.
Pria tampan itu kemudian berkata, "Nama saya Damian. Saya lihat permainan Anda sangat bagus dan sayang kalau tidak ada lawannya. Bolehkah saya menjadi lawan Anda, Nona?"
Karena sedang kacau dan suntuk, maka tanpa berpikir panjang Gita mengangguk dan ia kembali mendribble bola.
Beberapa menit kemudian, Zevan memergoki Gita tengah tertawa lepas di depan seorang pria sambil bermain basket. Saat Zevan ingin menghampiri Gita dan melabrak pria itu, Raymond menahan lengan Zevan, "Tuan dia adalah putra sulungnya Gubenur. Damian Putra Nitiyoga. Saya sarankan Anda jangan mengusiknya. Ingat kalau Gubernur adalah kakaknya Hartawan dan Anda masih harus mewaspadai Hartawan"
"Sial! Kenapa bocah itu bisa ada di sini?"
"Saya rasa dia ingin bertemu dengan Anda sebentar lagi"
Zevan lalu memutar badan dan melangkah ke meja barista kafe tersebut.
Zevan kemudian duduk setelah ia mendapatkan kopi pesanannya. Zevan duduk sambil terus melihat Gita tertawa di depan pria lain dan asyik bermain basket. Zevan menghembuskan napas kesal. "Kenapa kopi di kafe ini pahit rasanya, hah?! Kamu hubungi manajer pengelola kafe dan suruh dia memecat barista di kafe ini" Zevan berkata sambil bangkit berdiri lalu membuang cup berisi kopi hitam less sugar pesanannya.
Raymond hanya diam dan terus mengekor langkah tuan mudanya sambil membatin, lha, kan, Anda pesannya kopi less sugar tanpa krim. Ya, pantas saja kopinya pahit, Tuan. Hadeehhhh! Ada apa dengan Tuan muda hari ini? Lalu, kenapa Tuan muda melangkah menuju ke kantin khusus untuk para karyawan? Tuan muda belum pernah ke sini, kan?
Zevan melangkah lebar menuju ke kantin khusus untuk para karyawan dengan wajah ditekuk dan Zevan lupa bahwa dirinya belum pernah menginjakkan kaki apalagi melangkahkan kakinya di sana. Kedatangan Zevan secara dadakan tentu saja membuat semua karyawannya yang telah mengobrol santai sambil menikmati makan siang mereka, langsung bangkit berdiri dan dengan wajah panik, mereka.semua menunduk secara bersamaan sambil berteriak, "Selamat datang, Presdir!"
Presdir Zevan Abraham mengabaikan sapaan dari semua karyawannya yang tengah makanan siang di kantin tersebut karena pria tampan itu hatinya masih dibakar cemburu.
Semua karyawannya yang tengah menunduk panik saat ini bertanya-tanya di dalam hati mereka kenapa presdir mereka tiba-tiba mengunjungi kantin khusus untuk karyawan.
Zevan langung melangkah lebar ke etalase yang memamerkan aneka sayur dan lauk pauk. Kantin yang berada di perusahaan milik Zevan Abraham itu adalah kantin prasmanan. Semua karyawan boleh mengambil sendiri nasi, sayur yang mereka inginkan, lauk pauk pilihan mereka, dan minuman favorit mereka. Setalah itu mereka tinggal pergi ke kasir untuk membayarnya.
Zevan nampan dan mengisi nampan itu dengan nasi putih, sayur sup ayam sederhana, tempe mendoan, dan teh hangat. Lalu, ia menuju ke kasir untuk membayar makanan dan minuman pilihannya. Raymond sontak ternganga karena ia belum pernah melihat tuan mudanya makan sayur sup ayam sederhana dan tempe mendoan. Tapi, Raymond tidak berani melayangkan protes. Dia justru ikutan mengambil sayur sup ayam sederhana, tempe mendoan, dan teh hangat tanpa ia sadari.
Raymond kemudian duduk di depan tuan mudanya.
Saat melihat presdir Zevan Abraham duduk, semua karyawan langsung duduk kembali di kursi mereka masing-masing dan semua karyawan itu kemudian melipir pelan meninggalkan kantin karena mereka semua sudah hapal dengan karakternya Zevan yang bisa dengan mudahnya marah tanpa sebab yang jelas dan mereka tidak mau menjadi sasaran kemarahan presdir mereka.
Tiba-tiba Zevan berteriak kencang, "Kenapa supnya hambar dan tempe apa ini penuh minyak kayak gini. Tehnya juga terlalu encer. Teh apa ini?!" Zevan kemudian bangkit berdiri dan berkata ke Ray, "Ganti chef kantin ini! Masakannya nggak enak, maka pecat dia!"
Raymond menghela napas panjang dan mengekor langkah tuannya sambil membatin, bukan makanannya yang tidak enak tapi hati Anda yang tidak enak, Tuan. Anda tengah cemburu sepetinya. Wah, bahaya ini. Banyak orang bisa kena pecat di hari ini.
Raymond langsung mengirim pesan text ke Lena dan menyuruh Lena untuk segera membawa Non Gita ke ruang kerjanya Presdir.
Zevan berhenti saat langkahnya dihadang oleh seorang wanita, "Presdir, ini laporan studi lapangan. Saya berikan ke Anda mumpung saya berpapasan dengan Anda"
Zevan menerima map yang disodorkan oleh wanita itu dan setelah membaca beberapa detik isi map tersebut, Zevan menutup kasar map itu dan melotot, "Kau ingin aku kehabisan napas dengan membaca laporan kamu ini, hah?!".
Zevan mengembalikan map itu ke wanita di depannya dengan kasar.
Wanita itu langsung bertanya, "Memangnya kenapa, Presdir?"
"Laporan kamu sama sekali tidak ada komanya. Kau mau aku kehabisan napas membacanya, hah?! Aku hampir tercekik membaca laporan kamu tanpa koma ini, cih!" Zevan melotot dan sebelum Zevan menyuruh Ray memecat wanita itu, Raymond langsung berkata ke wanita itu, "Buruan pergi dan perbaiki laporan kamu dan serahkan ke aku nanti!"
Wanita itu bergegas pergi dan dia selamat dari kata pecat.
Beberapa menit kemudian, Zevan membuka pintu ruang kerjanya dan hatinya sontak melompat girang saat ia melihat Gita duduk di sofa, namun wajah Zevan masih ditekuk kesal.
lbh parah mlh...
knp bisa di kadalin diva?
#dan lg mana mungkin g ada cctv di mansion??
apapun bentuknya masak pemerkosa di jadikan mc...
#
mlh kesannya kyk jalang...