Sad Ending

Ikatan di mulut Joey sudah terlepas. Tapi rasa takut dan letih masih tak lepas darinya.

Sementara Mark maaih terbaring di bawah.

"Coba kau lihat dengan benar. Apa kau mengenalku?" tanya orang itu lagi.

Joey hanya menggeleng sebagai jawaban tidak kenal. Joey memutuskan untuk tidak banyak terlibat bicara dengan mereka. Ia hanya pasrah dengan keadaan.

Sesekali dia melirik Mark dan membangunkan Mark dari dalam hatinya. Berharap sang Penolong akan mendengarkan panggilan hatinya. Yah, seperti telepati gitu.

"Itu benar. Kau tak mengenalku dan aku pun tak mengenalmu."

"Lalu, untuk apa kamu mengurungku di sini kalau kamu dan aku tak saling mengenal. Apa salahku padamu?" tanya Joey dengan lugas. Ia mulai mengumpulkan keberaninnya.

"Kau ingin tau salahmu?" tanya lelaki itu lagi.

Kedua lelaki penjaga itu mengernyitkan dahinya heran dengan sikap Joey. Begitu beraninya Joey beradu mulut dengan orang itu.

Dia adalah Reza Andhika. Ketua gangstar setempat. Orang-orang sangat takut berhadapan dengannya juga dengan anggota-anggotanya seperti kedua penjaga itu.

Joey mengangguk mengiyakan pertanyaan Reza.

"Kau memang nggak ada salah sama aku. Tapi dengan adikku. Kau sudah merebut Mark darinya." kata lelaki itu lagi dengan penuh emosi.

Ia mendekati Joey lagi. Tak sengaja ia menginjak jari tangan Mark.

Mark pun terbangun. Tapi ia masih terdiam dan ingin mendengar percakapan Joey dengan preman itu. Maka ia pum ber-acting masih pingsan. Ia ingin tau siapa dibalik semua ini.

"Aku tak tau siapa adikmu. Dan Mark dan aku memang sudah pacaran dan kami saling mencintai. Tapi Mark bilang kalau dia tak punya kekasih sebelum kami jadian. Jadi aku nggak salah dong." ucap Joey mulai percaya diri.

"Kamu nggak kenal aku?" tanya seorang wanita sebaya dengan Joey yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu.

Ia mendekat ke arah Joey dan Reza.

Joey langsung melihat ke sumber suara

"Kamu, jadi kamu yang merencanakan semua ini?" tanya Joey mulai marah.

"Iya. Kenapa? Takut? Sekarang juga aku bisa membunuhmu." ucapnya lagi dengan tatapan sangar.

"Apa salahku padamu? Masih tidak cukupkah kamu mengusikku. Sementara aku tak pernah mengusik hidupmu.

"Kau yang duluan mengusik hidupku. Kau merebut Mark dariku." kata wanita itu.

"Aku tak merebut Mark darimu. Lagian Marknya waktu itu juga nggak punya pacar.

Masih tak puaskah kamu mengerjaiku? Apa belum cukup yang waktu itu kamu mengurungku di kamar mandi?" ucap Joey dengan suara keras.

"Belum. Aku nggak kan berhenti sebelum kamu meninggalkan Mark. Dia milikku. Aku yang berhak bersama dengannya bukan kau, gadis yang bepura-pura lugu.

"Tapi kenyataannya Mark memilihku. Bukan kamu." ucap Joey percaya diri. Keberaniannya kini telah menyatu dengan fisiknya.

Joey mengabaikan rasa sakit karena masih terikat tangan dan kakinya.

Ada rasa bangga di hati Mark saat mendengar semua penuturan dari mulut Joey.

Joey yang selama ini cuek, akhirnya membongkar isi hatinya kepada para cecunguk-cecunguk itu.

Ternyata Joey sudah mencintaiku sangat dalam. Aku menyesal karena pernah beberapa kali memberinya minum obat penimbul cinta. Maafkan aku, Joey. Aku tak akan mengulanginya lagi. Aku akan mencintamu dan menjagamu sampai habis nyawaku. batin Mark dalam hati.

Perasaan bersalah sudah menghantuinya. Ia berjanji tak akan memberikan obat itu lagi.

Prakkk.

Tamparan kedua kembali mendarat di pipi Joey. Hanya kali ini dari orang yang berbeda.

"Jaga mulutmu. Mark nggak mungkin mau jadian sama kamu kalau bukan kamu yang lebih dulu menggodanya. Dasar perempuan murahan. Jika kamu masih saja dekat-dekat dengan Mark, maka jangan harap mama kamu akan selamat." ancam wanita itu.

Gadis itu adalah Novy. Dia adalah salah seorang yang sangat nge-fans dengan Mark. Dia adalah Novy Andhika, adik perempuan Reza Andhika.

Joey merinding mendengar ancaman dari Novy. Ia takut terjadi apa-apa dengan mamanya. Ia pun terdiam dan tak berdaya untuk berbicara lagi. Ia memilih bungkam.

Kini kedua pipinya bengkak akibat tamparan itu. Sementara darah yang keluar dari ujung bibirnya sudah mulai mengering.

*Lebih baik aku disiksa dari pada mama yang jadi sasaran. Lebih baik aku diam dan menjadi bulan-bulanan mereka dari pada mama kenapa-kenapa.

Aku mencintaimu, mam Aku nggak akan melakukan hal-hal yang membahayakan nyawamu. Aku nggak apa-apa, mam. Yang penting mama baik-baik saja di sana.

Tuhan, tolong jaga mamaku. Aku tak mau kehilangannya*. ucap Joey dalam hati.

Lagi-lagi ia memanjatkan doa untuk mama tercintanya.

"Oh, jadi kamu yang selama ini mengganggu, Joey. Berani juga kamu berbuat nekat seperti ini, ya. Dan malam ini dengan tidak ada malunya kamu menunjukkan batang hidungmu. Lama aku mencarimu, tapi nggak nyangka akhirnya kita dipertemukan di sini. Sungguh menjijikkan." ucap Mark.

Cihhh.

Mark membuang ludahnya ke lantai menghina Novy.

"Mark, ka-kamu, k-kamu kok bisa ada di sini?' tanya Novy heran.

"Kenapa? kaget?

"Bu, bukan. Ma-maksudku

"Lebih baik kamu diam. Urus dirimu sendiri. Tak usah bersusah payah mengurus orang lain. Aku muak dengan sikapmu." ucap Mark menepis kasar tangan Novy yang sedari tadi sudah mendarat di lengannya.

Reza melihat Mark dengan penuh emosi. Ia menghampiri Joey dan hendak memukul Mark. Tapi Mark menghindar. Dan Reza hanya memukul angin.

Emosinya semakin naik, pipinya memerah. Ia hendak melayangkan tinjunya lagi. Tapi, dengan cepat Mark menghindar. Dan lagi-lagi ia gagal meninju Mark.

Setiap mencoba memukul Mark, tak pernah berhasil. Begitu lihainya Mark menghindari setiap pukulan itu.

Tiba-tiba terdengar suara sirene polisi.

Baik Reza, Novy dan kedua penjaga itu ketakutan. Mereka berlari terbirit-birit mencoba melarikan diri.

Tapi, naas. Polisi langaung menangkap mereka berempat. Kebetulan polisi tadi melihat Reza menganiaya Mark, dan Mark tidak melawan namun hanya menghindar, maka polisi langsung mengamankan Reza.

Mereka berempat diborgol dan ditarik paksa untuk masuk ke dalam mobil polisi.

Lalu, polisi itu pun berlalu. Sebelumnya ia

bertrimakasih kepada Mark dan memberi hormat kepada Mark.

Seketika Mark tersadar akan Joey. Kemudian dengan cekatan ia membuka ikatan tangan dan kaki Joey.

Ia memeluk tubuh Joey erat.

"Maaf, karena aku datang terlambat" ucapnya.

Joey hanya mengangguk dan meneteskan lagi air matanya. Ia sangat bersyukur sudah lepas dari orang-orang brengsek itu. Dan terlebih lagi orang yang telah menyelamatkannya adalah seseorang yang sangat dicintainya. Ia mengeratkan pelukannya.

"Kamu tenang saja. Kamu aman sekarang. Aku akan selalu menjagamu." ucap Mark lagi. Ia mengusap rambut Joey yang sudah berantakan.

Joey mengangguk dan membenamkan kepalanya di dada bidang Mark.

Mark merapikan rambut Joey dan mengikatnya semampunya. Hatinya sangat terluka melihat keadaan Joey. Namun ia sangat bertrimakasih kepada yang Kuasa karena sudah mempertemukannya dengan Joey. Jika ia terlambat sedikit lagi, mungkin ia akan kehilangan Joey untuk selamanya.

"Sebaiknya kita pulang sekarang. Mama kamu sudah sangat mengkhawatirkanmu." ajak Mark kepada Joey.

Ia menggandeng tangan Joey dan menuntunnya masuk ke dalam mobilnya.