kisah 4 sahabat yang terpaksa pindah ke pondok pesantren yang ada di jogja, karena selalu membuat onar di sekolah sebelumnya.
siapa sangka justru keempat sahabat tersebut ternyata sudah di jodohkan oleh orang tua mereka dengan Gus kembar anak pemilik pondok pesantren tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pitpipit25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kehadiran Sintia
Kini Fitri di rawat di sebelah ruangan Azkha dirawat, keadaannya sedang tidak baik-baik saja apalagi kandungannya melemah.
Semua keluarga bersedih saat mendengar perkataan dokter yang memeriksa Fitri.
Suasana yang tadinya hening kini berubah setelah terdengar suara perempuan dengan lembutnya mengucapkan salam sambil memanggil nama ummi ceca.
"Assalamualaikum, bibi ceca" salam orang tersebut.
"Waalaikusalam" jawab semua orang.
"Sintia" ucap ummi ceca kaget.
Semua keluarga Fitri menatap perempuan cantik dengan pakaian tertutup, bahkan hijabnya di bawah dada.
"Bibi kenapa ada disini?" tanya Sintia.
"Itu mantu bibi lagi masuk rumah sakit" jawab ummi ceca.
"Mantu bibi?" tanya Sintia heran.
"Maksud bibi, istrinya Azkha" jawabnya.
Semua perempuan yang ada disana memperhatikan raut wajah Sintia, tapi yang ia tampilkan hanya senyum manis dengan tatapan lembutnya.
"Mas Azkha kapan nikahnya bi?" tanyanya dengan suara lembutnya.
"Udah tiga bulan" jawab ummi ceca.
"Sintia turut bahagia ya bi atas pernikahan mas Azkha" ucapnya tulis.
"Makasih ya nak" jawab ummi ceca.
"Kamu sendiri ngapain di rumah sakit?" tanya ummi ceca.
"Sintia lagi jengukin teman bi" jawabnya.
Sedangkan yang lainnya hanya menyimak obrolan mereka terutama keluarga Fitri hanya diam mengamati Sintia, sosok perempuan yang Azkha cari setelah sadar tadi, mereka bisa mengumpulkan jika Sintia merupakan perempuan baik bahkan nada bicaranya sangat lembut tidak ada kesan yang disengaja agar menarik perhatian ummi ceca.
"Sintia boleh bibi minta tolong" ucap ummi ceca ragu.
"Bibi mau minta tolong apa?"
"Hmm, jadi gini, kan Azkha mengalami kecelakaan terus dia lupa ingatan, tapi yang dia ingat cuma keluarganya termasuk kamu" jawab ummi ceca.
Sintia terkejut mendengar perkataan ummi ceca, terutama saat ummi ceca bilang Azkha hanya mengingat keluarganya dan juga dirinya, itu berarti Azkha melupakan istrinya sendiri.
"Astaghfirullah" ucapnya.
"Mau ya nak, cuma sebentar aja" ucap ummi ceca.
Sebenarnya ummi ceca tidak mau melakukan ini, tapi saat ia kembali melihat keadaan putranya, justru Azkha menyuruhnya menelpon Sintia karena ingin membicarakan sesuatu yang penting.
Dan sepertinya semesta mengabulkan keinginan Azkha yang ingin bertemu dengan Sintia, ia yang ingin mengunjungi temannya harus bertemu dengan keluarga Azkha saat ingin pulang.
Ya , Sintia yang memang tinggal di Jakarta bersama orang tuanya yang memiliki pesantren di jakarta walaupun tidak sebesar milik Abah Hasan.
Melihat Sintia yang ragu, bunda Fara pun membujuknya bertemu Azkha, mereka tidak akan berduaan tetapi juga akan ditemani oleh kedua menantunya.
"Nggak papa nak, kamu akan ditemani sama mantu Tante" ucap bunda Fara lembut.
Sintia pun langsung menoleh saat mendengar suara lembut yang bisa menenangkan hatinya.
"Aduh maaf ya Tante, Sintia asik bicara sama bibi ceca sampai lupa kenalan sama kalian" ucapnya kikuk.
"Nggak papa kok nak" jawab bunda Fara.
Akhirnya Sintia pun mengikuti langkah Rani dan nita menuju ke ruangan Azkha yang dimana sudah ada Aisyah yang menemani sang kakak.
"Ayok masuk" ucap Rani setelah sampai di ruangan Azkha yang memang hanya bersebelahan dengan ruangan Fitri di rawat.
"Assalamualaikum" salam mereka bertiga.
"Waalaikusalam" jawab Azkha dan Aisyah.
"Kak Rani, kak Nita gimana keadaan kak Fitri?" tanya Aisyah tanpa embel-embel kakak ipar yang mana membuat Rani dan nita heran karena biasanya Aisyah selalu memanggil Fitri dengan kakak ipar.
Melihat wajah kebingungan kakak ipar dari kakak iparnya membuat Aisyah langsung mendekat kearahnya sambil berbisik.
"Tadi Aisyah nanya kak Azkha tentang kakak ipar, bahkan Aisyah tadi menceritakan kenangan mereka berdua agar kak Azkha bisa secepatnya ingat, tapi bukannya ada kemajuan kak Azkha malah merasakan sakit di kepalanya, untung saja tadi kak Azkha nggak teriak" jawabnya sambil cengengesan.
"Astaga kamu ini" ucap Nita sambil mencubit pipi Aisyah karena saking gemasnya.
"Heheheh Aisyah nggak tau" ucapnya dan membuat Rani dan nita terkekeh geli mendengar perkataan Aisyah.
Setelah itu Aisyah mendekat ke arah Sintia, dan ia membisikkan agar Sintia tidak dulu membahas tentang Fitri.
"Kak nanti jangan bahas tentang kakak ipar ya, nanti kepala kak Azkha makin sakit" ucapnya.
"Iya Syah" jawab Sintia.
Sintia mendekat ke arah brankar Azkha tapi masih memisahkan ruangan yang agak luas ya, karena baik Sintia atau Azkha masih tau batas.
"Kata bibi ceca, kamu ingin bertemu denganku, ada apa mas?" tanya Sintia.
"Kamu masih ingatkan sama janjiku dulu sebelum mas berangkat ke Kairo" jawab Azkha to the pin.
"Janji yang mana mas?" tanya Sintia tanpa melihat ke arah Azkha begitupun sebaliknya.
"Masih ingatkan mas sudah berjanji akan menikahimu saat mas pulang dari Kairo" jawab Azkha.
Tanpa mereka semua sadari Fitri tengah berdiri di dekat pintu dan mendengar semua perkataan suaminya.
Ya. Fitri sadar setelah 1 jam ia pingsan, dan saat ia bangun tidak menemui siapapun jadi ia memutuskan keluar dan kembali ruangan suaminya.
"Apa cintaku nggak tulus mas, hingga kamu melupakanku mas" batinnya sambil menangis.
Mendengar suara isak tangis membuat mereka semua memusatkan perhatiannya ke arah pintu, tapi sebelum mereka melihat wajahnya, Fitri langsung berbalik badan, sekarang ia hanya ingin menenangkan dirinya.
Sungguh ia sangat sakit mendengar suaminya membahas pernikahan bersama wanita lain.
Sedangkan Rani, Nita dan Aisyah bergegas ingin mencegah Fitri pergi karena mereka tau jika yang berdiri di depan pintu tadi adalah Fitri.
"Syah, kamu tinggal disini aja ya, biar kakak sama Nita yang cari Fitri" ucap Rani.
"Oke kak" jawab Aisyah yang khawatir jika terjadi sesuatu terhadap sang kakak ipar.
Setelah itu Rani dan nita pun berpamitan ke Sintia dan Azkha dan bergegas mencari keberadaan sang adik ipar.
"Kok aku kayak kenal ya sama perempuan tadi, tapi siapa ya orangnya?" batin Sintia.
"Kenapa sakit banget ya saat mendengar suara tangis perempuan tadi" batin Azkha yang memegang dadanya sendiri.
"Ya Allah lindungilah kakak ipar" batin Aisyah berdoa.
Sedangkan Rani dan nita membagi tugas agar cepat menemukan Fitri yang sekarang entah dimana.
"Kita bagi tugas aja ta" ususl Rani.
"Baik kak" jawab Nita.
"Yaudah kakak yang nyari Fitri, terus kamu ke kantin rumah sakit panggil semua orang" ucap Rani.
Rani mendapat pesan dari sang suami jika semuanya sedang berada di kantin, kenapa Rani tidak meneleponnya saja agar Nita tidak perlu repot-repot ke kantin.
"Nyusulin aja, kalau lewat telepon ribet jelasinnya" ucap Rani.
Sedangkan orang sedang dicari sedang berada di dalam ruangan dokter kandungan yang ingin memeriksa kandungannya.
Setelah memeriksa kandungannya, Fitri pun meminta izin agar diperbolehkan pulang, sebenarnya sang dokter tidak menyarankan ia pulang tapi saat melihat keadaan Fitri terpaksa sang dokter mengijinkannya.
Fitri hanya diberi obat penguat kandungan dan juga vitamin, dokter hanya menyarankan Fitri tidak melakukan kerjaan berat, bahkan dokter menyarankannya mengatur pola pikirnya agar tidak terlalu stress yang justru akan membuat kandungannya semakin lemah.
Setelah semua selesai, Fitri pun menuju apotik untuk menembus obatnya dan segera pulang ke kediaman Alexander.
***