NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9 - PERTANDA DAN MIMPI ARUNI

Jam dinding di kamar Bella menunjukkan pukul 21.00 malam. Ia berbaring di kasurnya sambil mendengarkan musik. Badannya terasa cukup lelah karena hari ini banyak kegiatan. Bella tetap aktif di berbagai kegiatan kampus bahkan saat menjelang libur semester sekalipun. Meski di luar rumahnya sekarang sedang hujan dan cuaca lebih dingin dari biasanya, matanya masih belum juga merasakan kantuk. Dan musik yang didengarnya juga tak mampu mengundang kantuk baginya.

Bella membuka handphonenya, membuka aplikasi media sosialnya, dan selayaknya anak muda yang aktif di dunia media sosial dirinya menikmati beberapa konten yang cukup menghibur. Terlihat dari beberapa kali ia tertawa kecil saat melihatnya. Kemudian muncul notifikasi pesan masuk ke handphonenya. Ternyata itu dari Aruni.

Pesan Aruni itu berisi, "Hai Bell, udah tidur belum?"

"Belum nih Ar, masih seger mata gue, ada apa?" balas Bella.

Aruni membalas, "Jangan terlalu larut malem tidur lo, besok kesiangan loh. Oh iya, gue mau pesen buat lo Bell, besok dari rumah bawa satu bawang merah dan garam satu sendok aja ya..."

Bella berpikir sejenak, lalu membalas Aruni, "Buat apaan emang? Masak? Hahaha..."

"Udah besok bawa aja. Kata Ibu gue, itu buat sarana perlindungan dari bahaya. Jangan sampe lupa ya Bell..." jelas Aruni dalam teks pesannya.

"Iya... Iya... Lo juga jangan sampe kesiangan besok Ar..." jawab Bella kepada Aruni. Dan tidak ada lagi balasan dari Aruni setelah itu. Namun Bella bergumam dalam hatinya, "Masih aja zaman sekarang percaya sama yang kaya gituan si Aruni, pengen gue getok jidat dia rasanya..."

Bella merasa ingin buang air kecil, lalu ia beranjak dari tempat tidurnya untuk ke kamar mandi. Ketika keluar kamar, yang langsung terhubung dengan ruang tamu, Bella melihat adik lelakinya masih menonton TV.

"Belum ngantuk Dek?" tanya Bella kepada adiknya itu.

"Belum ngantuk aku Kak." Jawab adiknya.

"Jangan begadang loh, inget, besok pagi mau ke sekolah buat ekskul futsal." tegas Bella supaya adiknya segera tidur.

Ia langsung menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah beberapa saat selesai, ia merasa perutnya lapar, dan memang dari sore tadi ketika pulang ke rumah dirinya belum makan.

Bella menuju meja makan, dan ternyata hanya tersisa sedikit lauk. Tak habis akal, ia pun membuka lemari dapur untuk mengambil mie instan. Menurutnya mie instan memang paling nikmat jika di makan malam hari apalagi dengan suasana dingin hujan seperti malam ini.

"Dek... kamu mau mie gak?" teriaknya dari dapur kepada adik lelakinya itu.

"Gak Kak... aku udah makan tadi pake ayam goreng..." sahut adiknya dari ruang tamu.

Bella akhirnya hanya memasak satu bungkus mie instan saja. Ketika ia menunggu air di atas kompor mendidih, secara samar, halus namun jelas di telinganya, ada suara yang memanggilnya.

"Bella... Bella..."

Sontak Bella merasa terkejut pelan, sambil menoleh ke belakang. Tapi tak ada siapapun di sana. Bella berjalan ke arah ruang tamu, bertanya pada adiknya. "Dek, kamu, barusan manggil Kakak?"

Adik lelakinya itu menoleh dengan mengerutkan dahi, lalu menggeleng sebagai tanda dia tidak memanggil Kakaknya itu. Bella berbalik badan perlahan sambil merasa aneh sedikit.

"Ah, perasaan gue aja kali. Atau suara hujan kali ya." celotehnya pelan sambil kembali ke arah dapur.

Bella lanjut memasak mie instan, lalu setelah matang ia taruh ke dalam mangkuk dan berjalan menuju ruang tamu. Ia duduk di samping adik lelakinya itu.

"Dek, beneran gak mau mie nih? Nanti pas habis kamu malah minta." tanya Bella.

"Gak Kak, udah kenyang, suer..." jawab adiknya itu.

Akhirnya Bella menikmati mie instan sambil menonton film di TV berdua dengan adiknya. Film yang ditonton mereka bergenre horor. Sesekali adiknya itu menutupi wajahnya dengan tangan, sesekali menutup wajahnya ke bahu sang Kakak, Bella.

"Iiiihhh... apaan sih Dek?! Kalo takut film horor, ya ngapain ditonton sih?!" ucapnya agak kesal sambil menyingkirkan wajah adiknya itu dari bahunya.

"Serem Kak, tapi seru tau... hehehe..." celoteh adiknya.

"Seru apaan? Kamu aja takut begitu!" timpal Bella. Lalu mereka menonton kembali.

Tak terasa mie instan sudah habis, dan Bella juga mulai merasakan kantuk. Ia melihat jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 22.30. Bella menyuruh adik lelakinya itu untuk segera tidur. Dan Bella menuju dapur untuk mencuci mangkuknya.

Wastafel di dapurnya menghadap ke arah jendela, dan dengan jelas Bella melihat hujan sudah mulai mereda, namun masih sesekali ada kilatan cahaya petir mengiringi.

Saat ia sudah selesai mencuci mangkuknya dan hendak menaruh di rak piring, secara samar, halus, suara yang memanggilnya itu terdengar lagi. Namun kali ini terasa lebih aneh baginya.

"Bellaaa... Bellaaa... Tolong akuuu..."

Seketika itu juga ia terpaku sejenak. Menajamkan pendengarannya. Dan saat ia melihat ke arah luar jendela, ia terkejut...

"Hah?! Aruni?!"

Ia seperti melihat Aruni di luar sana, duduk menangis dengan baju dan tubuhnya bersimbah darah. Mencoba memastikan apa yang dilihatnya, ia mengusap wajahnya, dan... sosok Aruni menghilang seiring kilatan cahaya petir berikutnya. Bella mundur beberapa langkah, berdiri terpaku sambil terus menatap ke luar jendela. Ia berpikir apakah yang dilihatnya barusan nyata? Atau hanya halusinasi belaka?

"Gak, itu gak nyata, gue lagi capek malam ini dan perut gue juga kenyang habis makan, pasti itu halu!" ucapnya sambil mengusap wajah.

"Iya, gue halu, gue halu..." sambil berjalan kembali menuju kamarnya. Dan segera ia beranjak tidur.

**********

Di dalam hutan yang begitu gelap dan hening, Aruni berlari dengan tangisan dan ketakutan yang mencekam. Terus ia berlari tanpa tau tujuan harus kemana. Dan saat kakinya tersandung akar pohon, ia terjatuh. Ia menangis sejadi-jadinya. Sambil melihat kembali ke dua tangannya yang penuh darah segar. Ia kembali memegang wajah dan mulutnya, berlumuran darah segar yang sama. Aruni merasa tak percaya dengan yang dia alami.

"Kenapaaa?! Kenapa aku begini?! Kenapa aku membunuh Kirman?!" ucapnya sambil terus menangis histeris saat ingat jasad Kirman yang telah ia bunuh dalam rumah itu.

"Tolooong! Tolooong!" teriaknya di dalam keheningan hutan yang gelap. Namun tak ada satupun yang menjawab. Hanya kekosongan yang mencekam jiwanya.

"Tolooong!! Toloooong!!" teriaknya kembali dengan air mata yang semakin pilu menyayat hati.

"Bellaaa... Cacaaa... Tolong akuuu..." teriak Aruni saat ingat dua sahabat baiknya itu. Namun suaranya seperti diserap oleh gelapnya hutan.

Aruni terus menangis di atas tanah, di bawah tinggi dan rapatnya pepohonan, namun perlahan suara tangisnya itu terhenti. Aruni mendengar suara gemerisik di belakangnya. Suara itu seperti langkah kaki yang perlahan menghampirinya.

Aruni masih dengan air mata bercampur darah di ke dua pipinya, masih terisak, ia menoleh ke belakang, dan ia melihat Anjani sudah berdiri tegak dengan aura haus darah. Dan Anjani berkata,

"INILAH TAKDIRMU ARUNI..."

Aruni yang mendengarnya hanya bisa berteriak...

"AAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!!!!"

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!