SATRIA Perjalanan Setelah Menyerah

"ya om ada apa ?, tumben malam-malam telpon" kata Satria menjawab telpon seseorang yang di sebrang.

"mau gak besok ikut om touring ke Bromo dan wisata sekitarnya ?, refreshing lha sejenak" kata orang yang menelponnya. Satria pun tidak menjawab langsung, jeda.

"bagaimana ?, om yang bayarin, om lagi pengen ke sana, tapi sendirian kan gak enak, keluarga dan temen pada sibuk semua, kepikiran deh ajak kamu, gimana mau ?" tanya orang yang menelponnya.

"tapi kan besok sekolah om"

"hahahaha....., saya dengar kamu tidak masuk sekolah 2 hari ini, kau juga tidak sakit, ada apa ?"

"tak ada apapun om, oh ya om Budi kok tau aku bolos sekolah ?" tanya Satria.

"Roy yang bilang"

"dia gak bilang aneh-aneh kan ?"

"hahahaha...., gak kok dia hanya bilang kau bolos sekolah, padahal kamu yang merubahnya"

"hehehehe"

"gimana mau ikut gak ?"

"iya om mau"

"segera prepare untuk kegiatan 3 hari ya, tenang makan om tanggung kok, kita ketemuan di depan kantor pos ya jam 7 pagi sudah harus siap ?"

"iya om, terima kasih ya"

Satria segera mencari peralatan camp nya di gudang, sudah lama sekali ia pergi ke gunung, mungkin yang terakhir itu waktu liburan tengah semester waktu kelas 9.

tas ransel itu sudah penuh dengan debu dan sarang laba-laba. Tapi ia tak memperdulikan itu, ia segera mengebasi tas ransel nya supaya debu itu hilang.

"huk, huk, huk, banyaknya debunya, seperti tas zaman batu" katanya sambil batuk-batuk, setelah itu ia segera ke kamar dan membuka lemarinya.

"jaket, topi, celana, kaos, kacamata, peralatan mandi...., nanti saja, apalagi yang dibawa ya, oh ya powerbank dan box musik ?"

Satria mengemasi barang-barang yang ia butuhkan, tak ada yang terlewati. Semua masuk kedalam tas ranselnya, atau juga disebut tas Carier.

"ok tinggal satu" Satria segera menuju ke ruang tamu lalu mengeluarkan sepeda Vespanya, ia harus menservis nya di bengkel langganannya karena akan dibuat perjalanan jauh setelah ini.

...****************...

" tit, tit," suara bel memekakkan telinga, Satria segera melihat siapa yang mengklakson nya. Ia pun tersenyum setelah melihatnya. Ya benar itu adalah om Budi Dengan vespa Excel nya yang masih kinclong terawat dengan baik.

"sudah lama sat ?"

"barusan Dateng om, lima menitan, habis servis nih motor, supaya kuat di tanjakan" kata Satria sambil menepuk-nepuk motornya.

"ayo kita berangkat sekarang, nih buat bensin" kata om Budi mengasih kan beberapa lembar uang berwarna merah pada Satria, Satria lantas menolaknya.

"kalau bensin saya sendiri saja om, saya bawa uang juga kok, walaupun sedikit"

"jika tak mau terima, semuanya tidak akan om bayarin " ancam om Budi.

"kok gitu om"

"dah, terima aja, apa sulitnya sih, ini juga sudah om siapkan" kata om Budi, Satria terpaksa harus menerima uang tersebut.

"terima kasih om, dah repot-repot segala"

"gak kok, om senang karena kamu mau menemani om yang lagi stres ini" kata om Budi.

Satria tidak mau kepo dengan masalah orang lain, apalagi orang yang lebih tua dan orang yang telah berbaik hati padanya.

"ayo langsung berangkat, supaya bisa sampai di tamiajeng waktu sore, supaya bisa istirahat di villa" kata om Budi, Satria Hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Mereka berdua segera berangkat dengan vespa nya masing-masing, deru mesin yang halus menandakan bahwa vespa ini terawat dengan baik, matahari bersinar dengan terangnya walaupun di pagi hari tak menyurutkan semangat mereka berdua berpetualang di alam. Yang ada dipikiran mereka berdua hanyalah keindahan alam dan hawa dingin khas pegunungan.

Tak terasa mereka sudah 5 jam ngegas Vespanya di jalan yang ramai, bahan bakar mereka juga hampir habis, baik itu bahan bakar sepedanya maupun bahan bakar tubuh, sementara perjalanan tinggal beberapa jam lagi mereka akan sampai. Alhasil mereka menepi di SPBU dulu, mengisi bahan bakar sepedanya, full tank dengan tambahan oli. sekarang tinggal bahan bakar tubuhnya saja yang perlu di isi ulang.

"cari makan yuk" Satria hanya mengangguk kepalanya. tak sampai lima menit mereka menemukan sebuah warung sederhana yang sedikit ramai, perut yang keroncong minta di isilah yang menyebabkan setir sepeda yang berjalan lurus dari tadi mengikuti map tiba-tiba berbelok ke warung tersebut.

"ayo makan dulu, memulihkan tenaga juga istirahat sebentar" kata om Budi. Satria pun dengan antusias memarkirkan sepedanya, mendinginkan mesin.

Mereka berdua masuk, warung dengan gaya lesehan khas warung-warung yang di pegunungan, orang-orang lain juga terlihat menikmati makan siang mereka. Asap yang mengepul dari dapur yang tercium dari jalan juga yang menjadi salah satu faktor penyebab mereka di sini. Alunan musik Jawa membuat suasana makan siang menjadi lebih nikmat dan pemandangan, pemandangan alam bebukitan dan pohon-pohon tinggi juga tak kalah penting.

" mau pesan apa kau ?" tanya om Budi.

"samakan saja om"

"ok kalau begitu"

pak Budi segera menuju ke meja kasir dan memesan makanannya lalu menyusul Satria yang sudah duduk manis sambil mengecas Handphone dan 2 power Banknya.

"banyaknya power bank kamu sat ?"

"iya om untuk jaga-jaga, sudah ada 2 yang full, tinggal ini, kemarin sudah dicas cuma sampai delapan puluh persen aja, yang ini tinggal dikit lagi full"

"jadi kamu bawa 4 ?"

"Iya om, jaga-jaga, pengalaman Naik gunung dulu"

"oh..., ayo Poto dulu, buat status perjalanan"

"ternyata om seleb juga ya" kata Satria sambil menahan tawa.

"buat laporan untuk istri, dan si Diana"

"oh gimana kabarnya Diana om ?"

"baik-baik aja, aslinya dia ingin ikut juga, berhubung kuliahnya masuk jadi tidak bisa"

"oh gitu ya, titip salam aja om"

"boleh-boleh, tapi ada syaratnya"

"apa om ?"

"jangan pernah buat sakit hati anak om, ok"

"janji om"

"nuwun Sewu, Niki sekol jagunge kale unjuk ane" permisi ini nasi jagungnya dan minumannya"

Mereka berdua dua pun segera menerimanya. Sebaskom Nasi jagung yang pulen dan hangat dengan Lauk pauk berupa telur dadar, tempe tahu, bakwan-bakwanan, dan tak lupa ikan asin semuanya baru saja di masak lalu di pinggirnya ada lalapan timun, terong goreng dan daun kemangi di akhiri dengan secobek sambal terasi yang pedas dan banyak, membuat semacam senyawa aktif sehingga air liur terus merembes Tampa henti. Tak lupa minum jamu Simon yang dingin membuat pengalaman makan semakin sulit di lupakan.

" banyak sekali pesanan nya om ?"

"disini emang terkenal dengan nasi jagungnya, kalau menyajikan juga dengan porsi Kuli, juga dimasak ketika baru ada yang pesan, jadi fres gitu"

"baru kali ini aku makan beginian om"

"ayo makan, mumpung masih hangat"

Mereka berdua pun makan dengan lahapnya.